"Teh, kalau beli sepatu ini buy one get one, lho.
"Ya kan, beli kanan dikasih yang kiri. Atau sebaliknya. Masa cuma sebiji?"
Sale s/d 70% off
Buy One Get One
Diskon 50%+20%
Harga Coret 50%
No Drama No Ribet dengan Promo Dua Kali Lebih Besar
"Teh, kalau beli sepatu ini buy one get one, lho.
"Ya kan, beli kanan dikasih yang kiri. Atau sebaliknya. Masa cuma sebiji?"
No Drama No Ribet dengan Promo Dua Kali Lebih Besar
"Di Jepang kita bisa nemu tulisan aksara latin ga, sih?"
Dulu saya pernah nanya seperti ini sama seorang teman, yang juga instruktur bahasa Jepang
Rangga, teman saya itu menggeleng kepala. "Susah, Teh
Aduh saya stres duluan membayangkan ribuan huruf kanji yang jumlahnya ribuan itu 😄
Saya dan teman lainnya yang belajar bahasa Jepang sama Rangga ketawa kemudian. Ya terus ngapain belajar bahasa Jepang kalau ga dipake. Sebuah kekonyolan nanya seperti itu 😄.
Selain Jepang, ada negara lain yang konsisten dan militan menggunakan aksara lokalnya seperti Arab, China, India, Thailand, Korea atau Rusia. Kalau suka atau pernah nonton film-film dari negeri-ngeri ini pasti pernah lihat salah satu adegan di mana tokohnya sedang browsing membuka gadget atau laptop. Font yang muncul di layar adalah fontnya mereka. Sungguh bikin nangis karena mendadak jadi tuna aksara.
Tapi teman-teman pasti tau juga dong kalau Indonesia ini punya aksara lokalnya. Ruas jalan Braga di Bandung atau Malioboro di Jogja adalah contoh aplikasi pencantuman aksara lokal di bawah aksara latin yang tercantum pada plang jalan.
Pertanyaannya, sudahkah kita mengenal dengan baik aksara lokal kita sama halnya dengan tokoh-tokoh yang pernah kita saksikan di film atau serialGa ngerti?
Saya juga ada di barisan teman-teman yang harus mengakui kalau sayacga bisa membaca pun menulis aksara nasional. Bahkan membedakan mana aksara lokal Sunda, Jawa, Bali atau Bugis misalnya
Makanya saya dibuat takjub ketika aksara nusantara Indonesia ternyata sudah di-digitalisasikan. Artinya, aksara lokal Indonesia ini juga bisa muncul di keyboard gadget (terutama android) yang kita gunakan sehari-hari
Sebelum ngajak teman-teman buat mengekspor bareng-bareng, saya mau cerita dulu.
Hari kamis lalu, 30 Desember 2021, IG Live Program Merajut Indonesia Melalui Digitalisasi Aksara Nusantara (Mimdan) yang diselenggarakan oleh akun @merajut_Indonesia dengan topik Perjalanan Digitalisasi Aksara Nusantara.
Dalam acara itu Hadir dua narasumber Ilham Nurwansyah selaku penggerak Aksara Digital dan Ratih Ayu dari Divisi Pengembangan Usaha dan Kerjasama PANDI. Acara yang dipandu oleh moderator Evi Sri Rezeki ini dikemas dengan durasi satu jam tapi memberikan insight yang begitu padat dan berisi soal digitalisasi aksara Nusantara.
Penasaran sama lanjutan captionnya? Bisa lanjut baca di ignya Merajut Indonesia atau langsung ke link inihttps://www.instagram.com/merajut_indonesia/p/CWc4uKghbrX/?utm_medium=copy_li
Tunggu, ya. Ceritanya ga sampai di sini. Lanjut lagi, yu
Saat ini baru ada 3 aksara lokal yang sudah terstandar yaitu Jawa, Sunda dan Bali dan 7 aksara nasional yang sudah go digital. Ilham menuturkan proses digitalisasi aksara nasional ini diolah sedemikian rupa agar bisa terbaca dan tidak tertukar satu sama lain oleh komputer.
Nah, data yang sudah terhimpun dan dikenali, komputer bisa membacanya sebagai data base semisal untuk membuat kamus. Di lain waktu saat kita menemukan sebuah naskah bertuliskan aksara kuno, komputer sudah bisa membacanya dengan bantuan data base itu tadi
Yang perlu diperhatikan, basis data base membutuhkan rujukan standar nasional untuk aksara nusantara yang sudah terstandar. Sebenarnya inisiatif pengembangan akasara digital ini sudah dimulai oleh masyakarkat umum secara mandiri. Namun belum ada keseragaman seperti apa standar penulisannya atau tata letaknya pada papan keyboard.
Makanya, sejak November 2020 lalu, Pengeola Domain Indonesia (PANDI) memprakarsai wadah untuk memfasilitasi sinergi dengan berbagai kalangan termasuk dengan pemerintah dengan melakukan pendekatan ke pihak-pihak seperti gubernur, akademisi dan komunitas.
Kolaborasi yang dilakukan antara lain mengadakan lomba-lomba, ke depannya mengadakan simposium dan webinar untuk merangkul lebih banyak pihak yang terlibat.
Di android masih ditemukan Kekeliruan kesalahan sesuai kaidah yang berlaku, perlu dirumuskan standar yang layak. Beberapa contoh kasus yang ditemukan misalnya seperti:
Tampilan di setiap platform harus sama, terutama di Indonesia. Yang dimaksud di sini misalnya kombinasi, rasio dan ukuran.
Tata letak di papan ketik berbeda antara satu developer dengan developer lain. Karenanya dibutuhkan standar yang sama untuk diaplikasikan.
sumber: https://inurwansah.my.id/2021/12/28/standar-nasional-indonesia-sni-fon-dan-tata-letak-papan-tombol-aksara-nusantara/ |
Penggunaan standar yang tidak sama bisa membuat aksara nasional yang sudah diketik jadi tidak terbaca jika dibuka melalui perangkat gawai yang menggunakan developer lain. Misalnya nih saya bikin status di WA pake aksara sunda, belum tentu terbaca (tamiplan yang muncul jadi kotak-kotak) oleh teman lain yang menggunakan perangkat telepon genggam yang berbeda. Sayang sekali kalau penggunaannya jadi mubazir karena ga sinkronnya sandar yang dipakai
Saya sudah nyoba instal keyboard aksara sunda di HP saya. Yang paling dasar kita bisa langsung menggunakan keyboard bawaan google (g-board) seperti ini
Kalau perangkatnya ga support untuk memunculkan keyboard aksara sunda, kita bisa mengunduh Keyboard Aksara Sunda lewat Playstore.Seperti ini tampilan Keybooard Aksara Sunda ini
Kalau sudah terinstal, tampilan di keyboardnya seperti ini. Lebih lengkap dengan pendukung grammarnya untuk mengalihkan tulisan dari aksara latin jadi versi Sunda
Dalam pengucapan aksara sunda tidak mengenal bunyi f. makanya kalau ada yang bilang orang sunda ga bisa nyebut f itu ya bener. Bukan pitnah :). Terus, gimana dong kalau mau nulis nama saya Efi Fitriyyah dengan versi aksara Sunda?
Ternyata ada aksara yang mendukung, semacam aksara pengganti untuk menulis kata serapan (seperti orang Jepang yang punya fitur huruf katakana untuk menulis kata serapan yang bukan berasal dari bahasa Jepang. Dari font fu ditambahkan aksen i yang diletkan i atas huruf fu dengan ukuran lebih kecil.
Seperti ini contohnya. Saya juga sertakan contoh penulisan nama saya dalam versi aksara Jawa dan Bali.
Seru lho. Teman-teman juga bisa mencobanya. Jangan lupa saat aktivasi keyboardnya aktifkan juga setingan bahasanya yang kompatibel dengan perangkat yang dimiliki.
Penggunaan aksara nasional ini sebenarnya bukan cuma buat membantu pemindaian manuskrip atau prasti kuno agar terbaca secara digital saja tapi bisa diaplikasikan dalam banyak hal. Pernah bayangkan tidak kita membuat password dengan aksara nusantara seperti ini
Bukan sekadar keren tapi juga dari sisi keamanan akun jadi lebih terjaga, meminimalkan bobolnya password.
Pada tahu 2021 lalu, PANDI sudah mengajukan IDN atau Internationalized Domain Name untuk penerapan dalam standar pemberian domain internasional untuk aksara non-latin. Nantinya IDN dapat diterapkan pada top level domain (TLD) untuk kode negara disamping penggunaan aksara latin.
Menarik sekali di masa mendatang kita bisa memiliki nama domain internet dengan pemakaian aksara lokal Indonesia. Serangkaian kelengkapan administrasi sudah dilakukan oleh PANDI untuk memenuhi persyaratan yang diperluka
Semoga konsep ini bisa segera terealisasikan dan Indonesia bisa mempunyai aksara lokal yang lebih dikenal secara global. Dukungan kita sebagai orang Indonesia dengan lebih banyak memakainya bisa mempercepat pengenalan aksara lokal indonesia jadi lebih mendunia. Minimal dimulai dari kita sendiri dan mengaplikasinya lebih intens.
Yuk, kita instal aplikasi aksara lokal ini dan ajak juga sebanyak-banyaknya orang lain untuk turut mengenalnya.
By the.way, untuk rekaman acaranya bisa tonton di sini. Lengkap dari awal sampai selesai
https://www.instagram.com/tv/CYG-RX8pHKf/?utm_medium=copy_link