Dulu nih, waktu kecil saya pernah berandai-andai,
kayaknya seru ya kalau punya saudara
kembar. Entah gimana, pokoknya asik aja kebayangnya. Kadang suka
kepikiran pengen tau apa sih
sensasi rasanya, soal ikatan emosional,
bisa kompakan, tuker posisi dan
keseruan lainnya. Belakangan saya mulai tau dikit-dikit soal dunia
anak kembar. Iya, dikiiit, ga banyak. Anak kembar itu
bisa kembar identik, susah membedakan. Kembar yang ga sama persis, bisa kita lihat
perbedaan dari mereka atau beda jenis kelamin.
Dan.... kembar mesti
ga selalu samaan. Waktu kecil dulu saya pernah ngalamin tuh dikasih baju atau sandal yang samaan. Padahal kembar pu enggak. Meski beda 4 tahun, secara fisik saya
ga jauh beda sama adik, jadinya ukuran baju atau alas kaki nyaris sama. Hasilnya? Kami sering ribut dan berantem rebutan pake,
entah punya siapa yang kotor
duluan pokoknya lagi pengen pake baju yang itu ya keukeuh harus
pake. Kebayang kan gimana
gemes dan keseeeeelnya ibu saya liat
saya da adik saya berantem? Hehehe... dulu sih, itu.
Beberapa Pasangan Kembar di Gathering Twivers |
Nah, ngomongin
kembar kadang suka identik dengan yang samaan, ya. Kalau wajah
serupa dan sulit membedakan ya
mau gimana lagi? Udah dari sononya, meski
kadang ada kok clue tertentu yang bisa jadi kita patokan untuk membedakan.
Padahal, kembar enggak mesti
selalu samaan dalam mengenakan pakaian. Enggak gitu. Kompak iya, tapi ya gitu, bukan selalu harus seragaman. Makanya, 2 Agutus
2015 kemarin saya datang ke acara Gathering Komunitas Kembar Twivers yang digagas
dua blogger Eva dan Evi di warung Upnormal di jalan
Cihampelas Bandung. Awalnya iya, dulu juga agak susah membedakan duo
kembar ini, tapi sering ketemu Evi saya mulai bisa membedakan Eva dan Evi. Lagian dari penampilan juga
sekarang keliatan beda, kok. Eva membiarkan rambutnya tergerai panjang dan Evi
memotong pendek rambutnya sebahu dan Evi sedikit lebih chuby hehehehe. Biar
chuby tetep cantik, kok.
Setelah melalui drama
perjalanan tercegat macet, saya akhirnya sampai juga di lokasi sekitar jam
13.30. Uh, telat, banget. Saya memilih duduk di sayap kanan, bersebelahan dengan duo kembar
yang salah satunya juga blogger Bandung, Dwi Wulan dengan
saudara kembarnya.Eko.
Selain Dwi dan
saudara kembarnya, beberapa pasangan kembar
juga hadir di TKP. Dari yang masih
balita sampai yang dewasa. Ada yang sengaja mengenakan baju yang samaan seperti
kembaran Kayla dan Nayla atau Jenina dan Agnia. Sementara Dwi dan Eko mengenakan pakaian yang senada, nuansa hitam putih dengan
motif yang beda.
Siapa bilang
sih kembar itu harus selalu sama
plek dalam segala hal? Selain pasangan
Eva dan Evi yang sudah saya kenali
sebelumnya, saya iseng memperhatikan pasangan kembar Kayla
dan nayla yang sedari saya datang anteng dengan kertas gambarnya.
Kekompakan yang terjalin di antara pasangan kembar baru terlihat ketika ada game tanya jawab dan joget-joget yang sudah dicontohkan oleh Eva dan Evi. Hasilnya, justru malah Dwi dan Eko yang keluar sebagai pemenang. Keduanya tidak canggung untuk menari diiringi musik yang dimainkan oleh band pengiring acara.
Perhatiin dua boch kembar yang lagi asik itu. Lucuuuu, ya |
Dalam sesi tanya
jawab antara audience dengan
nara sumber Ike Junita dan Dr. Siska Nurohmah M.Sc,
saya mencatat poin penting tentang
pasangan kembar. Kembar memang tidak
harus selalu samaan, karena meski bagaimana pun yang namanya anak kembar identik atau tidak,
punya kecenderungan untuk berbeda. Mungkin bisa saja waktu masih sekolah
di SD sampai SMA bisa sekolah barengan,
tapi menginjak bangku kuliah
masing-masing dari mereka akan
menentukan pilihan masing-masing.
Misalnya saja Eva yang memilih
kuliah di UPI dan Evi di Unisba
dengan jurusan yang berbeda. Lagi pula bagaimana pun lengketnya pasangan kembar
pada akhirnya akan punya lingkaran
sendiri khususnya kalau sudah menikah.
Yang terpenting, bila mempunyai saudara kembar, buatlah masing-masing anak merasa nyaman dengan diri mereka sendiri. Setiap anak adalah unik, termasuk anak kembar,dukung pilihan dan potensi yang mereka miliki agar nantinya setelah dewasa mereka dilihat karena potensi dan kemampuan yang dimiliki, bukan sebagai objek menarik yang dikepoin dengan aneka kepenasaran kita.
Hmmm, kepikiran pengen punya anak kembar?
Makasih liputannya, Teh Efi ^_^ Semoga berkenan hadir lagi di acara TwiVers
ReplyDeleteSama-sama Eva. Jangan kapok ajak-ajak lagi, ya, Seru ya, mengamati anak-anak kembar dari dekat:)
DeleteKeponakan saya juga kembar, sekarang umur 1 tahun. Tapi dibiasakan beli apa2 beda, kadang warna sama model beda atau sebaliknya.
ReplyDeleteTapi kalau untuk punya anak kembar rasanya ndak sanggup saya. Satu aja rempong apalagi 2 :)
Rupanya kehadiran anak kembar di tengah-tengah keluarga akan membawa kebahagiaan tersendiri..
ReplyDeleteAlhamdulillah, saya punya banyak siswa kembar, wajahnya emang pada identik, tapi masing-masing punya sifat dan bakat berbeda.
ReplyDeleteBerarti mba suka ya klo punya anak kembar:)
DeleteAsik yah klo punya anak kembar.
ReplyDeleteIya, tapi kayaknya repot ya kalau masih bayi atau balita :)
Deletepunya teman kembar waktu SMP, mereka kembar identik tapi ya selera beda banget, itu makanya aku heran kon temanku nggak suka baju kembaran padahal mereka kembar, kan lucu gemez :)))
ReplyDeleteWaktu SMA juga aku punya teman yang kembar tapi kembarannya beda sekolah. Satu cewek satu cowok, nah yang cewek ini tomboy banget.
Deletekalau kembar sama ya udah biasa ,, susah entar bedainnya :D
ReplyDeleteIya, serunya anak kembaran itu bisa tuker peran . Lucu kali, ya ngerjain temen tuker sekolah misalnya hehehe
Delete