Tuesday 17 June 2008

Nikmat dari Allah

Siang tadi aku, mama, kakak dan adik (wah udah kaya kijang aja nih) membenahi rumah. Mulai dari kamar Ayah -menyusun kembali buku-buku di lemari setelah ada sedikit perubahan posisi - debu-debu yang lumayan banyak membuat aku bersin melulu sejak siang tadi.
Paru-parunya ga bagus, komentar Mama dan Dian.
Ya, polusi kota, jarang olahraga, minum air yang kurang plus 'terpaksa' terpapar asap rokok yang ga aku harapkan.
Aku teringat kejadian beberapa hari lalu ketika dalam perjalanan bis menjumpai seorang 'penceramah'. Beda dengan mereka yang menjajakan koran, alat tulis, makanan dan para pengamen yang mencoba mengais rejekinya, dia menyapa penumpang bis kota dengan ceramah sederhananya yang mengena.
Ditengah lamunanku, aku mencoba mengikuti uraiannya. Syukurilah nikmat yang kita dapat katanya. Karena masih banyak orang yang ga seberuntung kita. Kita masih bisa berbicara atau asyik hanyut dalam lamunan dengan nikmat ketika tubuh kita sehat. Lain ceritanya ketika sakit gigi menyerang, melamun saja rasanya tidak nyaman.
Coba lah lihat ke bawah, di pinggiran jalan, masih banyak yang harus berjuang menjalani hidup. Bayangkan ketika kita asyik terlelap tidur, ada banyak orang yang harus cukup tidur beralaskan koran, beratap langit,berselimut debu. Lihat lah ke bawah, masih banyak nikmat yang kita dapat tapi tidak didapat orang lain ujarnya.
Ah, ceramah yang sederhana tapi membuat aku jadi merenung. Sering sekali aku sibuk mikirin keinginan-keinginan yang belum kesampaian tapi malah melupakan nikmatNya. Termasuk nikmatnya sehat. Aku cuek aja ketika merasakan
tidak ada masalah dengan hidung. Bersin-bersin hari ini yang cukup menyiksa membuat aku sadar betapa berharganya nikmat sehat yang Allah berikan. Itu baru hidung, lalu bagaimana dengan nikmatnya mata,alis,hidung,lidah,detak jantung 24 jam,telinga,paru-paru,pencernaan,tangan,kaki,Orang tua yang menyayangi, ilmu/pengetahuan yang aku dapat, akses informasi yang mudah,penghasilan yang aku rasa masih saja kurang sementara orang lain masih banyak yang tidak seberuntung aku.
Ya, soal nikmat kita mestinya melihat ke bawah, membuat kita bersyukur pada Allah pelindung kita terbaik, bukannya mengeluh meratapi hal yang tidak/belum kita dapatkan. NikmatMU manakah yang aku dustakan?
Ampuni aku ya Allah. Hasbunallah wani'man wakiil ni'man maula wani'man nasyir.
Share:

Motivasi dan Inspirasi

Sekitar bulan maret akhir lalu, aku dan kedua adikku mengunjungi islamic fair yang digelar di landmark braga. Diantara sekian stand yang ada, kami menyempatkan mampir di sebuah stand buku. Seorang ibu setengah baya ditemani dua orang anaknya yang masih bocah tengah asyik melayani pengunjung yang bertanya-tanya harga buku dan produk lain yang dipajangnya. Sebuah buku berjudul Catatan Harian disetiap Sujudku ternyata menarik minat adikku.
"Teh, subsidi ya?uangnya kurang," kata Hasnah.
Beberapa saat saya melihat isi buku tersebut, isinya kumpulan kisah sejati, tentang hikmah hidup yang didapat para penulis kontributornya. Menarik sekali, karena aku juga menyukainya. "Ya, tentu saja boleh,"jawabku.
Apa yang terjadinya selanjutnya agak menggelikan juga, karena ternyata aku lebih dulu menamatkannya, selain waktu yang lebih luang, ini juga salah satu indikasi kalau buku sarat hikmah tersebut sudah membuat saya kepincut.
Penasaran? Beli dan baca bukunya deh:-) ga pa pa kan ya mba Asma bukunya dipromosiin he3.
Selain kesengsem juga untuk membeli buku Asma Nadia lainnya, aku tertarik bergabung di milisnya.
Syukur deh fasilitas gprs di hp.ku sangat membantu, ga usah repot-repot menyambangi warnet, saya segera login ke email dan bergabung.
Subhanallah, pilihanku ga salah. Sebelumnya aku pernah bergabung dengan beberapa milis- aku jarang membuka dan berinteraksi, inbox yang luber- ga adanya sense of belonging malah membuat aku malas nerusin dan mengganti alamat email. Lain dengan milisnya pembaca mba Asma: posting-posting yang menarik, interaksi diantara member yang hangat membuat aku kerasan. Rasanya seperti keluarga, meski belum pernah bertemu. Salam sapa yang hangat, support dan motivasi yang aku dapat membuat aku jatuh cinta.
Thanx banget buat teman-teman di milis, it's so inspiring.
Share:

Sunday 15 June 2008

Kritik

Sabtu pagi kemarin aku menyalakan teve, ada acara wisata kuliner di trans tv. Sudah biasa sih tapi begitu melihat teks di tv aku langsung mengenali lokasi kuliner yang disambangi Bondan 'mak nyus nan markotop' itu. DAHAPATI, jalan cipaganti Bandung. Ah, tentu saja aku tau, bukan karna aku suka jajan keliling resto tapi lokasi di teve itu adalah rumah seorang teman waktu sma dulu.
Ga tau juga apa Icha temanku pemilik rumah itu masih tinggal disana atau tidak. Belum lama berselang, handphoneku tiba-tiba berbunyi. Pasti dari Rini -temanku yang sekarang tinggal di palu- dan ternyata bener. "Fi, liat tv ga?rumah Icha masuk teve ya?inget ga waktu kelas satu dulu kita pernah makan-makan disana bareng wali kelas?"
Ya, pita memori di otakku lalu berputar dan berhenti saat empat belas tahun berlalu, kurang lebih. Waktu itu wali kelasku berusaha mencairkan kekakuan, slag dan suasana ketidaknyamanan kelas yang ga mengenakan. Sambil makan-makan, beliau berinisiatif untuk menungkapkan uneg-uneg. Caranya dengan menuliskan kritik kepada teman, siapa saja yang kami maksud tanpa harus mencantumkan nama.
Dan... Mulailah pengadilan itu. Tidak ada yang menyangka kalau hujan kritikan pedas, sinis bakal mengalir deras. Ada beberapa orang diantara kami yang panen kritikan, ada yang biasa saja, bahkan ga mendapat kritikan sama sekali seperti aku - setelah beberapa waktu berlalu aku merasa bersalah karena kritik yang aku tujukan pada seorang teman sebenarnya lebih subjektif.
Waktu itu ada beberapa wajah yang tertunduk malu, sementara yang lainnya sibuk menerka-nerka siapa pengirim kritik sekaligus berharap cemas seperti apa kritik yang bakal mereka dapat.

Singkat cerita acara 'riungan' yang digagas wali kelas hari itu sepertinya tidak mendatangkan hasil positif. Mungkin maksudnya baik- sebutlah Wali kelasku namanya pak Hadi- mejembatani pengkritik dan yang dikritik tanpa merasa sungkan. Tapi menurutku waktu itu tidak adil buat mereka yang dikritik tanpa ada kesempatan untuk membela diri atau meluruskan masalah.
Lidah memang tajam ya, meski kritik disampaikan secara tertulis. Karakter ewuh pakewuh yang malah disimpan dalam hati, kasak kusuk di belakang juga tidak menyelesaikan masalah. Masalahnya ga mudah untuk menyampaikan uneg-uneg langsung kepada seseorang dengan cara yang halus. Kalaupun bukan masalah berat mendingan lupakan saja, ga usah diambil pusing (bukan berarti kita jadi orang yang masa bodoan juga). Satu waktu mungkin kita sebel sama seseorang tapi siapa tau lain waktu justru dia malah yang menyelamatkan kita. Bukankah antara benci dan suka bedanya tipis? Ah, kekurangan kita pun masih banyak, segunung! Ini juga salah satu kelemahanku termasuk keberanian untuk menyampaikan koreksi karna takut tersinggung. Di sisi lain masih banyak kejelekan-kejelekan kita yang tidak diketahui orang lain.
Astagfirullah...
Share:

Thursday 5 June 2008

1 milyar batang???

Akhir mei kemarin tepatnya tanggal 31 mei diperingati sebagai hari anti tembako. Duh, ngenes deh. Di Indonesia kayaknya ga ada apa-apanya.
Satu hal yang bikin saya sebel, tepat tanggal 31 kemarin yang juga jatuh pas akhir pekan malah ada gelaran panggung hiburan. Yang bikin keki sebener benernya keki karena sponsornya itu produk rokok. Argh!! Kok kayak yang ngeledek ya?dari spanduk yang terbentak tepat di depan gapura menuju rumah saya tema yang diusung dalam rangka kebangkitan nasional plus ultah perumahan tempat saya tinggal.
Ultah?sumpeh loo? P'rasaan dulu-dulu ga ada perhelatan dalam rangka memperingati ultah komplek.
Jadi?buat saya sih ini mah pembodohan.
Dalam jeda waktu yang berdekatan sebuah liputan di harian Pikiran Rakyat mengungkap kalau ternyata dalam sehari ada 5 milyar batang rokok yang dibakar setiap harinya di Indonesia.
Please note saudara-saudara! Pake cetak tebal,miring,garis bawah dengan huruf yang semuanya KAPITAL, 5 MILYAR BATANG!!(sori ga bisa dicetak tebal,miring dan underline karena posting dari hp:-D). Anggap aja satu batang rokok rata-rata harganya 400
perak, dalam sehari saja berarti ada 2 trilyun yang dibakar! 2 Trilyun perak. Kalau dalam sebulan paling tidak ada 60 trilyun perak yang dibakar. (berapa persennya BLT ya?lebih dari lumayan). Itu cuma buat rokok aja, belum lagi resiko yang harus keluar akibat rokok.
Jadi, masih mau berdalih rokok ada manfaatnya selain cuma ngasih ilusi buat yang ngisap?masih mau berdalih cukai rokok punya kontribusi besar buat negara tapi biasa subsidi kesehatan yang harus keluar buat penyakit akibat rokok lebih besar?
Gimana juga opportunity cost yang muncul akibat rokok dan penderitaan orang-orang yang terpapar asap rokok?(i am one of them!).
Ga ada untungnya deh ngerokok. Kalau aja seluruh rakyat Indonesia ga ngerokok, dana yang keluar bisa dialihkan buat pos lain yang lebih penting termasuk buat mereka karyawan pabrik rokok kalau gulung tikar. Bakalan lebih banyak lagi tenaga kerja yang produktif karena tubuhnya sehat bebas dari rokok.
Jadi katakan TIDAK BUAT ROKOK!
Share: