"Jadi ga, sih,
lebaran nanti kita baju lebarannya seragam?" tanya kedua adik saya,
Hasnah dan Pipit. Dibanding saya, adik saya yang lainnya Dian
atau Nanan dan kedua orangtua saya, mereka berdua ini paling
semangat untuk seragaman di hari raya lebaran nanti.
To be honest, selama ini
kami enggak pernah samaan mengenakan baju seragam di hari
raya. Cuek, banget, ya? hehehe.... Jangan nilai kami
segitunya, dong. Saya masih mau cerita dulu. So, please stay around.
Boleh deh melipir dulu cari makanan atau camilan sambil ngobrol
cantik di blog saya ini.
Gimana, udah siap dengan kastengel, kopi atau biskuit lebaran paling happening alias rengginangnya? Oke, kita cerita lagi, ya.
Gimana, udah siap dengan kastengel, kopi atau biskuit lebaran paling happening alias rengginangnya? Oke, kita cerita lagi, ya.
Adik saya sampai
bela-belain googling cari contoh baju yang kira-kira menarik.
Mengingat warna kulit kami sekeluarga ga sama. Ada yang item
manis (kayak saya nih *uhuk jangan protes*) , kuning langsat kayak mama atau putih kayak ke-2 adik-adik
saya), harus dipastikan milih baju yang warnanya netral. Masuk
ke mana-mana.
Pilihan paling aman ya warna putih, ya. Apalagi momen hari raya. Pas banget, kembali fitri, kembali ke hati yang bersih.
Masalahnya baju
warna putih ini rada ribet. Bayangin deh, pas momen lebaran itu
biasanya banyak makanan yang kalau nodanya kena ke baju
bikin hati mencelos, sangat. Noda rendang, opor yang berkolaborasi
dengan rempah-rempah yang kebanyakan pake cabe dan kunyit
dan santan itu sangat lengket dan akrab di serat kain. Duuuh,
karena ini warna putih tidak jadi pilihan.
Lalu gimana baju
lebarannya?
Akhirnya tidak jadi
(lagi) kita seragaman.
Sementara adik-adik saya
memilih gamis untuk baju di hari raya, saya malah pake kemeja
kotak-kotak dan celana panjang. Yang penting pake baju terbaik, kan?
Dan lagi meski ga mesti beli baju lebaran, saya lebih suka
pake baju yang bisa dipakai di lain waktu alias kasual.
Iya, kadar cuek saya emang lumayan gede.
Tapi ga mengurangi
arti kemenangan di hari fitri buat kami sekeluarga, kok.
Setelah salat ied dan bersalam-salaman dengan tetangga, kami
masih sempat-sempatnya foto bareng.... di halaman. Eh iya, coba perhatikan
warna cat rumah saya ternyata senada dengan kemeja yang saya pakai, ya?
hehhehe... Coklat.. Soft, adem, dan lembut selembut hati saya *aish*.
Ngomongin soal
menyambut lebaran, tidak sedikit yang menyiapkan dengan bebenah rumah. Selain
menghias rumah dengan aneka bunga yang warna-warni dan harum,
tidak sedikit juga yang mendandani rumahnya dengan penampilan baru.
Apalagi kalau rumahnya ditunjuk sebagai tuan rumah open house. Duuuh,
seru kali ya jadi tuan rumah open house. Meski sibuk nyiapin
ini itu,memastikan rumah selalu rapi dan bersih, makanan tetap cukup
tersedia juga rumah yang cantik dan memesona. Rasanya enggak
kekinian kalau ketemuan (apalagi keluarga besar yang jarang nemu
waktu pas ketemu bareng semua) ga ada acara foto-foto.
Saya dan kelusrga sendiri baru mudik ke Ciawi Tasik pada hari lebaran ke-4. perginya rada macet. Tapi enggak terlalu parah. Berangkat jam 8.30 pagi dan sampai ke rumah kakek saya sekitar jam 13.30an.
Yang enggak nahan itu pas pulangnya. Mungkin karena waktu liburnya beda-beda, ya. Ada yang ikut cuti bersama pemerintah ada juga yang masih menikmati liburan panjang, membuat jalanan macet terus. Dari rumah kakek saya yang dekat ke pinggir jalan bisa terpantau arus kendaraan dari dua arah berlawanan macet tiada henti. Mungkin memang masih dalam perjalanan mudik, ada yang sudah buru-buru balik lagi atau lagi pelesiran? Entah, saya sendiri males buat pergi-pergian dengan kendaraan selama berada di Ciawi. Lebih memilih diam di rumah kakek atau mengunjungi rumah Uwa di kampung sebelah, sambil jalan kaki menyusuri rel kereta api yang di kiri kanannya masih banyak pematang sawah. Bikin sejuk dan adem mata, deh.
Yang enggak nahan itu pas pulangnya. Mungkin karena waktu liburnya beda-beda, ya. Ada yang ikut cuti bersama pemerintah ada juga yang masih menikmati liburan panjang, membuat jalanan macet terus. Dari rumah kakek saya yang dekat ke pinggir jalan bisa terpantau arus kendaraan dari dua arah berlawanan macet tiada henti. Mungkin memang masih dalam perjalanan mudik, ada yang sudah buru-buru balik lagi atau lagi pelesiran? Entah, saya sendiri males buat pergi-pergian dengan kendaraan selama berada di Ciawi. Lebih memilih diam di rumah kakek atau mengunjungi rumah Uwa di kampung sebelah, sambil jalan kaki menyusuri rel kereta api yang di kiri kanannya masih banyak pematang sawah. Bikin sejuk dan adem mata, deh.
Hanya satu hari satu malam saja saya dan keluarga liburan lebaran di Ciawi. Ah iya, saya tau, seru dan garing liburan cuma semalam. Tapi.... pas pulangnya kami melalui keseruan lho. Tau sendiri deh, Gentong dan Nagrek adalah salah dua dari beberapa titik macet yang menyebalkan saat arus mudik atau balik.
Jadi, pas kembali ke Bandung kami disarankan mengambil jalur alternatif. Entahllah kalau telinga saya salah menangkap. Gembrong atau Jamblong. Kakak saya yang mengemudikan kendaraan mengambil rute yang disarankan oleh penduduk yang membantu mengatur arus lalu lintas. Pokoknya ancerannnya itu engak jauh dari Pasar Ciawi.
Entah gimana ceritanya, jalur ini tiak terdeteksi di Google Map atau aplikasi penunjuk jalan semacam Waze. Mirp rute off road yang masih terjal, cocok juga buat syuting flm-film perjuangan. Di depan dan di belakang mobil yang kami tumpangi banyak kendaraan (mobil dan motor) yang mengambil rute yang sama. Ada yang mulus melalui jalanan ini da juga yang mogok karena tidak kuat menempuh medan. Sesekali saya mencium bau terbakar. Sepertinya beberapa mobil kehabisan accu atau kopling sampai harus menepi.
Entah gimana ceritanya, jalur ini tiak terdeteksi di Google Map atau aplikasi penunjuk jalan semacam Waze. Mirp rute off road yang masih terjal, cocok juga buat syuting flm-film perjuangan. Di depan dan di belakang mobil yang kami tumpangi banyak kendaraan (mobil dan motor) yang mengambil rute yang sama. Ada yang mulus melalui jalanan ini da juga yang mogok karena tidak kuat menempuh medan. Sesekali saya mencium bau terbakar. Sepertinya beberapa mobil kehabisan accu atau kopling sampai harus menepi.
Meski rutenya mirip off road dan terkesan seperti hutan kawasan ini lumayan rame. Banyak penduduk di halaman rumah menyaksikan lalu kendaraan. Di beberapa turuan dan tanjakan malah bayak yang membantu mendorong mobil agar tidak
Lepas dari jalur offroad ini, akhirnya kami muncul di Lembong (otomatis Gentong terlewati) tidak jauh dari kantor Polsek. pas banget dapat giliran buka sampai-sampai rasanya mobil yang kami tumpangi meluncur seperti mau terbang. Wow, ini rute balik Lebaran paling seru yang pernah saya alami, lho!
Lepas dari jalur offroad ini, akhirnya kami muncul di Lembong (otomatis Gentong terlewati) tidak jauh dari kantor Polsek. pas banget dapat giliran buka sampai-sampai rasanya mobil yang kami tumpangi meluncur seperti mau terbang. Wow, ini rute balik Lebaran paling seru yang pernah saya alami, lho!
Punya cerita seru
pas silaturahmi lebaran kemarin? Yuk share ceritanya di blog
dan ikuti blog competitionnya yang disponsori ole Dulux. Ceritakan
deh keseruan lebaran kemarin yang paling berkesan. Misalnya saja
rempongnya bagi-bagi THR (atau masih ada yang ngasih THR? bagi
saya, ya ^_^), kompakan dengan seragam lebaran sekeluarga, hectic tapi
asiknya mudik lebaran atau nih bikin makanan khas lebaran? Ceritakan di
blog atau bisa juga ikut lomba fotonya yang bisa diikuti
dengan membaca ketentuanya di www.warnawarnikemenangan.com. Baca
baik-baik syarat dan ketentuannya biar enggak kena diskualifikasi.
O, ya biasanya
setelah lebaran ini selalu bersambung dengan kendurian. Iya, entah
gimana ceritanya, abis lebaran itu kita suka nerima undangan
pernikahan, ya. Bulan baik dan hari baik memang selalu jadi
pertimbangan untuk melangsungkan acara pernikahan dan bulan Syawal
memang bulan favorit untuk mengadakan kenduria yang insya
Allah cukup sekali seumur hidup.
Kalau punya rencana
menjadikan rumah sendiri sebagai tempat pernikahan atau nih belum
ada rencana buat nikah tapi bosan sama warna lama cat rumah, banyak
dinding yang catnya sudah terkelupas, kenapa tidak membeli cat
Dulux saja buat warna baru rumahnya? Mumpung lagi ada promo
dari Dulux nih. Setiap pembelian cat senilai Rp.1.000.000 bakal
dapat diskon. asik, kan?
Jangan lupa buat kepoin akun-akun
berikut sebelum nulis dan ikutan lombanya.
Benar-benar lebaran yang penuh warna. Kalau saya malah lebaran sendirian di rumah.
ReplyDeleteIya, Mas. Gapapa cape dan macet-macetan setahun sekali ini, ya. :) Mudah-mudahan lebaran tahun depannya rame, ya.
DeleteLebaran ga ada abisnya untuk diceritain yah, Mak.
ReplyDeleteKalau aku baju anakku yang warna-warni, Mak
Iya, Mak. Selalu ada cerita untuk lebaran, ya. Kalau saya pake baju warna-warni ga pede, mak hehehe
DeleteLebaran sejak berkeluarga malah gak sempat bel baju lebaran. Paling buat anak-anak saja :D
ReplyDeleteKalau udah jadi emak biasanya ngalah sama anak-anak ya, Mak. Gantian, dulu ibu kita yang ngalah ga pake baju lebaran demi kita. Alhamdulillah ya, Mak. Bisa menyenangkan anak-anak dengan keluasan rezekinya.
DeleteLebaran saya juga ga pernah seragam.......selama ini ga kepikiran. :D
ReplyDeleteKadang repot ya teh kalau seragaman. Nyamain seleranya itu lho:D
DeleteNembr ngarti kalau mudiknya ke Ciawi. :D
ReplyDeleteIya Idah, aku ke Ciawi mudiknya. Mudah-mudahan tahun depan aku bisa udik ke tempat lain juga *aih apaan sih*
DeleteAku pengen ikutaan ah, wahhh iya adem catnyaaa
ReplyDeleteAyo ikutan lomba blognya, Gustyanita. Semoga beruntung. :D
Delete