Tuesday 24 May 2022

Kolaborasi: Dari Sepak Bola sampai Bisnis Online. Kayak Gimana, Sih?

"Goool..."

Satu kata teriakan yang terbilang ajaib karena meluncur dari mulut saya. Eh, ga ajaib banget sih kalau ada di momen tertentu. Misalnya lagi musimnya pertandingan timnas. Saya berasa banyak te
mennya. Penonton perempuan jadi rada banyakan. 

Tapi kalau lagi hari biasa, saat ga ada gelaran event berskala regional macam Sea Games kemarin, ya beda sendiri. Sementara yang doyan nonton liga sepakbola kalau yang berjenis kelamin perempuan jumlahnya ga banyak. Susah nyari temennya buat ngerumpiin. Hiks hiks.. 

Saya tuh kan doyan banget nonton bola. Dari kecil sebenernya. Nah, saban weekend itu saya punya hobi sendiri. Nonton bola! Huehehe. Ada yang samaan? Cariin temennya dong 😄

Di rumah, saya paling antusias nonton bola dibanding kakak atau adik saya yang laki-laki. Yang rada lumayan, ya Apa alias bapak saya. Tapi itu pun bapak saya lebih suka nonton Persib maen. Saya sendiri lebih suka nonton pertandingannya bule, alias liga Inggris. 
Sebenernya ga bule semuanya ding. Ada juga pemain dari benua lain yang punya kulit berwarna. 

Misalnya ada Mo Salah dan Sadio Mane dari Afrika. Terus Ada Takumi Minamino, pemain timnas asal Jepang yang merumput bersama Mo dan Mane di klub yang sama. Iya 3M ini alias Mo, Mane dan Minamino itu emang pemain klub favorit saya, Liverpool Hehehe.

Dulu saya pernah denger celetukan kayak gini:

"Ngapain sih riweuh-riweh ngejar bola? Udah ditendang terus dikejar lagi. Kenapa ga dikasih satu-satu aja biar anteng masing-masing?"

Yeeeh, saya suka pengen protes deh kalau ada yang bilang gitu. Di mana serunya maen bola masing-masing gitu? Ga asik.

Justru asiknya maen bola ya rebutan gitu. Satu bola dikejar dan ditendang. lempar, tendang, oper. Gitu seterusnya.

Tapi di situ seninya. Karena maen bola itu permainan tim. Bukan maen individu. bahkan dalam skala lebih kecil jumlah pemainnya ga bisa sendirian. Sepakbola itu adalah permainan berkelompok. Saat mau menceploskan bola ke gawang, ada tantangan dan hadangan yang harus dihadapi.

Ada juga skill yang diperlukan. Kapan harus berlari, menurunkan tempo, nyundul pake kepala, mengontrol pake kaki atau mengoper ke temen, n
gasih umpan sama temen yang peluangnya lebih terbuka lebar.

Seperti itu juga dalam berbisnis. Dulu kita taunya bersaing. Siapa yang produknya paling bagus, paling banyak yang beli, sampai yang paling cepet sold out. 

Tapi sekarang bukan lagi zamannya berkompetisi. Kalau bisa berkolaborasi kenapa enggak? Sama-sama maju dan bisa mempercepat tercapainya goal alias tujuan. Ga harus toh-tohan menggeber jualan atau produksi karena kita perlu turun minum alias break, mengatur nafas dan langkah untuk kembali mengejar tujuan.

Ngomong-ngomong soal bisnis, di beberapa postingan saya kan pernah cerita tuh, kalau saat ini saya lagi menekuni dunia online sebagai pelaku bisnis. Saat ini lagi merintis lewat jalur dropship. Sok atuh, kepoin media sosial jualannya saya, ya. Ad ig @kakaefishop (soon to be mau muncul di tiktok juga) dan ini yang lagi tiarap,
di market place.

Ternyata jualan di market place ini ga auto cuan alias laris dapat pembeli hanya dengan upload produk jualan kita di situ. Karena dengan produk sejenis, yang sama persis, yang merknya sama ada toko-toko lain yang menjual dengan harga bersaing. 

Saya sempet mikir heran, kok bisa ada yang jualan produk yang ama di mana harga jualnya lebih murah dari modal dasar kompetitornya. Ehm, ini agak berbau curhat sih, ya? hihihi. Ya terus kalau mau ikutan banting harga ya ga mungkin. Bunuh diri dong.

Pilihannya adalah ganti produk lain, cari supplier lain yang bisa kasih harga lebih murah, atau strategi lain misal kloning toko, naikin trafik pengunjung lewat cara ngiklan, ngajakin temen berkunjung aja (konon katanya dilihat aja ga dibeli pun bisa ngepush posisi toko di mesin pencarian). Ada juga jasa pengunjung toko biar kita ga cape ngajak-ngajak temen jadi visitor.


"Kalau mau, buka toko aja di L*z**a," kata Ramdan, salah satu anak muda pegiat relawan TIK yang jadi temen ngobrol saya, bareng Nchie bersama Roi yang sore itu lagi ngopi sore ngebahas geliat dunia UMKM di Bandung. "Di sana tingkat persaingannya lebih ringan. Kita masih bisa dapat pembeli. "

Baiklah, saya mau buka cabang di sana 😁

Sebagai kota yang hidup dengan sektor ekonomi kreatifnya, ga bisa dipungkiri kalau di Bandung ini banyak banget pelaku usahanya.Bahkan saat pemerintah mulai melonggarkan pemakaian masker di ruang terbuka beberapa waktu lalu, jauh hari sebelumnya sektor perekonomian di Indonesia terutama di Bandung sangat terbantu untuk tetap bertahan dengan adanya transaksi online alias e-commerce. By the way, ini juga yang membuat saya berpikir untuk menggeluti dunia jualanan online.

Nah, dari beberapa pengamatan, salah satu (karena ada banyak faktor) hal yang bisa membuat orang tertarik jualan oline kita adalah fitur free ongkir. Beberapa kali pertanyaan seperti itu mampir ke chat saya posting di story WA. Atau ada juga yang girang bukan kepalang pas saya kasih tau kalau produk yang dibelinya free ongkir.

Kok bisa?
Ya bisa dong. Dan senengnya lagi saya ga mengurangi margin harga biar bisa kasih free ongkir. Vendor yang memfasilitasi produk jualan online saya itu punya kerjasama khusus dengan kurir ekspedisi biar dapat fitur ini. Bahkan ketika ada produk yang nilainya ga memenuhi syarat dapet free ongkir, biaya ongkirnya bisa tetep lebih murah dari harga umumnya.

Hayooo siapa coba yang ga seneng? Eh sebentar. kalau mau jadi pelaku olshop kek saya itu, dan mau tau gimana boleh deh japri buat ikutan ya hihihi. Free lho, ga kena charge.

Balik lagi ke soal kurir ekspedisinya. Salah satu kurir ekspedisi yang jadi andalan juga di toko onlshop saya itua dalah JNE.

Nah, setelah di kota-kota lainnya menjalin kerjasama dengan para pelaku UKM buat memperluas pasarnya lewat jalur e-commercr, kali ini JNE merangkul para pelaku UKM di Cilegon dengan menggelar acara JNE Ngajak Online 2022, Goll..Aborasi Bisnis Online Kota Cilegon.
Pada acara ini, JNE menghadirkan dua pelaku UMKM, di antaranya adaa Farah Kartika Sari selaku Owner IKM Permata (sandal hotel Cilegon). Beliau ini juga pernah terimbas dari krisis pandemi beberapa waktu lalu. Angka penjualan beberapa produknya sempat terjun bebas.

Begini katanya:

“Adanya pandemi ini menghambat produksi kita, sehingga adanya COVID-19 membuat kita menjadi lebih putar otak bagaimana supaya UMKM kita tetap berjalan. Melalui sosial media, e-commerce, lalu ekspedisi seperti JNE, kami sebagai UMKM manfaatkan sebagai sarana untuk mengembangkan bisnis. Selain itu, kita juga berkolaborsasi di sana, usaha kita yang di masa pandemi krisis menjadi stabil lagi.”

Hal lain yang dilakukannya juga menjalin netwoerking lebih luas terutama dengan para customer yang dibidiknya.

Dalam dunia jualan, kita tahu banget kalau repeat order muncul bukan karena suka aja tapi juga adanya trust dan komunikasi yang baik antara penjual dan pembeli. Begitu juga hal yang sama dilakukan oleh Farah. Pihaknya selalu berusaha merespon komplain yang masuk dan menjadikannya sebagai bahan untuk evaluasi. Untuk pelanggan yang loyal, mereka akan mendpat reward cuma kartu ucapan. Ini berarti banget lho buat customer. Artinya kita punya perhatian spesial banget di mata penjual. Apalagi kalau udah punya brand imej yang populer. Serasa spesial gitu. Ya, ga? Mau pindah ke toko sebelah jadi urung. 

Sementara narsum lainnya di acara itu, Linda Yuli Yani selaku Owner ELYECRAFT bercerita kalau media sosial sangat membantu sekali kesuksesan UKMnya. Pandemi lalu, membuka celah bisnisnya menjual konektor masker untuk para hijaber. Tau ga, selain di market place, laris juga lho dipasarkan di media sosial IG dan FB.

Selain memberikan support untuk para pelaku UKM, JNE di kota ini juga punya program CSR semisal utuk pembangunan rumah, wakaf Al Quran, memberikan bantuan saat ada bencana, bahkan yayasan asrama.

Setelah gelaran Goll..Aborasi, kegiatan JNE di kota ini ga akan berhenti. Masih ada kegiatan lainnya seperti yaitu trading house, digital marketing, yang akan mengajak para seller ikut terliabt di dalamnya.

Cilegon dalah kota ke-9 dari 60 kota yang masuk dalam roadshoenya JNE. Setelah Cilegon, kota lainnya yang menyusul adalah Pasuruan dan sudah berlangsung tanggal 19 Mei lalu.

Kira-kira bakal hadir di kota mana lagi ya kolaborasinya JNE dengan para pelaku UKM? Semoga roadshownya bakal mampir ke kota tempat tinggal teman-teman, ya. Jangan lupa buat ikut acaranya, lho.

Share: