"Epiiii...." Treking yuk?
Waktu dikasih tau dapat ajakan ini dri The Lodge Maribaya (tentunya treking di hutan. Bukan treking ala biker ya), hati saya kontan berbunga-bunga (woi diajak treking kayak diajak ngedate). Pasalnya belum lama nih saya make a wish, pengen maen ke alam. Udah lama sekali rasanya walau terakhir kali maen ke hutan belum sampe setahunnya.
Hari itu, minggu, tanggal 3 Januari 2021 lalu saya bersama Nchie, Demia, Uwien dan Sandra bukan cuma menyusuri area hutan di kawasan The Lodge Maribaya tapi juga diajak buat nanam pohon di sana. Kegiatan ini diusung dengan tema Tree for Hope.
Walau malam sebelumnya hujan turun dengan derasnya, ga bikin saya jadi urung ikutan. Artinya ini bakalan bikin rute track kami jadi becek. It's oke. Sudah siap dengan risiko kotor-kotoran. Bukannya berani kotor itu baik? deuuuh iklaaan ini hihihi
Acara tracking ini tentunya sudah mengikuti prokes yang berlaku. Selain jumlah peserta yang terbatas kami tetap pake masker selama menyusuri rute. By the way, selain kami juga ada teman-teman dari komunitas Cleanaction dan Saya Pilih Bumi. Acara ini juga berbarengan dengan peringatan gerakan menanam satu juta pohon sebagai bentuk kepedulian kita kepada bumi.
Lihat kaos mereka lucu banget deh. Saya sampe ngikik ditambah tingkah teman-teman dari tim Cleanaction ini bodor pisan alias kocak.
Foto by Nchie Hanie |
Ya seksi di sini kan artinya bisa menarik. Bebas dari sampah, ga ada hutan yang gundul, udara yang sehat, air yang bersih, layak huni alias liveable untuk jangka waktu yang lama. Bukan cuma kita aja yang menikmati tapi juga anak-cucu kita.
Sekitar jam 9 setelah sarapan pagi di The Pines (kafe yang ada di sana), kami memulai perjalanan dengan briefing dan doa bersama yang dipimpin oleh Teh Uji, perwakilan dari The Lodge Maribaya.
foto by Nchie Hanie |
Selama perjalanan, walau sambio ngobrol kami ga boleh ilang fokus mengingat rutenya yang ternyata beneran becek itu. Satu persatu korban mulai berjatuhan. Termasuk saya yang jatuh dengan posisi duduk, meinggalkan cap bokong dan satu kali lagi nyaris terpeleset di jalan setapak. Untungnya ada peserta lain yang siaga membantu saya untuk bangun lagi.
Setelah kurang lebih 1 jam perjalanan, kami tiba di pos di mana tersedia bibit pohon yang siap ditanam. Ada dua jenis bibit yang sudah disediakan. Pinus dan Eucalyptus.
Tuh lihat kan, celana saya udah kayak abis maen di sawah. Sepatu pun ga kalah kotornya oleh lumpur. Gapapa, dicuci aja lagi.
Saya segera menjatuhkan pilihan sama Eucalyptus, bibit pohon yang batangnya panjang beud. Entah gimana, nama Eucalyptus ini tampak seksi buat saya. Masih bibit aja udah panjang gini, kebayang ga kalau udah gede menjulangnya kayak gimana? Dari informasi yang saya dapatkan, usia pohon ini bisa mencapai puluhan bahkan ratusan tahun dan tingginya bisa sampai 148 meter (di Pulau Tasmania, Australia) lho! Wiiih luar biasa ya?
Lubang tempat menanam pohon sudah disediakan oleh panitia. Kami tinggal mencari yang sudah ditandai oleh bambu yang uah dipancangkan sebagai penanda. Saking semangatnya waktu menggali tanah, sekop yang saya pakai sampai patah jadi dua. Duuuh malu. Pasalnya cuma saya aja yang melakukan hal itu. Ternyata saya punya tenaga gede ya wkwkwk....
Ga punya kebiasaan nanam tanaman ga bikin saya gentar buat nanamin pohon. Setelah hari penaman itu, akan ada tim khusus yang akan melanjutkan perawatan semua bibit tanaman di sini.
Makanya di ketas pesan yang tersemat di bibit pohon itu saya cuma make a wish yang sederhana ini. Berharap pohon ini terus bertumbuh dan menjulang. Pastinya panjang umur biar bisa saling menyayangi dengan sesama mahluk bumi. Uhuy!