Engkau kah itu anakku? Buah hatiku?
Kalimat ini kerap diulang berkali-kali oleh Bunda Elly Risman dalam acara seminar Kiat-kiat Memahami dan Melindungi Anak Dari Bahaya Dibalik Kecanduan Games yang diselenggarakan oleh Kakatu tanggal 14 Januari 2015 di auditorium FK Unpad jalan Eyckman, Bandung.
Sebentar. Kamu kan, belum jadi parent, Fi?
Nah, itu, karena saya belum jadi parent, ilmu ini penting juga pake banget buat saya yang masih lajang. Ya, bukan berarti saya abai dong soal beginian. Ya, kan? Tantangan dan masalah pengasuhan anak jaman saya kecil dulu dengan sekarang dan nanti tentunya punya karakter berbeda. Kalau jaman kecil dulu saya cuma kenal maen semacam bikin kue-kuean dari lumpur, maen boneka, petak umpek, gala asin dan permainan lainnya. Sekarang? Mainan yang umumnya dijumpai digunakan oleh anak-anak pasti enggak jauh-jauh dari gadget.
![]() |
kenapa anak amin games? |
Yaelah, Fi. Emang sebahaya apa sih gadget? Biasa aja kali, tuntutan jaman sekarang kan emang kudu melek gadget dan teknologi. Ya, ga aneh dong kalau anak-anak main games.
Yes, yang namanya gadget emang udah ga bisa dipisakah dari keseharian kita, bahkan hasil riset pun menunjukkan kalau rata-rata satu penduduk di Indonesia punya lebih dari 1 gadget. Ponsel saja sudah punya lebih dari 1, belum tablet dan netbook.
Tapi yang namanya gadget itu ibaratnya seperti pisau bermata dua. Tergantung siapa yang memegang, bisa jadi mendatangkan manfaat atau sebaliknya, bahaya yang menimbulkan lebih dari sekadar adiksi dan bisa merusak masa depan. Ini serius, lho. Seperti pengakuan Muhammad Nur Awaludin - atau dipanggil Mumu - Co-Foundernya Kakatu. Justru masa lalunya karena kencanduan games, menjadi inspirasi untuk menggagas aplikasi gadget yang sehat dan aman untuk anak-anak.
Hmmm, eerything happen for a reason, ya. Tapi selalu ada alasan juga untuk belajar dari pengalaman, kan? Next, kisah Mumu founder Kakatu yang berani menikah di usia muda ini saya ceritakan di postingan selanjutnya.
Hmmm, eerything happen for a reason, ya. Tapi selalu ada alasan juga untuk belajar dari pengalaman, kan? Next, kisah Mumu founder Kakatu yang berani menikah di usia muda ini saya ceritakan di postingan selanjutnya.
Ngomong-ngomong soal games, saya udah insaf dan menghapus games semacam candy crush di ponsel. Ga ada viusal aneh emang yang menjurus konten negatif. Tapi masalahnya adalah saya jadi kehabisan waktu karena keasikan mengumpulkan poin dan naik level. Kadang saya ga sabar nunggu 'nyawa' terkumpul biar bisa maen lagi. Sebelumnya juga pernah terbuai dengan asiknya maen games Farmville. Ngumpulin poin yang banyak, naik level, belanja ini itu untuk mempercantik tampilannya farm saya. Errrr, seru emang, tapi ya itu tadi, nyita waktu banget, meski memang mendatangkan rasa puas tersendiri karena sudah berhasil melewati tantangan.
Oke, kita garis bawahi di sini. Kepuasan. Bisa diidentikan juga dengan pengakuan karena adanya pencapaian. Sesuatu yang buat sebagian orang teruama anak-anak yang memainkan games, apresiasi atas prestasi adalah hal yang dicari-cari. Saat orang tua menganggap memberikan gadget sebagai cara biar anak anteng/enggak rewel, lah kan biasa aja, daripada maen di luar? Biar ga gaptek dan alasan lainnya, sebenarnya ada bahaya yang mengancam.
Kecanduan yang parah bisa membuat seorang anak jadi berdusta, mencuri, dan kecanduan sex. Ish, ngeri, ya. Saya bergidik ketika bunda Elly bercerita ada anak kelas 4 SD udah mengenal pornografi akibat games yang dimainkannya itu.
Kecanduan yang parah bisa membuat seorang anak jadi berdusta, mencuri, dan kecanduan sex. Ish, ngeri, ya. Saya bergidik ketika bunda Elly bercerita ada anak kelas 4 SD udah mengenal pornografi akibat games yang dimainkannya itu.
Sebenarnya maen game ga melulu memberi pengaruh negatif. Masih ada sisi positif dari games ini. Misalnya nih beberapa di antaranya seperti ini:
Selain itu dengan bermain games juga membantu mengasah instink membuat strategi dan ketajaman menganalisa masalah, melatih kekompakan dalam permainan yang membutuhkan kerjasama, menstimulasi otak dan kreatifitas untuk memecahkan masalah, mengembangkan imajinasi, dan mengenalkan anak pada nilai ekonomi seperti pada permainan yang mengonversikan poin yang dikumpulkan dalam nilai uang.
Hayo, yang pernah maen Farmville pasti tau ini. Kumpuli uang yang banyak biar bisa beli rumah, hewan ternak atau bibit hehehe.
Hayo, yang pernah maen Farmville pasti tau ini. Kumpuli uang yang banyak biar bisa beli rumah, hewan ternak atau bibit hehehe.
Nah, itu segi positifnya. Yang negatifnya juga ada, dong. Misalnya seperti ini
![]() |
Dampak Negatif dari games |
Kalau sudah kecanduan, bisa dikenali dengan ciri-ciri seperti menghabiskan waktu berjam-jam untuk bermain games, abai dan tidak peduli pada orang lain, mengalami gangguan tidur, prestasi akademik yang turun, lupa mandi dan kekurangan gizi (karena asiknya main games) bisa jadi lupa makan atau asal-asalan makan. Dalam penjelsannya, Bunda Elly malah sempat bercerita pecandu games online banyak yang menderita kolestrol akibat konsumsi makanan instan yang dibelinya lengkap satu paket di tempat bermain) dan mempunya kecenderungan berbohong agar keinginannya bermain games terpenuhi, menilep uang SPP misalnya.
Dalam kasus yang kompleks, seorang anak yang sudah kecanduan games bisa menjadi sangat agresif (misalnya yang senang nonton games yang mengandung unsur kekerasan), kehilangan akal sehat dan bertindak konyol yang membahayakan keselamatan karena merasa punya nyawa cadangan seperti layakanya karakter games yang dimainkannya dan efek lainnya seperti perilaku seksual kecanduan film porno atau masturbasi bila dalam games yang dimainkan mengandung unsur pornografi itu tadi.
![]() |
efek dari gadget tanpa pembatasan pada anak |
Selain mengatur akses anak pada permainan gadget seperti menginstal aplikasi Kakatu di gadget, pendampingan orang tua dengan terlibat bermain gadget dengan anak juga perlu diperhatikan komunikasi.
Nah, pas bagian komunikasi ini, peserta seminar yang menisi auditorium FK Unpad itu kadang dibuat tersenyum menertawakan diri sendiri. Beberapa kesalahan ketika pendidikan anak diakui peserta seminar hari itu. Kalau saya menyimpulkannya sebagai masalah komunikasi. Coba kita cek list berikut, kira-kira apa saja kekeliruan itu.
- Bicara tergesa-gesa
- Tidak kenal diri sendiri
- Lupa setiap individu itu adalah unik
- Kebutuahn dan kemauan setiap anak berbeda
- Mengabaikan bahasa tubuh anak
- Tidak memedulikan perasaan
- Kurang mendengarkan secara aktif.
Beberapa kekeliruan gaya bicara yang juga dibahas hari itu sangat umum dilakukan kebanyakan orang tua terhadap anak-anak:
Masih bingung seperti apa bentuk kesalahan komunikasinya? Misalnya seperti ini, nih. Tuh lihat kakak kamu, Kamu bisa ga sih kayak si X? Kamu ini ceroboh, bandel dasar cengeng, tuh kan, udah dibilangin ga nurut, sih! Udah, ga apa-apa, besok juga sembuh, kalau enggak mau bobo digigit nyamuk lho, De, dan seterusnya.
"Acungkan tangan anda, anggap itu stempel," kata Bunda Elly. Kami diajak menyebutkan label buruk itu tadi di depan kepalan tangan yang seolah-olah kami anggap stempel. Label bodoh, ceroboh, malas, cengeng, bandel, susah diatur dan sejenisnya kami sebutkan.
"Sekarang, tempelkan cap itu ke muka anda."
Ya Allah, saya ga mau! Beneran ga mau menempelkan cap itu meski cuma imajinasi, pura-pura saja.
Kalau hanya cemong karena tinta stempel biasa bisa dicuci dan hilang. Tapi, cap yang melekat di ingatan karena kata-kata buruk tadi, siapa yang bisa menjamin akan hilang tanpa bekas?
Bunda Elly yan aktif dan lincah mengajak peserta berkomunikasi juga mengajak kami menganalisa dampak dari kata-kata ini. Akibatnya anak bisa jadi minder, pembangkang, pemalu, agresif, terluka, dendam dan sebagainya. Dengan bemain games, bisa jadi merupakan salah satu anak mencari kompensasi berupa pengakun, penerimaab dan merasakan dirinya dihargai dengan pencapaian yang didapatkannya. Makanya tidak heran kalau banyak anak-anak yang merasakan menemukan dunianya sendiri meski itu semu.
Saya dan audiens juga dibuat menangis ketika Bunda Elly mengajak kami menutup mata dan membayangkan ketika ayah dan ibu yang sedang berdialog dengan anaknya. Mengajak berbicara dengan lembut dan meminta maaf untuk semua kesalahan yang sudah terjadi. Ah, beneran saya meleleh dibuatnya.
Kelanjutannya saya bahas di postingan berikutnya, ya. Sudah cukup panjanng ini ceritanya :)
21 Comments
Saya sudah dua kali ikut seminar Ibu Elly Risman dan selalu di buat nangis,,cara penyampaian beliau bener2 ngena banget di hati.
ReplyDeleteIya, ga bosenin ya nyimak dia. Ga ada tuh yang namanya ngantuk.
Deleteuuuh aku baca ini berulang kali dan berasa nyess banget banyak salah sering merintah dan kadang membandingkan ioo yang (terlalu ) aktif dengan anak lain yang lebih kalem .. Makasih mbak efi artikelnya .. Amat sangat berarti, cambukan bagi aku yang masih jauh dari kata good parent :(
ReplyDeleteLebih khawatir aku mah kalau liat anak kecil yang diem aja, Yas. Jangan-jangan sakit.
DeleteMasih bisa diperbaiki, Io nasih batita, kan? :)
Negatifnya kayanya lebih banyak yah dibanding positifnya teh, Pengen ke seminarnya bunda elly risman deh teh :)
ReplyDeleteIya, makanya selain pembatasan waktu, filter juga harus didampingi.
DeleteIya, makanya selain pembatasan waktu, filter juga harus didampingi.
Deletewah makasih sharingnya bermanfaat
ReplyDeleteSama-sama
Deleteini penting banget.... saya juga tak mau anak saya yang kelas 1 SD itu kecanduan games. thanks.
ReplyDeleteMereka masih bisa maen kok, mbak. Tinggal kitanya yang memilihkan games yang cocok.
Deletegadget memang sudah merasuki dunia anak2, dan kita sebagai org tua hrs bisa mengontrolnya. Makasih infonya ya...
ReplyDeleteIya, makanya harus kita atur ya, mak.
DeleteDan saya pun menangis hiks, sedih. Semoga MArwah tidak kecanduan games, aamiin
ReplyDeleteAndai sejak dulu udah ada pakar parenting kayak beliau, ya.
Deletehanupis Neng Efi, btw anak-anakku udah pada gede, artikel ini buat mereka saat punya incu keren Neng
ReplyDeleteSemoga bermanfaat ya, Teh.
DeletePonakan sy juga udah kecanduan game Mak. Kalo pulang sekolah langsung pegang hp. Kalo dinasihati udah mulai susah :((
ReplyDeleteMungkin cara pendekatannya yang harus diubah, mbak. Biar mereka nurut gitu.
DeleteSangat bermanfaat. Thx u Efi
ReplyDeletesama-sama kang. Nuhun kalau bermanfaat :)
DeleteSilakan tinggalkan jejak di sini, saya bakal kunjung balik lewat klik profil teman-teman. Mohon jangan nyepam dengan ninggalin link hidup. Komentar ngiklan, SARA dan tidak sopan bakal saya delete.