Tuesday 24 April 2018

Sejuta Pelangi Indonesia: Save Lagu Anak Indonesia

Kalau ditanya siapa penyanyi cilik saat sekarang, mungkin kita ga akan sebingung ditanya siapa penyanyi cilik di akhir tahun 90an.  What a time! Lama banget, ya. Dulu dengan gampangnya kita akan menyebut beberapa nama semisal Agnes Monica a.k.a Agnez Mo,  Joshua, Trio Kwek Kwek, Enno Lerian atau Tasya. Tapi kan time flies, ya. Masa mereka terus-terusan nyanyi lagu anak-anak? Jadi gimana dong nasib regenerasi lagu anak-anak Indonesia?

Beberapa waktu ke belakang pun kalau ada penyanyi cilik yang nampil, lagu yang mereka bawakan jauh dari imej yang pas buat dunia mereka, dunia anak-anak. Ya, sih yang nyanyinya anak-anak, tapi lagu yang dibawakan enggak pas dengan dunianya mereka. Hmmm....  jadi sedih, deh.

sejuta pelangi indonesia

Eh tapi, kekhawatiran itu akan terkikis lho kalau kita sudah mendengar album Sejuta Pelangi Indonesia. Hari minggu lalu, 22 April 2018 bertepatan dengan grand opening Rabbit Town, di kawasan Ciumbuleuit, Bandung saya dan beberapa teman-teman Blogger menghadiri acara perkenalan Album Sejuta Pelangi Indonesia.  Didukung oleh Gstar & Icons Management, roadshow serupa juga sudah dimulai di Jakarta. Surprisingly, Eyang Titiek Puspa pun men-supportnya dan jadi sumber kekuatan yang luar biasa sampai proyek ini terselesaikan. Warbiasa, ya?

Di penampilan pertama ada Super Kids yang digawangi oleh Shienny, Michael dan Jessica. Somehow, trio ini mengingatkan saya pada pada trio kwek kwek ditambah lagi dengan komposisi personelnya yang sama. Dua cewek, dan satu cowok. Senyum manis Michael dan gesturenya yang kocak sukses menghibur penonton. Saya pikir, Michael bakal jadi salah satu ikon lagu anak-anak, lho. Duh, Michael jangan buru-buru gede, ya hahaha.

sejuta pelangi indonesia
Superkids: My Daddy My Hero
Selepas trio ini muncul ada penampilan Jihan menyusul. Nah Jihan ini semacam reborn-nya (((reborn))) Tina Toon. Kenes dan centilnya  pun mirip-mirip lho. Ngemesin gimana gitu.

sejuta pelangi indonesia
Jihan Si Ucu-ucu
Entah kenapa, di album Sejuta Pelangi ini kok saya merasa kayak beberapa penampil bocah ini punya kemiripan dengan para pendahulunya. Coba deh kalau lihat Sabilla, mirip siapa? Enno Lerian, kan? Iya, kan?

sejuta pelangi indonesia

Lalu ada Gea yang bikin saya amaze juga. Sambil nanyi dan menari ala-ala balet, gadis manis ini masih tetap stabil mengatur nafas. Ga terdengar terengah-engah gitu, lho. O, ya pas mereka nampil, mereka ini pada nyanyi asli, live. Bukan lip sync.  Seriously!
Gea dengan Taman Langit-nya

sejuta pelangi indonesia
Kuartet D'Quinny

sejuta pelangi indonesia

Selain trio Super Kids, ada satu grup lainnya yaitu D'Quinny. Apa saya saja yang tiba-tiba teringat sama grup Cherry Bell, ya? Untuk penyanyi soloisnya masih ada Syakira. Dengan kostum pinkynya, ia lincah bergerak membawakan lagu bertema tentang olahraga.

Adalah Cakra Dewa (bukan Cakra Khan), penulis lagu dibalik album ini. Semua lagunya dia yang bikin, lho. Dengan berbagai karakter anak-anak, lagu-lagu yang mewarnai albumnya terasa colorful. Persis dengan judul albumnya, Sejuta Pelangi Indonesia.

sejuta pelangi indonesia
Cakra, penulis lagu untuk albun Sejuta Pelangi Indonesia
Range usia anak-anak yang meramaikan album ini berada di rentang 5-13 tahun.Kesemuanya terhimpun  lewat audisi dari beberapa kota yaitu Bandung, Jakarta dan Cirebon. Penggarapan albumnya dilakukan di Studio 8 Bandung. Secara lengkapnya  7 lagu yang mengisi album ini adalah Mama (Sabilla), My Daddy My Hero (Superkids), Taman Langit (Gea), Ucu ucu (Jihan), Libur Tlah Tiba (Bilqis), Olah Raga (Syakira) dan Merinding DIsko (D'Quinny).

Beberapa di antaranya akan beranjak remaja. Jadi, untuk ke depannya tentu masih perlu regenerasi, agar lagu anak-anak dengan nuansa yang pas buat mereka pun tidak menghilang dari orbitnya seperti beberapa waktu yang lalu. Jadi mari kita dukung #SaveLaguAnakIndonesia. Sayangnya album ini belum bisa didapatkan secara bebas di luar sana, karena baru diedarkan dengan cara membagikannya secara gratis ke sekolah-sekolah.

sejuta pelangi indonesia
Save Lagu Anak Indonesia


Share:

Monday 23 April 2018

Sharing Happiness, Jadikan Zakat dan Sedekah Lebih Mudah

Pas tanggal tua gini, biasanya kita lagi puyeng ngitung-ngitung pengeluaran. Sebisa mungkin jangan sampe tekor alias ngutang. Kan, males banget ya, kalau pas gajian atau ini itu pada cair eh mampir sebentar aja, karena dipake buat bayar-bayar. Ngomong soal bayar-bayar, bagusnya emang segala sesuatunya direncanakan sejak awal bulan. Bukan hanya bayaran wajib semacam rekening listrik, air, bayar sekolah, menyisihkan kebutuhan bulanan dan anggaran rutin lainnya. Tapi juga bayar zakat atau sedekah. Hayo, gimana bulan ini. Sudah bayar belum? 

Menurut saya pribadi nih, membayar zakat atau sedekah bukan hanya sekadar gugur kewajiban saja. Oke, saya udah menunaikan zakat sekian rupiah. No, enggak. Tapi lebih dari itu, zakat atau sedekah kalau dikelola dengan baik bisa menggerakan perekonomian. Ga percaya? Coba baca lagi sejarah jaman khalifah dulu di mana yang namanya badan amal zakat pada waktu itu bisa mendistribusikan titipan umat dan menjadikan perekonomian jadi makmur. Walau misalnya zakat yang ktia bayrkan itu hanya let's say 100 ribu saja, itu berarti banget kalau dikumpulkan dengan dana dari donatur lainnya. Saat ini, di Indonesia pun sudah banyak lembaga zakat yang dikelola oleh swasta dan menawarkan pendistibusiannya agar lebih produktif. Salah satunya adalah Rumah Zakat. 


FYI, pada tahun 2018 ini, Rumah Zakat menargetkan bisa membina sebanyak 1.234 Desa Berdaya yang tersebar di seluruh Indonesia. Menurut Nur Efendi, CEO Rumah Zakat: “Desa Berdaya adalah proses pemberdayaan wilayah berdasarkan pemetaan potensi lokal di bidang ekonomi, kesehatan, lingkungan, dan pendidikan. Tujuan dari pembinaan Desa Berdaya ini adalah untuk memperbaiki kualitas hidup individu dan komunitas masyarakat. Untuk merealisasikan hal ini kami tentu harus bermitra dengan berbagai stakeholder lokal hingga nasional. 

Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah 
Dengan adanya zakat yang produktif, mestinya tangan yang di bawah juga bisa naik level dan jadi salah satu tangan yang di atas. Setuju? Untuk itu, Rumah Zakat juga mengerahkan para pemuda pelopor sebagai Mitra/Fasilitator Desa Berdaya. Nantinya, mereka akan menjalankan tugasnya sebagai pendamping, pemberdaya, surveyor program, penggerak lingkungan, dan bahkan menjadi advokat juga, lho. Wih keren banget, ya? Program itu sudah terealisasikan, kok. Bukan hanya wacana. Saat ini sudah ada 1.118 Desa Berdaya yang terdapat di 191 Kabupaten dan Kota di Indonesia. Mengusung tagline Ramadhan Berdaya, pada bulan Ramadhan yang sebentar lagi tiba, Rumah Zakat sudah mempersiapkan sejumlah program istimewa yang akan dijalankan, yaitu: 
  • Mendistribusikan program 124.000 paket Berbagi Buka Puasa (BBP) 
  • 14.300 paket Kado Lebaran Yatim (KLY) 
  • 6.200 Bingkisan Lebaran Keluarga (BLK), 
  • 8.850 paket Syiar Quran (SQ) dan 
  • 300 penerima manfaat program Janda Berdaya (JB). 

Sharinghappiness.org Versi 3.0 Untuk Kemudahan Berbagi 

Pada tahun 2017, Rumah Zakat memiliki lebih dari 217.000 donatur berdonasi dengan porsi 38% donasi dilakukan di Bulan Ramadhan saja. Dari semuanya itu, 77% donasi dilakukan secara cashless dan 15% donasi cashless tahun 2017 dilakukan melalui platform SharingHappiness.org. SharingHappiness.org adalah platform donasi crowdfunding yang diluncurkan oleh Rumah Zakat pada Februari 2016 lalu. 

Hmmm…. Asik, ya. Mau beramal pun gampang banget, bisa dilakukan dalam hitungan detik dari aplikasi yang tertanam di gadget yang kita miliki. Ga ada lagi dong alasn lupa atau ga sempet. Kalau belanja online saja bisa segera diurus, menyalurkan donasi pun pasti bisa. Gampang! 

Sebagai bukti aplikasi sharinghappiness.org mendapat respon positif adalah dengan meningkatnya donasi yang terkumpul sampai hampir 130% sejak diluncurkan. Trennya terus meningkat, karenanya nih, masih menurut Nur Efendi, pihak Rumah Zakat pun menucurkan fitur kemudahan berbagi melalui SharingHappiness.org 3.0. Mudah-mudahan semakin banyak pihak yang terangkat kesejahteraan dan produktivitasnya dengan adanya aplikasi ini, ya. Aamiinkan, dong. 

Sebagai bukti dana sebesar 24 milyar rupiah dari 25.000 donatur yang bergulir dari aplikasi ini sudah direalisasikan dengan mendanai 280 projek sosial hingga Maret 2018. Adapun perbaikan fitur kemudahan berbagi bagi para pengguna SharingHappiness.org yang tersedia adalah: 
  • Banyaknya pilihan program sosial kemanusiaan 
  • Dashboard untuk melihat perkembangan program 
  • Proses donasi yang bisa dilakukan kapan dan di mana saja; 
  • ‘Wish list’ yang memungkinkan pemgguna untuk menyimpan dan cek daftar program favoritnya. 
Selain itu, dalam waktu dekat ini juga para donatur dan pengguna SharingHappiness.org dapat membuat program penggalangan dana sendiri. Penggalangan dana bisa dilakukan untuk mendukung program yang sudah ada, atau bisa juga membuat program baru untuk membantu mengatasi masalah sosial di sekitar donator. 

Rekap Program Pemberdayaan Rumah Zakat Tahun 2017 

  • Berbagai program pemberdayaan yang terdapat di 1.056 Desa Berdaya yang tersebar di 172 Kota/Kabupaten dan 21 provinsi di Indonesia. 
  • Penerima manfaat di tahun 2017 mencapai 1.621.982 orang, yang mendapatkan layanan program di bidang Kesehatan (Senyum Sehat), Pendidikan (Senyum Juara), Ekonomi (Senyum Mandiri), dan Lingkungan (Senyum Lestari). Seluruh program ini direalisasikan menjadi total 5.667.164 jumlah layanan bagi masyarakat di tahun 2017. 
  • Tersedianya: 51 Ambulans Gratis, 20 Mobil Klinik , 18 Sekolah Juara, 9 Klinik RBG, dan 2 Mobil Juara.  
  • Program Senyum Ramadhan dengan jumlah penerima manfaat 167.571 orang 
  • Distribusi Superqurban sebanyak 132.966 kaleng yang merupakan optimalisasi daging qurban yang diolah menjadi kornet dan rendang. 
Gimana, sudah siap berzakat atau menyalurkan sedekahnya? Jangan lupa install aplikasi sharinghappiness.org di hpnya, ya.
Share:

Sunday 22 April 2018

Aplikasi Akunting Android Yang Friendly User

Hayo, siapa yang ga familiar sama yang namanya akunting? Kalau pun belum pernah ngulik sama sekali waktu masih SMA atau kuliah, semestinya tau, deh apa sih itu ilmu akunting. Ya, ga? Dunia kerja yang konten produksi atau jasa seperti konstruksi, medis, atau apapun itu, tetep aja di struktur perusahaannya membutuhkan tenaga akunting untuk lini keuangannya. Makanya, dari dulu sampe sekarang tenaga akunting itu bakal jadi profesi yang selalu dibutuhkan.

Aplikasi Akunting Itu Ribet?

Sependek pengalaman saya, biasanya masing-masing perusahaan punya aplikasi akunting sendiri. Ada yang beli softwarenya, ada juga yang desain sendiri, dibuatkan oleh pakar IT. Tapi sorry to say, pengalaman saya yang udah-udah, aplikasinya ribet, bikin pusing dan paling males kalau udah  harus berurusan dengan maintenance atau koreksian.  Ditambah lagi repetean dari atasan kalau udah bikin kesalahan hihihi... Malah curhat. Abis gimana, ya? Alurnya kok terasa ribet. Gitu, lho. Ada yang ga ribet di maintenancenya, Excell! Eh tapi itu sih aplikasi bawaan dari paket Office yang ada di komputer kita, kan? Dan malesin banget harus menghafal rumus persamaannya. Cukup jaman SMA- kuliah aja harus puyeng ngafalin yang gituan (((gituan))). 

Itu kalau kerja di perusahaan. Gimana kalau kita sedang merintis usaha mikro, terus ga punya dasar sama sekali ilmu akunting? Semisal nih, punya bisnis online shop yang masih dikelola sendiri. Gimana coba mengelola pembukuan yang rapi, dilakukan oleh sendiri atau dikelola rame-rame sama teman dan sama-sama nge-blank dengan ilmu akunting? Nah lho! 


Aplikasi Akunting Online

Dan jujur aja, saya envy sebener-benernya envy sama anak-anak kantoran yang udah masuk eranya milenial. Saya mah cuma ngalamin eranya Milea aja euy *apa sih* 

Kenapa saya envy? Karena dengan perkembangan digital yang semakin merambah ke semua lini hidup (((hidup))) dan pekerjaan, semuanya terasa mudah dan ringan.

Serius?

Iya. Serius. Kenapa saya bilang serius karena ternyata untuk aplikasi seperti akunting ini juga mengalami perkembangan juga. Dari jaman konvensional versi sheet Excell, desain sendiri  kayak pake sistem BIOS windows gitu, endebra endebre sampai ada versi androidnya.  Catet ya, Android. Proses pembukuan jadi semudah stalking scrolling akun sosmednya mantan atau  gebetean hahaha... Kenapa analoginya ke sana, sih?.

Accurate Lite, Aplikasi Akunting berbasis Android

Jadi gini, lho. Sabtu kemarin, tepatnya pada tanggal 15 April 2018 kemarin saya maen ke gedung Gymnasium Universitas Pendidikan Indonesia atau UPI, jalan Setiabudi Bandung. Dalam gelaran acara Bandung Bersinergi 2 tempo hari, salah satu peserta yang menggelar boothnya adalah Solusi.UKM, penyedia aplikasi  Accurate Lite, penyedia aplikasi akunting berbasis android yang menyasar para pelaku UKM (untuk Accurate versi online) dan pelaku ekonomi mikro (untuk versi lite). 

Kayak saya bilang tadi, karena bukan perusahaan menengah atau besar,  untuk mereka ini sistem pembukuan keuangannya kan ga terlalu banyak printilannya. Tapi tetep dong, butuh sistem pengelolaan  yang bisa menyajikan informasi keuangan perusahaan dan hal lainnya semisal barang masuk atau keluar, biaya-biaya rutin, tetap bahkan untuk pelaku  UKM yang bergerak sebagai  penyedia jasa pun bisa memanfaatkan aplikasi Accurate online atau Accurate Lite ini. Menarik, kan? Lagian ngapain juga kalau aplikasinya canggih luar biasa tapi bikin bingung usernya?



Ssst... Accurate Lite ini aplikasi akunting yang murah, lho.

Wait. Iya menarik. tapi gimana soal biaya yang harus dikeluarkan?  Ah, itu mah ga usah dipikirkan. Se-ringan space yang dibutuhkan untuk install aplikasi di handphone kita, aplikasi yang dinamai Accurate Lite ini hanya membutuhkan biaya 6.000 sehari. Ga jauh beda dengan harga bakso cuanki  semangkok yang bisa kita beli dari mamang-mamang yang lewat keliling komplek. Murah, kan?

Selain sederhana dan murah Accurate Lite ini juga mempunyai beberapa keunggulan antara lain:
  • Sistem aplikasinya berbasis cloud.Data pun aman, ter-back up secara otomatis. Bisa dibuka di mana saja asal punya kuota atau akses Wi-Fi. Sama seperti aplikasi lainnya yang kita benamkan di smartphone, setiap ada pembaruan versi (selama masih berlangganan), sebagai user kita ga usah pusing-pusing untuk melakukan upgrade/update.  Sama aja kayak kita diberi tahu Google Play kalau aplikasi Whatsapp, Facebook dan sebagaikanya sudah ada versi barunya. Mau diperbarui, ga? Tinggal tap Yes or No. Sesimple itu maintenancenya.
  • Terenkripsi secara acak setiap hari, sehingga aman dari ancaman hacker atau orang lain yang ingin mencuri data.
  • Bisa mengonversikan laporan keuangan dalam bentuk mata uang asing lainnya.
  • Dengan tagline Lebih Cepat Accurate, aplikasi ini menawarkan sistem pembukuan bagi pyang lengkap mulai dari proses pencatatan transaksi sampai laporan. Contohnya tuh ada kayak video di atas. Tidak usah punya dasar akunting, bisa dijalankan oleh siapa saja. Tapi ini, ap itu, input ini, input itu dab voilaaa, laporan keuangan pun jadi lebih rapih dan terstruktur.
  • Belum yakin? Nih ternyata Accurate Lite sudah mempunyai jaringan partnership yang luas, lho. Ada 83 universitas di Indonesia menggunakan aplikasi ini untuk  lab praktikumnya dan 200 SMK di Indonesia juga melakukan hal yang sama. 
  • Accurate Lite yang direncanakan juga bisa didapatkan di iOS pun membuka layanan konsultasi online via email di mana setiap pertanyaan sudah terkategori sesuai departemennya. Sejauh ini rata ada 250 email setiap hari yang masuk dan masih bisa ditangani. Tuh, gimana ga kurang support, coba?
  • Bisa cetak laporan keuangan via blue tooh

Di hari dan booth yang sama, diperkenalkan juga campaign  Antijobless. Apa sih Antijobless itu? Ini adalah fitur dari solusiukm.com,  di mana setiap orang bisa memperoleh penghasilan dengan cara mereferensikan aplikasi ini dengan komisi yang didapatkan  sebesar  200 ribu rupiah  sampai 1 juta rupiah per  closing/transaksi. Komisi juga masih berlaku jika user melakukan perpanjangan aplikasi pada periode berikutnya. Semuanya bisa ikutan tanpa biaya alias gratis.

Ssst, saat ini lagi ada promo, lho. Di mana kalau kita memesan aplikasi untuk pemakaian selama 6 bulan ke depan, hanya dikenai biaya langganan 400 ribu rupiah saja atau hanya 2 ribuan lebih dikit per hari. Jauh lebih irit, kan?

By the way, saya lampirkan video untuk versi trialnya. Ternyata emang gampang. O, ya, sebelum lupa, nih. Saya mau kasih tau juga kalo aplikasi ini bisa kita pake juga untuk catatan keuangan pribadi. Itemnya mah tinggal disesuaikan. Berhubung karena baru nyoba, saya baru input dikit aja. Ga mewakili proses finance secara keseluruhan. Lagian kalo iya juga rahasia, dong.

Share:

Friday 20 April 2018

Yogya Trip: Kereta Bisnis Rasa Ekonomi dan Ngelayap di Mall

"Fiiii.... ke Yogya, yuk!"

Satu chat dari Dydie nyolek saya di WA. Sebelum membalas, saya coba inget-inget dulu di  tanggal 6-10 April 2018 kemarin itu apakah udah ada jadwal, atau belum. Kalau bentrok, ya, ga bisa ikut lah. Eh ternyata masih free.  Ya udah saya bilang oke.  Ini beneran di luar rencana. Walau sebelumnya sempat terbersit sih, kangen maen ke Yogya. Terakhir maen ke Yogya pas ultahnya KEB tahun 2017 kemarin. 


Ceritanya nih, Dydie bareng Ika bikin duet acara Sharing Session tentang food photography di hotel Grand Tjokro, Bandung. Selain di Bandung, rangkaian acara ini memang berakhir di Yogya. Saya ikutan dua-duanya acara yang di Bandung itu. Bagi pemenang lomba foto di akun sosmed IG (acara di Bandung),  mendapat hadiah berupa staycation di Hotel Tjokro Style, masih satu grup dengan hotel Grand Tjokro juga. Nah pemenamgnya itu Uwien, mamah Emesh yang baru pergi ke Yogya sehari kemudian setelah kami.

Kalau kepo dengan cerita tentang Sharing Session baca ini aja, ya:

Terus, saya diajakin Dydie karena jadi pemenang lomba fotonya di IG?
No, bukaan! Saya udah mengibarkan bendera putih, setengah tiang *nyerah kok ga ikhlas?* Mupeng pengen jalan-jalan ke Yogya, tapi sadar diri lah kadar ke-kecean-fotoku di IG masih cemen *dicubit Ika* .

Lucky me, karena kangennya saya  sama Yogya, ternyata berjodoh dengan situasi suaminya Dydie ga bisa ikut buat nemenin. So, saya jadi roomatenya Dydie selama 5 hari di Yogya tempo hari.

Lanjut, ya.
Perjalanan saya menuju ke Yogya pun tiba. Dilepas dengan gerimis hujan, saya melesat meninggalkan rumah menuju stasiun Bandung. Sampai di sana, kami (saya dan Dydie) segera check  in dan dengan tawakalnya segera masuk ke kereta, mengabaikan perbekalan kami yang minus air minum. Cemilan sih banyak (sombong :D), tapi seret juga kan, tenggorokan ga ada minum, mah?  Konyolnya lagi  dengan santainya kami nunggu pramugara/pramugari kereta keluar dari kereta (bukan gerbong) makan seperti biasanya nawarin makana berat, cemilan atau minuman. Ih malas amat, ya? 

Lama-lama  ga nahan juga dengan haus yang melanda akhirnya kami beringsut menuju kereta makan dan membeli minuman di sana. Oalah, Rupanya di sana masih prepare sehingga rada telat keluar buat berkeliling.  Maafkan saya udah suuzhan ngira yang enggak-enggak, mikir kalau petugas yang lagi on duty kok lelet.

By the way, kereta yang kami tumpangi ke dan dari Yogya itu kelas bisnis. Sependek ingatan saya, seatnya ga jauh beda dengan kelas eksekutif.  Ga taunya, setelah  sekian lama ga naik kereta, saya baru ngeh ada perubahan. Kursinya kok, jadi sama kayak kursi ekonomi, nih.  Jadi kurang nyaman karena beda dengan ekspektasi :) Ditambah 3 atau 4  row di sebelah kanan saya itu riuh banget. Satu  keluarga dengan kepala rombongannya asik ngobrol via telp dengan level  volumenya lumayan gede. Ok, daripada kesel ga jelas, ya udah saya buka HP, setel youtube, baca novel dan diselingi ngemil batagor. *iya ngemil, seiusan*


Akhirnya jam 15.40 kami tiba di Stasiun Tugu, dari sini kami memesan Grab Car dan menuju rumah Mak Indah Juli buat numpang nginep bareng semalam :) Sekalian kangen-kangenan sama Makpuh. Malamnya kami bukan istirahat, malah nyulik Taruli buat nemenin ke J-Walk. Ngapain? Nonton film The Shape of Water!  Deuh, gaya amat. Di Bandung sih, bisa nonton. Berhubung jadwal keluar Dydie sama saya ga selalu sinkron, jadilah malam itu kami manfaatkan malam itu buat jalan. Cape sih, ditambah muka udah lecek, tapi keinginan nonton udah segitu gedenya.

Dan sepertinya nasib saya sama Dydie buat selalu ketemu orang-orang yang berisik. Setelah jalan di kereta, Seorang Mas yang duduknya di sebelah Dydie begitu ekspresifnya menanggapi adegan demi adegan film. Sebel saya dibuatnya tapi cuma bisa diem.  Pun begitu dengan Dydie.  Cuma dehem-dehem dikit dilanjutkan dengan misuh-misuh selepas nonton dala perjalanan kembali ke rumah Makpuh. 

Film peraih Oscar ini pun kelar juga di jam 22.00an, di luar studio, Taruli sudah menunggu karena kami berbeda pilihan nonton. Sulungnya Makpuh ini lebih milih nonton Danur 2! OMG, padahal saya masih maju mundur buat ngumpulin nyali nonton film yang konon jump scarenya lebih nyebelin (baca: nyeremin) dari sequel sebelumnya. Hahaha... iya, itu alasan utamanya.  Balik ke rumah Makpuh saya segera cuci muka, gosok gigi dan segera tidur, karena besok paginya kami harus bersiap jalan menuju Boyolali. Itenerary pertama untuk mengujungi Nuanza Porcelain, pabrik penghasil properti foto-foto yang kecenya kebangetan.   Cerita selengkapnya menyusul di postingan berikutnya, ya.
Share:

Thursday 12 April 2018

Fat Oppa, Korean Food Recomended di Bandung

Kalau sebuah brand mie instan punya tagline Kembali ke selera asal, saya mau bikin tagline buat cerita hari ini. Kembali ke Fat Oppa, kembali ke Korean Food hahaha....

Beberapa waktu yang lalu, saya pernah cerita tuh nyobain menu Korean Food di Fat Oppa. Di sini nih ceritanya:


foto: Teh Dey
Nah, pekan kemarin, saya balik lagi ke resto Korean Food yang recomended di Bandung ini. Lokasi Fat Oppa  berada di seputaran jalan Karapitan. Ngomong-ngomong soal jalan karapitan, sekitar tahun 2004 silam saya sering banget  ke sini, buat les akunting. Entahlah tempat kursus saya sekarang apakah masih ada, atau sudah pindah. Saya ga begitu memperhatikan Tapi ,... kalau soal sentra kuliner, dari dulu emang jalan Karapitan ini rame aja. Banyak banget pilihan.  Berderet-deret deh, yang namanya resto atau tempat makan di kawasan ini. Karena namanya juga sudah identik dengan Korea, sudah ketebak lah ya, kalau Fat Oppa ini emang fokus sama kulineran ala Korea, sekaligus juga jadi ciri khasnya.

Waktu saya dateng ke sini, ternyata kepagian. Jam 10.50an. Jam bukanya emang mulai jam 11.00. Kedatangan saya cuma selisih sekian menit sama Teh Dey yang datang kemudian. Disusul oleh teman-teman blogger lainnya seperti Nchie, Erry, Teh Nurul, Gita dan blogger lainnya. Totalnya ada 8 blogger yang janjian ketemuan (((ketemuan))) di sini.

Karena banyakan,  jadinya kami membagi  kerumunan jadi dua meja. Saya semeja bareng Erry yang nampak exciting banget. Yoilah, kan doi fans abis apapun yang berbau Korea. termasuk makanannya. Saya sih seneng aja, berasa ketemu kamus hidup hahahaha.... Ya asal ga coba-coba racunin saya buat menggilai drakor sih, saya fine-fine aja *lirik Erry penuh arti*
foto: Teh Deya

foto: Teh Dey
Coba liat di meja sebelah. Mereka juga food blogger tapi kami lebih fokus motoin makanan daripada mereka hahaha... Sah-sah aja lah ya foto dulu sebelum makan. Yang jelas doanya jangan sampai dilewat.

Ada banyak menu Korean Food yang kami cicipin hari itu. Saking banyaknya, beberapa kali saya harus menjeda. Nunggu makanan turun dulu.  Padahal ini kami keroyokin buat menghabiskannya, tapi tetep aja perlu effort. Alhamdulillah masih dikasih sehat dan nikmat normalnya indera pengecap.  

Segitu aja ngabisin berempat kudu berjuang? Ah cemeeen kamu, Fi.

Eh wait, Jangan salah. Itu cuma sebagian kecil menu yang datangnya emang ga sekaligus. Nah, sambil nunggu saya nyeruput dulu orange juice dan ngemil dulu sambil nunggu menu utamanya datang. Walau menu cemilan saya rada aneh, ngemil Ra Myeon hahaha. Ngemil kok, mie sih? Iya penampakannya kayak mie rebus yang biasa kita buat di rumah gitu. Tapi ini beda, lho. Yang saya suka dari Ra Myeon itu  gurihnya ga se-strong mie rebus ala kemasan gitu. Lidah saya tuh sekarang peka sama micin yang terlalu banyak. Kalau ini sih saya nyaman-nyaman aja, walau nyicipnya dikit. Bukan ap-apa, kan emang harus nyiapin space buat makanan lainnya. Ya, kan? Dan hari itu Erry dengan senang hati menservice kami alias ngalasin. Ga usah rikues soal porsi, Erry begitu perhatiannya mengambilkan Ra Myeon dengan porsi yang secukupnya.  Luv you, Ry *lebay*


Eh tapi menu cemilan yang jadi favorit saya hari itu adalah Cheese Bul Dak. Dagingnya empuk gurih, ditambah  keju mozarellanya yang meleleh di hati eh di mulut. Ada sedikit rasa pedas, kayak pake cabe serbuk gitu, tapi pedesnya pas, deh. Dan kok bisa ya matching sama keju? Enak aja, gitu. Kalau kalian makan di sini, saya sarankan jangan abaikan, ya. Chargenya cuma 29 ribu aja buat satu porsi.
Selain Cheese Bul Dak, masih ada menu cemil-cemil lainnya yang ga boleh diabaikan. Ini, nih, BBQ Fried Chickennya. 

Kalau foto di atas ini adalah BBQ Fried Chicken ala Fat Oppa. Daging ayam yang udah ga ada tulangnya ini dilumuri madu dan taburan wijen. Dicocolin ke saus mozarella? Hmmm.... Yummy. Ini juga asik buat dinikmati sendirian aja. Abisnya enak, sih hahaha

Lalu apa menu utamanya?  nih....
Budae Jigaenya nih. Satu porsi gini banyak banget. Kalau yang ini saya ga yakin sanggup  ngabisin sendiri. Kecuali kalau sehari sebelumnya niat banget mutih alias cuma minum air aja. Diiih niat amat, ya.

Inggredientsnya buanyak.  Bisa sebutin satu-satu? Ada mie fish ball, sosis, potongan bawang daun lalu mie yang atasnya disiram saus. Hmmmm.... tenang-tenang. Itu masih mentah. Angetin bentar di atas kompor gas mini dengan nyala api yang sedang lalu cium deh aromanya yang bikin anakonda di dalam perut terbangun.

Ngomongin fish ball saya jadi keingetan sesuatu. Saya sempet nanya sama Koh Agung yang sudah familiar banget dengan bahan-bahan makanan di Fat Oppa. Kabar bagus nih, buat yang punya alergi sama sea food.  Yup. Ga ada konten sea food yang dipakai oleh Fat Oppa. Jadi abai tuh jerawat atau gatal yang biasanya dialami kalau salah makan. Ah ya, saya ingetin juga, nih. Semua menu di sini itu halal. No pork, no lard!

Dan yang paling saya sukaaaa banget adalah menu BBQnya.  Irisan daging yang sudah matang dengan tingkat kematangan  yang bisa disesuaikan dengan selera ini pas banget dicocolin ke saus mozarellanya. Kekurangannya buat saya cuma satu.  Mozarellanya kurang banyak hahaha...



Karena di sini kit bakalan banyak mengunyah daging, saladnya jangan lupa dimakan juga, ya. Selain mengimbangi kolesterol  juga bagus buat membantu percernaan. Dan inget, ya! Ini salad ala Korea, bukan salad ala Indonesia yang mana sambelnya dicocolin gitu. Ya boleh aja sih kalau mau gitu juga hahaha tapi caranya yang bener ala orang Korea itu daging dan potongan salad lainnya yang lebih kecil dibungkus oleh daun selada, terus lumur saus baru deh daunnya dilipat dan nyam.... kunyah deh.


Untuk penutupnya ada es krim ini sebagai penutupnya.  Rasanya manis asem seger gitu, dengan potongan stroberinya.
foto: Teh Dey
 Tapi kalau suka yang manisnya lebih kuat, mungkin es krim yang satu ini bakal kalian sukai.

Hari itu kami pulang dengan hati riang dan perut yang kenyang. Pas foto ini pun  saya lupa ga nahan nafas demi menyamarkan perut yang mengembang hahaha... Ya udah lah gapapa. Hepi ini, kok.


Kalau mau tau lebih banyak menu lainnya  berikut charge setiap menu per porsi  di Fat Oppa, follow dan kepoin aja akun instagramnya di @fat_oppa, ya.
Share:

Thursday 5 April 2018

Cara Mudah Menentukan Paket Internet yang Tepat [Sponsored Post]

Siapa coba yang merasa ga butuh koneksi internet? Boong banget deh kalau di gadgetnya minimal aja ada aplikasi chat semacam WA atau Line gitu trus ngakunya ga butuh internet. Yakiiin? Walau pengguna internet kebanyakan ada di segmen anak-anak milienial dan mereka yang ada di perkotaan, rasanya internet udah masuk dalam sembako kalo boleh. Eh tapi ga bisa dimakan, sih, ya hahaha…. 

Kalau ga percaya nih saya kasih data dari badan statistik. Makin ke sini bukan ke sana atau situ (apa sih), kalau pemakaian internet terus mengalami kenaikan. Ya ini mah makanan empuknya para provider, ya. Alias peluang manis untuk menawarkan paket internet bagi masyarakat. Bukan hanya berlomba untuk menawarkan harga yang murce marice alias murah, tapi juga diimbangi dengan layanan koneksi dan kecepatan saat berselancar di dunia maya. Apalah gunanya kuota murah kalau pas dipake malah payah. Ya, kan? Pertanyaannya, gimana caranya biar tau atau ga keliru memilih provider yang cocok? Nah, lho. Ada yang masih bingung? Jangan bingung, berat. Biar yakin aja #terDilan yang maksa :) 

Wait. Kita petaakn dulu kebutuhan internet. Mulai dari kebutuhan pekerjaan, bisnis, sekolah bahkan buat hiburan juga butuh internet. Hayo siapa yang suka liat vlog biyuti bloher? Tutorial DIY? Resep masak dari Chef yang praktis endebra endebre.

Karena emang butuh banget, bahkan kayaknya telat makan gapapa asal kuota selalu ada. Sekali lagi kita kasih high light kalau kebutuhan internet itu jangan salah milih dalam memenuhinya. Karena kayak saya bilang tadi, koneksi payah itu bikin susah. SOo, kalau mau melirik paket atau provider lain, mending perhatikan dulu hal-hal berikut ini: 

Seperti Apa Kebutuhan Internet Kita? 

Iyes, karena pemakaian internet setiap orang ga akan sama. Ada yang butuh sekian giga, ada yang belasan giga aja cukup buat sebulan. Eh tapi dengan paket yang sama udah abis saja dalam seminggu. Selain itu jangan lupa untuk ngecek masa aktif paket. Sayang lho, masih sisa banyak tapi udah abis. Terus ga bisa diakumulasikan. Hiks hiks…. Atau nih dengan nomimal yang sama, kita galau milih paket yang ditawarkan oleh provider. Makanya, penting banget untuk tahu kayak gimana sih pemakaian internet kita dalam sehari, seminggu sampai sebulan. Nah kalau udah tau, lebih yakin deh nantinya mau beli paket yang mana. 

Pilih Operator yang Tepat dengan Kondisi Lokasi di mana Kita Berada 

Jadi jangan latah hanya karena temen kita pake provider warna ini kita ikut-ikutan pake juga. Karena belum tentu provider yang sama bakal punya sinyal yang kuat di daerah yang berbeda. Ga percaya? Coba deh uji kecepatan operator yang berbeda di tempat yang beda pula. Nanti bakal ketauan mana sih yang lebih unggul. So, pilih deh provider yang emang koneksinya kencang di sekitaran tempat tinggal kita. Kita, ya. Bukan yang lain. 

Pilihan Harga yang Terbaik. 

Iya, harga juga pasti pentin lah, ya. Bisa sih harganya murah trus kuotanya guide, pake banget. Bikin ngiler. Tapi balik lagi sama kenyataan. Kuat ga sinyalnya di sekitaran tempat tinggal kita? Ya mubazir lah murah tapi ga kepake. Murah atau mahal bukan ukuran dalam hal memilih provider yang sinyalnya ga megap-megap alias koneksinya lamban. 

Perhatikan Daya Dukung HP/Gadget 

Nah ini jangan sampai kelewat. Iya sih, ada bonus paket 4G yang menggiurkan. Eh HPnya udah support di jaringann 4G, belum? Percuma aja kalau HPnya cuma mentok di jaringan 3G. Bunosnya ga bisa dipake. Solusi gampangnya kalau mau kuota 4Gnya kepake ya ganti HP hahaha…. Saran macam apa ini? 

Cek Masa Aktif 

Karena pemakaian kuota juga dibatasi masa aktif. Ada paket yang cuma berlaku seminggu, ada juga yang sebulan. Kalau tiba-tiba ga bisa dipake internetan padahal pemakaiannya biasa aja mungkin karena masa aktifnya udah lewat. Ya murah, sih trus kalau lagi urgent dan sialnya ga bisa dipake internetan gara-gara masa aktifnya lewat gimana, dong? Jangan sampai tugas atau pekerjaan jadi molor. Apa ga bete tuh diomelin dosen atau klien? Atau ikutan lomba dan setorannya cuma selisih dikit aja dari deadline tapi tetep aja dianggap gugur. Nangis, nangis, deh *pukpukin* 


Gimana, sekarang udah kebayang, kan mau seperti apa belanja kuota internetan yang pas sesuai kebutuhan tapi ga jadi mubazir? Jangan lupa juga, untuk pemakaian HP, tablet dan modem ternyata beda, lho. Kalau pengen dapat paket yang lebih mudah, bisa tuh belanja di olshop yang juga menyediakan paket-paket internetan dari semua provider. Mulai dari 50 ribu udah dapet tuh.
Share:

Melinda Fest, Bukan Sekadar Ajang Pencarian Bakat

Dentingan piano yang dimainkan gadis berbaju merah menarik perhatian saya. Entahlah, suka aja. Saya buru-buru mendekat ke sisi panggung walau harus 'bersaing' dengan penonton lain yang juga ingin memotretnya dari dekat. Belakangan saya baru tau nama dari gadis berusia 10 tahun ini adalah Sarah Maria Panggabean. Siswa kelas 4 SD Kristen Yahya, Bandung. Ga lama setelah itu, Sarah naik ke panggung lalu cas cis cus menyapa penonton dengan bahasa Inggrisnya yang lancar dan fasih. Ternyata bener aja tebakan saya. Sarah terpilih jadi juara pertama untuk kategori SD dalam acara Melinda Festival pada akhir pekan kemarin yang berlangsung di atrium Festival City Link, Bandung. 

Akhir pekan kemarin, saya dan 8 teman-teman Blogger Bandung menghadiri acara Melinda Fest yang diselenggarakan Melinda Hospital Group yang berkolaborasi bareng The Queen Maker Production. Hunting bakat-bakat ini dimulai pada Januari 2018 dengan cara melakukan kunjungan ke sekolah-sekolah yang memang sudah memiliki bakat-bakat potensial. 



Pencarian bakat juga dilakukan dengan cara audisi umum dan melalui jalur yang didukung oleh Dina Pendidikan Kota Bandung. Kurang lebih ada 720 murid yang ikut audisi (terdiri dari siswa TK dan SD). Dari proses seleksi, kemudian tersaring sebanyak 154 orang ke babak final dan berlanjut ke babak final yang diikuti oleh 50 orang, terdiri dari 15 murid TK dan 35 murid SD. 

Kalau dari kategori SD ada Sarah yang terpilih, Kimberly Michelle Olivia (4 tahun) memenangi kategori TK. Murid dari TK Bintang Mulia ini mengunjukan bakat Catwalk dan Sulapnya di depan juri. Lucu deh liat posenya yang udah siap dijepret kamera. Saya dan teman-teman tertawa geli mendengar jawaban polosnya saat sesi tanya jawab. 



Sarah sudah cukup lama lho belajar pianonya, tepatnya sejak berumur 3 tahun! Gadis manis yang juga menyukai matematika dan taekwondo ini tidak  merasa terpaksa untuk menekuni piano. Sempet tuh saya tanya, apa pernah merasa bosan? Jawabannya enggak. Emang karena udah suka, sih ya. Jadi enjoy aja. Dari arahan kedua orangtuanya, Sarah kemudian memilih musik klasik sebagai passionnya. Kalau Singapura  punya ikon musisi klasik Vanessa Mae dengan biolanya, Indonesia bakal punya Sarah dengan pianonya, nih. Semoga, ya.  

Untuk terus mengasah bakatnya, setidaknya Sarah  latihan main piano di rumah, minimal satu jam saja setiap hari. Selain itu ia juga mengikuti les sekali dalam seminggu. Ga ada bakat yang ujug-ujug gitu kan, ya? Nih contohnya Sarah. 

Penilaian dalam ajang Melinda Fest fokus pada sisi intelektual (IQ), emotional intelligence (EQ), dan pengetahuan anak yang berhubungan dengan dunia kesehatan, pendidikan dan pengetahuan umum. Makanya, Melinda Fest ini tidak akan selesai dengan pengumuman juara dan pemenangnya dikirim mewakili Indonesia ke Bangkok untuk jadi duta Indonesia di ajang “Internasional Kids of The Year 2018” di Bangkok, Thailand. Nantinya mereka juga akan dilibatkan sebagai ikon untuk kampanye isu-isu yang berkaitan dengan dunia mereka seperti pendidikan dan kesehatan. 

Rencananya, Melinda Hospital Group akan menjadikan ajang ini sebagai event tahunan, dimana mereka juga percaya jika ajang ini bisa memperdalam hobi dan juga bakat serta nilai kreativitas anak-anak. Selain penampilan piano yang dimainkan Sarah atau Sulap an bakat catwalk yang dilakukan oleh Kimmy, saya sempat melihat anak lainnya mempertontokan baaktnya seperti menyanyi, menari dan juggling. Jadi envy deh, jaman saya masih bocah event kayak gini kan jarang ada, ya? 

Wow, keren, ya? Kecil-kecil udah moncer gini bakat dan prestasinya. Semoga bisa mengharumkan nama Indonesia di Bangkok nanti, ya, Sarah. 

Anyway, berikut ini adalah daftar pemenang dari  masing-masing kategori. 

Juara Kategori SD

JUARA 1 : Sarah Maria Panggabean - SD Yahya - Piano

JUARA 2 : Michael Geraldo - SD ST Yusuf Cikutra - Nyanyi

JUARA 3 : Sonia Putri Nur Illahi - SD Plus Araffah Rancaekek - Jaipong

JUARA FAVORIT :  M. Davenzsky N - SDN 113 Banjarsari - Sepatu Roda / Inline Skate

JUARA HARAPAN :
  • Mishkan Jubilee Manurung - Temasek International School - Make Up Artist
  • Chelsea Aurelia Adellyne Kustiawan - SDK 1 BPK Penabur - Wushu
  • Hikmah Amalia - SD Pasir Pogor - Dance Modern ( Mario Bross )

Juara Kategori TK

JUARA 1 : Kimberly Michelle Olivia -TK Bintang Mulia - Catwalk dan Sulap

JUARA 2 :  Adven Gideo- TK Yos Sudarso- Wushu

JUARA 3 : Arimbi Putri Naderli - TK Iklashul Amal- Jaipong

JUARA FAVORI : Jacob Tanusanjaya - TKK 246 BPK Penabur - Nyanyi


Siapa tahu di event tahun depan yang jadi pemenang berikutnya adalah adik, keponakan atau teman-teman. So, nantikan ajang ini tahun 2019 nanti, ya.
Share: