Jelajah Koleksi Artistik di NuArt Sculpture Park - Setiap mendengar nama I Nyoman Nuarta, benang-benang halus yang mengisi sekian juta (mungkin) kenangan ataau apalah yang diingat, kalau divisualisasikan seperti layar imajiner di film-film futuristik akan memunculkan tampilan patung Garuda Wisnu Kencana yang ada di Badung, Bali. Setelah menghadiri sebuah acara di Bandung beberapa waktu yang lalu, kekepoan saya mengantarkan saya pada beberapa hal yang sebelumnya belum pernah saya ketahui.
Selain pahatan Garuda Wisnu Kencana yang populer dengan sebutan GWK ini, ternyata I Nyoman Nuarta juga sudah menghasilkan karya-karya monumental lainnya, yaitu monumen Jalesveva Jayamahe (Surabaya) dan Monumen Proklamasi yang berada di Jakarta itu juga karya beliau. Duuuh, kemana aja saya selama ini? Gak gaul! hiks!
Selain ketiga karyanya yang sudah saya bilang tadi, seniman yang ternyata sekarang tinggal di Bandung (ini juga saya baru mudeng) ini juga membangun sebuah galeri untuk memajang karya-karyanya yang identik dengan bahan logam tembaga dan alumunium, yang beralamat di jalan Setra Duta, kelurahan Sarijadim Bandung. Ini mah lumayan deket dari rumah. Semakin sadar kalau saya ini kudet.
Banyak koleksi ukiran di sini yang teksturnya serupa jaring-jaring, seperti patung ini |
ada yang tahu, mirip awan apa ini? |
Namanya Bianca, she is a girl, then |
Oke, setelah mengikuti rally seharian, diguyur hujan yang meringkus Bandung sampai waktu ashar menjelang tidak membuat exciting saya jadi luruh. Sejak pagi ketika menjejakan kaki di galeri NuArt Sculpture Park emang sudah membulatkan tekad. Selesai acara harus berkeliling venue yang namanya ini memang nyerempet nama beliau. Nuarta - NuArt.
Baca juga: Amazing Race Seru Bersama My Blue Bird
Baik di halaman luar mau pun bagian dalam gedung, area yang punya luas sekitar 3 hektar dengan gedung 4 lantai ini benar-benar memanjakan mata para penikmat seni. Bikin betah! Ngomong-ngomong soal wisata ke galeri atau museum yang katanya boring, premis itu ga berlaku di sini. Makanya jangan kabur dulu. Baca terus cerita saya sampai tuntas, tasssss.
Devi Zolim, koleksi yang palilng menarik perhatian saya |
Apa yang kebayang kalau lihat patung di atas? Saya jadi keingetan karakter algojo di film-film kolosal, atau di film thriller, tokoh-tokoh yang entah siapa, siap kapan saja mengancam nyawa. Ngeri, ya. Patung ini dikaih nama Devi Zolim. Nama yang sepadan dengan kesan yang ditampilkannya. Takut? Tenang aja, dia dirantai dan pastinya ga hidup. Amakn kok. Mau berfoto dengan patung ini atau patung lainnya, boleh aja. Tapi jangan lupa, simpan saja selfie stick alias tongsisnya. Khawatir aja kesenggol atau ada insiden apa bisa merusak koleksi patungnya. Kan, sayang kalau rusak.
Patung yang ini juga menghadirkan kesan yang rada bikin merinding. Namanya Group IV. Saya kok jadi keingetan gank rasis di Amerika dulu. Klux Klux Klan. Filmnya pernah ada juga. Ada yang inget?
Group IV |
Gimana dengan yang bukan pecinta seni? Kalem, saya juga bukan pecinta seni sejati. Menggambar saja, saya masih kalah keren sama bocah-bocah. Tapi melihat aneka patung dari berbagai ukuran membuat saya terpesona. Ada beberapa karya yang saya ngerti (dikit) ada juga yang bikin kening saya melukiskan beberapa garis, tanda tidak mengerti. Hahaha... ah sudahlah nikmati saja.
Rush Hour |
Macan pun boleh bobo cantik dengan pose seperti ini |
O, ya ngomong-ngomong soal tiket, setiap orang harus membayar 50K untuk dewasa dan 25K saja untuk anak-anak. Setelah puas mengamati koleksi yang ada, jangan lupa buat menukarkan tiketya dengan souvenir. Saya nyesel ga baca dengan teliti. Baru nyadar pas pulang ke rumah. Penukaran tiket dengan souvenir hanya berlaku di hari yang sama.
Kapan-kapan saya harus ke sana lagi. Demi souvenir? Bukan, tapi masih banyak yaang belum saya kenali lebih dekat. Soalnya saat itu sudah waktunya saya pulang mengingat bus jemputan sudah siap-siap bertolak meninggalkan lokasi.
Kapan-kapan saya harus ke sana lagi. Demi souvenir? Bukan, tapi masih banyak yaang belum saya kenali lebih dekat. Soalnya saat itu sudah waktunya saya pulang mengingat bus jemputan sudah siap-siap bertolak meninggalkan lokasi.
Jangan lupa berfoto :) |
Mau foto di sini? keren juga |
Selain ragam pahatan berbagai ukuran dari yang kecil sampai yang besar di sini juga kita bisa menyaksikan beberapa karya seniman lainnya dari Bandung (ga tahu juga ya, apakah selain seniman Bandung ada tidak karyanya di pajang juga di sini. CMIIW). Beberapa lukisan di sini juga bikin saya amaze, kayak hidup dengan visual tiga dimensinya. Seolah-olah bisa saya comot. Satu kata aja, keren.
Karya seniman lain yang ikut mejeng |
Ini juga karya seniman lain yang dipajang di sini. Punya Kang Tisna Sanjaya. Judulnya Qurban,
Sebagian besar patung atau ukiran yang ada di sini memang terbuat dari logam tapi ada juga yang dipahat dengan bahan batu seperti yang jadi header postingan ini. Saya sempet ngobrol sama salah satu kurator galeri di sini. Kepo dengan berapa lama setiap karya selesai dieksekusi. Ternyata yang ukurannya kecil membutuhkan waktu beberapa bulan. Sementara yang besar butuh waktu beberapa tahun. Bayangkan,, berapa lama waktu yang dicurahkan oleh seniman - yang menyelesaikan kuliahnya di jurusan Seni Patung ITB Bandung ini - untuk menyelesaikan semua patung yang ada di sini.
Karena memang seniman, desain di dalam galeri ini juga nyeni. Bukan hanya tangga kayu yang melingkar seperti spiral saat kita akan menapaki anak-anaknya menuju lantai atas, tapi juga desain kursi penonton di dalam studio ini.
Tangganya lucu |
Selfoot dulu |
Ruang studionya keren |
Selama kurang lebih 15 menit di dalam ruangan yang bisa memuat sekitar 100 penonton ini, kita akan menyaksikan tayangan film dokumenter tentang perjalanan seni di Indonesia. Soal kualitas audio visualnya? Jangan takut, udah kayak standar bioskop. Asik.
Di tengah arus globalisasi yang semakin kencang - dulu waktu masih kuliah saya masih inget dengan istilah global village - Kampung global. Sekat-sekat budaya yang semakin bersinggungan sangat mungkin membuat identitas budaya sebuah negara jadi terkikis. Hilang? Ah jangan dong. Makanya di jaman modern ini kita tetap perlu menjaga identitas. Uniknya, saat arus globalisasi semakin kencang, malah kan memunculkan keaslian identitas sebuah bangsa. Apa coba yang bisa kita banggakan dari negeri tercinta ini? Kalau secara teknologi masih banyak yang harus kita salip, identitas budaya Indonesia yang amazing ini yang harus dijaga.
Dari sekian pengunjung yang datang ke galeri ini, sudah banyak lho bule-bule yang enjoy menghabiskan waktunya mengunjungi museum ini. Jalan-jalan ke mall sih udah biasa, mainstream. Kalau ke Bandung atau kamu yang di Bandung mau me time atau rekreasi yang tidak biasa, jangaan lupa mellipir ke sini. Datang rombongan lebih asik, tapi sendiri pun tetap seru. Bisa melihat koleksi yang ada di sini tanpa terdistraksi ajakan teman yang bosan atau ingin tahu objek lainnya.
NuArt Sculpture Park
http://www.nuartsculpturepark.com
email: info@nuartsculpturepark.com
telp: 022-2020414, 022-2017812
IG: @nuartpark
Kirain tadi di luar negeri ternyata di Indonesia ya?
ReplyDeleteBagus2 ya hasil karyanya?
Btw itu "devi" zolim ya mbak? kirain "devil" hehe
TFS ya :D
Beneran namanya Devi, ga pake L. Citarasanya tinggi, ya. Amazing lah aku baru nyadar kalau ada tempat kece gini di Bandung.
DeleteTeh Epii,aku suka ke museum, harganya beda ya dgn museum di Jkt. . Yg macan, jadi terlihat manis yaa, ngga gahar, unyukk :)
ReplyDeleteWiih Uciii ternyata suka amen ke museum. Kalau nanti ke Bandung jangan lupa maen ke NuArt ini, ya terus selfie sama macannya :)
DeleteSaya kok paling suka lihat patung yang orang bonceng2an naik sepeda itu ya😀 musiumnya sepertinya sepi banget ya mbak.
ReplyDeleteMasih banyak ukiran patung yang cakep di sini, Mbak. Iya, masih sepi nih. Mungkin karena weekdays juga. Aku belum coba main ke sana. Kalau terlalu rame juga kayaknya ga enak, jadi kurang menikmati suasana.
DeletePhotoable semua ya teeh Efi
ReplyDeleteBanget, Nay. Harus siapin memori yang luas da batre gawai yang selalu penuh biar ga nyesel :). Ayo dong, main sini.
Deleteyang penting nikmati aja hasil karyanya ya, kalau gak ngerti maksudnya ya udah, daripada pulang-pulang malah pusing >_<
ReplyDeleteIyaaa Mbak. Enjoy aja, kan ga bakalan dites juga kayak anak-anak sekolah :D
DeleteKayaknya menyenangkan tempatnya, ya. Ternyata bukan hanya patung yang dipajang disini. Soalnya kalau bawa anak-anak suka bete di museum melihat patung-patung saja.
ReplyDeleteIya, Mbak, kalau kata saya mah suasana dan interiornya ga bosenin. Ajakin anak-anaknya maen ke sini kalau nanti dolan ke Bandung, ya.
DeleteWii keren koleksinya, kalo ke Bandung nanti wajib ke Nuart Sculpture Park ini sambil ajak anak - anak, dijamin mereka pasti suka :)
ReplyDeleteIya, mbak. Jangan sampai terlewat dari list itenerarynya ya.
DeleteUniik2 bangeet, Mbak. Apalagi itu yang naik sepeda. Cakeep!
ReplyDeleteNah, ada lagi yang suka patung sepedanya, nih. Idaaah maen ke sini ya nanti.
DeleteTetiba aku nyesel nggak daftar acara amazing race yang waktu itu. Kalo ikut kan aku pasti bisa nikmatin juga karya-karya kece itu hiks.
ReplyDeleteTeh kalo kesini lagi ajak-ajak aku ya :D
Iya nih Nesm, nyesel kan? Mudah-mudahan ada event lagi yang tempatnya di sini,ya.
DeleteMuseumnya asyik!
ReplyDeleteIya dong. Nanti maen ke sini, ya.
Deletetiap ke Bandung pengen banget ke sini, tapi gak pernah di-acc sama anak2 dan bapaknya, KZL :D
ReplyDeleteBapaknya anak-anak kudu dihipnotis dulu kayaknya, Teh. Biar diijinin hehehe. Deuh, kenapa ga maueun wae, ya?
Deleteselalu suka sm para seniman yg entah mengapa kraetivitasnya gak ada batasnya yaa...
ReplyDeleteImajinasi mereka kalau udah dieksekusi suka biki geleng-geleng kepala, ya. Suka envy campur amaze sama para seniman teh.
DeleteKeren tuh, baru tau ak klo ad museum seni, wkwkwk
ReplyDeleteKe mana aja atuh, Mas'e? :D
Delete