Sunday 17 July 2022

Spirit Berbagi Kebahagiaan di Hari Raya Idhul Adha

Hari raya Idhul Adha baru saja berlalu. Mungkin di lemari kulkas kita masih ada daging qurban yang tersimpan karena belum diolah. Ada remahan arang di belakang rumah sisa membakar sate  dan masih ada sisa-sisa bumbu yang kita gunakan untuk mengolah daging qurban.

Tapi masih ingatkah sepenggal kisah yang kita dapatkan dalam setiap ceramah sesuai Idhul Adha?  Tahun ini saya ga pergi salat ied. Selain lagi halangan, juga kebetulan Apa (bapak saya) lagi sakit dan ga bisa pergi salat ied. Karenanya saya memutuskan untuk tinggal di rumah saja, menemani Apa di rumah.

Tiba-tiba aja saya teringat kalau ada tumpukan baju yang sudah tidak saya pakai lagi di lemari. Rencana saya untuk memilah dan memilih untuk didonasikan belum terealisasikan.  Dan jadi kepikiran gini. 

Mereka yang saya kasih baju-baju ini kira-kira berkenanm ga?  Jangan sampai mereka merasa kesal karena seakan-akan jadi tempat pelimpahan pakaian yang sudah tidak kita sukai. Satu waktu saya pernah mengalami hal serupa. Dikasih pakaian yang saya tidak suka. 

Emmm... Bukan karena tidak menghargai pemberian. Duh, enggak gitu. Saya tidak keberatan dikasih baju lungsuran. Beberapa kali dikasih pakaian second dari adik (karena tinggi badan kami ga jauh berbeda :D) atau teman malah seneng pakenya. Cocok. Nah, waktu itu saya dapat pakaian yang bikin saya ga nyaman. 

Nah, jangan sampai baju yang saya sedekahkan itu nantinya meninggalkan kesan seperti itu. Padahal sedekah terbaik adalah memberikan barang  yang kita sukai atau kita sayangi.

Kisah tentang  idhul adha pun tidak ujug-ujug diawali kisah Nabi Ibrahim yang bermimpi menyembelih putra tercintainya, Ismail. 

Ismail adalah  putera Ibrahim dan Hajar yangs angat dinantikan kehadirannya. Lama sekali. Beliau lahir ketika ayahandanya sudah sepuh. Untuk ukuran manusia normal, rasanya mustahil sekali untuk memiliki keturunan. Tapi ga ada yang ga mungkin dengan namanya keajaiban, kan?

Tidak lama setelah Ismail lahir, Ibrahim mendapat perintah membawa Hajar ke Mekaah. Jangan bayangkan Mekah saat itu seperti sekarang. Mekah yang dulu adalah padang pasir yang tandus dan sulit menemukan orag lain ada di sana.

Siti Hajar, sang Ibunda merasa sedih saat tahu Ibrahim harus pergi meninggalkannya. Kalau bahasa sekarang, pas lagi sayang-sayangnya.  Kok ditinggal sih, di tempat sepi gitu? Ibrahim baru mengiyakan kalau ahrus meninggalkan Hajar karena perintah Allah. Coba kalau kita ada di posisi itu. Udah baper dan nyetatus kali, ya hahaha.

Tapi hajar begitu sabar dan nrimo. Baiklah kalau itu perintah Allah. Bunda Siti hajar yakin dan percaya kalau hidupnya dan Ismail akan dipelihara dan dijaga Allah.

Kemudian kita pun mengetahui keajaiban kisah sungai zam-zam  sampai kemudian ektiganya kembali berkumpul. Tapi ga lama setelah itu, giliran Ismail yang jadi jalan ujian bagi Ibrahim. Lewat mimpinya, Allah memerintahkan Ibrahim untuk menyembelih Ismail. Ibrahim yang shalih dan bijak mengajak Ismail untuk berdiskusi sampai kemudian keduannya melaksanakan perintah berqurban. Allah kemudian mengganti posisi Ismail yang akan disembelih itu dengan seekor gibas.


Dari sanalah kemudian perintah qurban ini jadi salah satu perintah yang dijalankan oleh umat islam bagi (yang mampu) yang jatush setiap tanggal 10 Dzulhijjah.

Kriteria hewan yang diqurbakan pun ga boleh asal. Tidak boleh sedang sakit atau ada cacat. Ibaratnya sebuah gadget, spek yang disyaratkan harus yang terbaik. Sebuah totalitas dalam keikhlasan untuk beribadah.

Seiring berkembangnya zaman dan teknologi,distribusi daging qurban pun tidak hanya terpusat di daerah sekitar qurbani. Ada banyak lembaga yang memfasilitasi program tebar qurban ini sehingga semakin banyak yang mendapatkan manfaatya.

Tebar Qurban Tebar Kebahagiaan

Itu juga yang dilakukan oleh JNE pada pelaksanaan qurban pada tahun ini. Bekerjasama dengan TIKI,  pada pelaksanaan idhul adha kali ini membagikan 4.000 ekor hewan qurban. Sebagian dianataranya dilakukan di Jakarta dalam acara #TikiJNEIdhulAdhaBareng yang berlangsung di Yayasan Taman Yatim Piatu, Jakarta Timur. By the way, yayasan ini juga didirikan oleh pendiri JNE, yaitu Alm. H. Soeprapto Suparno.

Saya jadi inget cerita seorang teman. Di tempatnya kalau hari raya idhul adha, yang berqurban tidak sebanyak di kota-kota besar. 
"Paling banter 2 ekor kambing saja, " begitu katanya. 

Walau ga tiap hari makan daging, saya membayangkan kalau makan daging di kota kecil seperti di tempat tinggalnya adalah sebuah kemewahan. Kalau di sini (tempat saya tinggal) kadang satu rumah bisa mendapat dua plastik kiriman daging. Sebuah hal yang berbanding terbalim kalau melihat perbandingannya.  Dalam satu rt bisa terdapat minimal 3 ekor sapi yang setara dengan 21 ekor kambing. 

Hal inilah yang menurut saya semangat menebar hewan qurban ke pelosok daerah sebaagai salah satu cara berbagi kebahagiaan. 
Spirit JNE yang identik dengan berbagi kebahigaan atau Connecting happiness ini pun berlanjut dengan  mengadakan kontes giveway  dengan membagian 32 ekor kambing di akun instagram @jne_id lewat kuis #GameSiJoni.

Duh seneng banget tuh yang dapat kuisnya, sekalian bundling dapat berkah di akhirat. Jadi catatan pahala. Teman-teman yang baca tulisan ini mungkin ada salah satunya yang beruntung mendapatkan hadiah itu. Wuih, selamat, ya. Ikut seneng.

Tapi jangan sedih, kalau teman-teman belum mendapatkan hadiah giveaway qurban ini. Semoga tahun depan dapat berlimpah rezeki sehingga dimudahakan untuk berqurban.

In the mean time, kita masih tetap berbagi kebahagiaan walau momen idhuladha ini sudah lewat. lagi-lagi JNE memfasilitasi kita dengan programnya lho.

Menyambut momen idhul adha ini, , JNE memberikan potongan harga untuk pengirman barang dengan tujuan ke Negara Timur Tengah, yaitu: Arab Saudi, Turki, Qatar, Mesir, Uni Emirat Arab, Yaman, Yordania, Kuwait, Bahrain, Oman. Asiknya programm ini makin terasa hematnya karena tidak ada batasan minimal berat kiriman barang. Jadi misal cuma 900 gram pun masih tetap mendapatkan potongan harganya. Hmmm... menarik, ya?

Spesial untuk peserta JNE Loyalty Card (JLC), promo dari JNE semakin terasa manfaatnya karena akan mendapatkan Double Point untuk Service International pengiriman ke Negara Timur Tengah.  
Spirit berbagi kebahagiaan bisa kita terus lakukan di hari biasanya. Tanpa harus menunggu momen idhul adha. Walau hanya sebungkus nasi yang kita berikan, kita tidak akan pernah tahu bagaimana nilai kebaikan itu di mata Tuhan. Bukan soal nilainya tapi bagaimana keikhlasan yang kita berikan.










Share: