Sepanjang hidup, sejak lahir sampai sekarang, seingat saya baru pertama kali ketika sakit harus dirawat di rumah sakit. Jarang sakit serius, sekalinya sakit harus dioperasi. Kejadiannya sekitar 3 tahun lalu, akhir tahun 2013, sekitar dua minggu sebelum hari ulang tahun saya. *penting ya dibahas?*
Cerita lengkapnya baca di sini aja, ya.
Waktu dirawat itu saya ngambil kelas 3 aja. Tahu diri lah saya. Biaya operasinya aja udah mehong nian. Cukup buat beli motor dua unit kayaknya. Waktu itu juga belum ada BPJS.
Walaupun dirawat di kelas 3, Alhamdulillah pelayanannya optimal. Bahkan untuk makanannya pun worth it. Yaaa meski makannya orang sakit mana enak sih?
Saat dirawat itu saya punya beberapa teman sekamar (dalam satu ruangan ada 8 kasur dengan pasien yang menghuni 4 orang, perempuan semua). Ada yang korban tabrakan, pasien batu ginjal dan perawat di rumah sakit itu yang kena tifus. Perawat juga kan manusia, ya? Segimana strongnya daya tahan tubuh, ada kondisi tertentu yang meminta tubuhnya untuk beristirahat. Mungkin dia lelah.
Perawat yang disapa Achi ini malah jadi temen ngobrol sampai tukeran pin BB segala. Sayangnya pas ganti hp saya hilang kontak euy. Chi, how are you, Neng? Ngubekin seantero rumah sakit tempat saya dulu dirawat? Kayaknya ribet, yaaa :)
Seperti biasa, di setiap ranjang pasien kan suka ada tuh identitas pasien. Mulai dari nama, usia dan printilan lainnya. Begitu juga dengan saya. Di atas ranjang tempat saya tidur tercantum identitas dengan panggilan Nyonya. Di sana ditulis Nyonya Efi. Ya sudahlah, ga kepikiran buat protes soal itu. Apalah artinya sebuah panggilan, asal saya ga dipanggil Mas, atau Eyang misalnya hehehe. Tapi belakangan panggilan Nyonya di depan nama saya itu jadi masalah. Sempat bikin saya shock, walau sesaat.
Jadi gini ceritanya...
Walaupun dirawat di kelas 3, Alhamdulillah pelayanannya optimal. Bahkan untuk makanannya pun worth it. Yaaa meski makannya orang sakit mana enak sih?
Saat dirawat itu saya punya beberapa teman sekamar (dalam satu ruangan ada 8 kasur dengan pasien yang menghuni 4 orang, perempuan semua). Ada yang korban tabrakan, pasien batu ginjal dan perawat di rumah sakit itu yang kena tifus. Perawat juga kan manusia, ya? Segimana strongnya daya tahan tubuh, ada kondisi tertentu yang meminta tubuhnya untuk beristirahat. Mungkin dia lelah.
Perawat yang disapa Achi ini malah jadi temen ngobrol sampai tukeran pin BB segala. Sayangnya pas ganti hp saya hilang kontak euy. Chi, how are you, Neng? Ngubekin seantero rumah sakit tempat saya dulu dirawat? Kayaknya ribet, yaaa :)
Seperti biasa, di setiap ranjang pasien kan suka ada tuh identitas pasien. Mulai dari nama, usia dan printilan lainnya. Begitu juga dengan saya. Di atas ranjang tempat saya tidur tercantum identitas dengan panggilan Nyonya. Di sana ditulis Nyonya Efi. Ya sudahlah, ga kepikiran buat protes soal itu. Apalah artinya sebuah panggilan, asal saya ga dipanggil Mas, atau Eyang misalnya hehehe. Tapi belakangan panggilan Nyonya di depan nama saya itu jadi masalah. Sempat bikin saya shock, walau sesaat.
Jadi gini ceritanya...
Identitas saya dengan panggilan Nyonya pun tercatat dalam rekam medik, mulai dari bolak balik ke ruang praktek dokter atau ketika dokter datang ke kamar perawatan untuk mengecek kondisi saya. Setelah tiga hari menjalani perawatan, saya diputuskan untuk menjalani operasi pada Jumat siang.
Pagi harinya, sebelum menjalani operasi, saya harus menjalani pemeriksaan lagi, sekadar memastikan kondisinya sudah siap. Salah satunya adalah menjalani pemeriksaan di dokter sepesialis kandungan. Masih di rumah sakit itu juga dong.
Untuk mengecek kondisi rahim, saya diantar oleh perawat menemui dokter spesialis kandungan. Sesaat setelah pegecekan dengan USG, wajah dokternya terlihat aneh, seperti kebingungan. Sebelumnya dokter - yang saya lupa namanya - ngasih tau kondisi kista dalam rahim. Gede banget. Saya ga nyangka selama itu punya kista. Sakit aja ga kerasa. Lalu beberapa waktu kemudian, ekspresi wajahnya, bikin saya jadi rada takut. Tatapannya serius bercampur bingung. Duh, ada apa ya? Jangan-jangan ada masalah baru. Lalu beliau nanya gini:
Pagi harinya, sebelum menjalani operasi, saya harus menjalani pemeriksaan lagi, sekadar memastikan kondisinya sudah siap. Salah satunya adalah menjalani pemeriksaan di dokter sepesialis kandungan. Masih di rumah sakit itu juga dong.
Untuk mengecek kondisi rahim, saya diantar oleh perawat menemui dokter spesialis kandungan. Sesaat setelah pegecekan dengan USG, wajah dokternya terlihat aneh, seperti kebingungan. Sebelumnya dokter - yang saya lupa namanya - ngasih tau kondisi kista dalam rahim. Gede banget. Saya ga nyangka selama itu punya kista. Sakit aja ga kerasa. Lalu beberapa waktu kemudian, ekspresi wajahnya, bikin saya jadi rada takut. Tatapannya serius bercampur bingung. Duh, ada apa ya? Jangan-jangan ada masalah baru. Lalu beliau nanya gini:
Dokter : Ibu sudah punya anak?
Saya : Belum Dok
Dokter : Ibu pernah berhubungan badan?
Saya : Belum.
Wajahnya terlihat tambah aneh, buru-buru saya tambahkan, "Saya belum nikah, dok."
Seketika rona mukanya berubah, lalu menoleh ke perawat yang menemani saya pagi itu. dengan tatapan serius setajam silet.
"Kenapa di sini namanya ditulis pake nyonya?" nadanya sedikit meninggi.
Saya malah geli pas mendengarnya. Meski selang NGT yang menjalar di hidung dan nyambung ke bagian dalam tubuh cukup menganggu, bikin ga nyaman. Ketakutan semula ada gejala apa-apa yang baru terdektesi pagi itu, pudar sudah. Ternyata dokter heran dengan kondisi rahim saya yang dikiranya sudah menikah.
*Aduh Dok, kirain ada apaan*
"Maaf , Dok. Nanti dikoreksi," sahut perawat setelah menerima kembali file yang diserahkan oleh dokternya.
"Ya udah, kamu jadi operasi nanti siang, ya."
Saya mengangguk lega. Meski sesungguhnya saat itu saya harap-harap cemas menyiapkan mental untuk menjalani operasi besar. Tapi mengetahui kondisi tubuh yang siap adalah sinyal baik kalau tidak ada hal lain yang perlu dikhawatirkan akan menganggu jalannya operasi. Beberapa menit kemudian ketika balik lagi ke kamar tempat saya menginap, identitas di atas ranjang sudah berubah.
Nama Pasien: Nn. Efi
asalnya sebelum keluar tertulis begini:
Nama Pasien: Ny. Efi
Jadi siapa bilang panggilan Nona yang tertukar jadi Nyonya itu ga masalah? Seorang dokter spesialis aja bisa dibuat bingung jadinya hihihi..... Kan gawat kalau salah diagnosa.
By the way tulisa saya ini terinspirasi dari blogpostnya Ayu Oktariani: Operasi Pengangkatan Fibroadenoma Mamae untuk program #PINKEBANDUNG.
Kasus yang kami alami memang berbeda, tapi sama-sama masalah yang bisa dialami oleh kaum perempuan. Abaikan soal panggilan yang tertukar itu. Sampai saat ini, saya sehat walafiat kecuali masalah alergi itu, ya.
Sehat itu mahal, lho temans. Selain itu, sehat juga investasi penting agar kita bisa tetap beraktifitas dengan leluasa. Bagi yang sedang sakit, tetap semangat untuk mengikhtiarkan kesembuhannya, ya.
22 Comments
Sebagai emak2 yg basicly di bidang kesehatan, memang gede bgt pengaruhnya kalau salah sebut/tulis. Untung ga "An" ya mak salah tulisnya hehe
ReplyDeleteHihi gitu ya, Mak? Kirain waktu itu tuh dokter kandungan heran karena merhatiin kondisi rahimku yang belum pernah mengandung. Ternyata antara nona dan nyonya perlakuannya bisa beda juga untuk kasus penyakit lainnya, ya?
DeletePadahal hanya beda 1 huruf aja yaa mak??? Harusnya huruf ke-2 "N" salah ditulis "Y"...Jadi balada salah 1 huruf.*hehe..
ReplyDeleteSatu huruf yang pengaruhnya beda bangeeet :)
Deletekalo di medis ngaruh bgt yg kyk begitu ya Teh, tapi kesian jg ya si suster yg salah nulis Ny hihihi *pukpuk susternya*
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteWah serem juga y Teh klo sampe salah kasi pbat/suntikan aku si bayanginnya sampe sana xixixi..
ReplyDeleteHehehe iyaaaa. Mungkin dalam beberapa kasus medis, status nona dan nyonya emang ada pngaruhnya ke tindakan.
Deletewah fatal juga ya. pantes kalau di RS pasti dipanggil dengan jelas, nona..nyonya..ngga asal mbak..ibuk...gitu. ternyata ada maksud
ReplyDeleteIya, aku juga kepikiran gitu. Jadi bukan sekadar sensi sama panggilan yang ga sesuai.
DeleteWah bisa jadi masalah serius juga ya Teh kalau sampai salah panggilan gitu.
ReplyDeleteKalau salah treatment gara-gara salah tulis status gitu kan gawat nanti kalau pihak RS diprotes.
Deletengeri kalau sampai salah diagnosa ya
ReplyDeleteIya, ngeri. Duh untung dokternya nanya.
Deletehahahha, emang sih panggilan itu pengaruhnya gede banget. dulu pernah juga mau operasi gtu, di tempat daftar ditanyain berkali-kali " bener Nn yaa bukan Ny, wkwkw"
ReplyDeleteNah kaaaan, harus jelas ya. Sampai dikonfirmasi berulang kali gitu.
DeleteWaaah, well noted Mba kalau aku atau keluarga ada yang musti terpaksa opname bakalan aware sama penulisan nama ini...
ReplyDeleteIya, Nia. Semoga jadi pelajaran buat semua, ya.
DeleteKalau untuk operasi rahim, status memang penting. Kalau sudah bersuami, suaminya harus tanda tangan.
ReplyDeleteUntuk izin pengambilan tindakan jua ya, mbak. Dulu ortuku yang tandatangan izin operasi. Ya iyalah, terus siapa lagi dong? :)
DeleteTerlihat sepele tapi sebenernya berpengaruh besar yah.
ReplyDeleteIya mbak, ternyata kalau urusan medis gelar di depan nama nona atau nyonya itu ngaruh.
DeleteSilakan tinggalkan jejak di sini, saya bakal kunjung balik lewat klik profil teman-teman. Mohon jangan nyepam dengan ninggalin link hidup. Komentar ngiklan, SARA dan tidak sopan bakal saya delete.