Wednesday 27 August 2014

Inspirasi Buku Bacaan Anak Dulu dan Sekarang

Lima Sekawan? Yang seangkatan saya sih mestinya familiar sama tokoh buku bacaan ini. Pertama tahu lagu ini karena trio temen saya waktu di TK (bisa sampe inget gini, karena ketiganya tetangga satu RT) selalu tampil bersama dengan lagu yang sama. Kurang lebih ada bait yang bunyinya seperti ini (CMIIW kalau ada lirik yang salah, ya).
Ada anjing kecil
Timmy namanya...
Ada penjahat pasti disikat
Ada perampok pasti kapok!
Lima sekawan sungguh jagoan....
 
gambar: soepergandy.com
Lalu satu lompatan high five bakal mengakhiri performa teman saya,  selalu begitu. Well, kalau ngomongin bacaan waktu kecil yang paling inget (selain komik) saya suka  baca novelnya Lima Sekawan, Trio Detektif, Sapta Siaga,  Stop, Serial Malory Towers, dan Hardy Boys (yang ini sepertinya kurang familiar, eh betul, ga?). 

Efeknya, saya jadi suka serial TV yang berbau detektif di TV. Tampak keren, jadi pembela kebenaran, memecahkan teka-teki dan mengurai benang merah perkara yang pelik.  Makanya pas kelas 3 SMP tuh, waktu jamnya pelajaran BP dan yang masuk bapak Wakasek yang baik hati dan  kebapak-an ini menerangkan penjurusan di SMA dan kuliah, saya sempet kepikiran masuk jurusan kriminolog. Hasilnya? Jauuuh, saya ga sampe seujung kukunya pakar Kriminolog Adrianus Meilala itu, lho. Hehehe.... Tapi efeknya masih ada, nyisa dikit. Saya masih suka serial TV selain semacam The A Team, SWAT, Hunter, Mac Gyver, Knight Rider, lalu ada The X-Files dan Early Edition. 

Kalau dulu  buku bacaan anak yang inspiring ini tipikalnya buku-buku Enid Blyton atau Alfred Hitchock, penulis sekarang pun tak kalah keren dan kreatifnya, penulis lokal pula.  Saking kerennya, saya malah bingung kalau ditanya penulis buku anak sekarang. Semakin banyak akses informasi dan kemudahan membangun jaringan dengan dunia penerbit, semakin banyak juga penulis buku anak yang update buku terbarunya wara wiri di newsfeed dan mejeng toko buku, bahkan yang masih anak-anak sekalipun seperti puterinya Aa Gym, Ghefira Nur Fatimah,  Putri dan Adamnya Asma Nadia sampai yang sudah punya jam terbang yaang tinggi seperti Eka Wardana. 
 
credit: Sygma Daya Insani
Saya pernah berkesempatan menghadiri acara ngobrol-ngobrol bareng Eka Wardana yang disponsori sebuah komunitas yang followernya  sudah ribuan  di twitter. 

Eh, kenapa saya jadi pengen ngomongin Eka Wardana?   Jadi begini, diantara sekian banyak buku yang sudah ditulisnya, ada buku yang menggugah dan inspiring. Judulnya Muhammad Teladanku yang  akrab disebut MUTE.  Harga yang dibanderol lumayan mahal sih karena dijual secara paket hehehe... Eh tapi saya berkesempatan mengikuti sebuah acara training yang kontennya diangkat dari bukunya Eka Wardana, ya itu Muhammad Teladanku. Inspiring banget deh, menampilkan monolog yang dibawakan oleh Neno Warisman yarng didukung beberapa figuran. Sama dengan bukunya yang laris acara ini pun sukses digelar. Saya enggak nyesel lho mengikuti acaranya. Kalau mau tahu lebih lengkapnya bisa baca di sini.
 
crredit: Sygma Daya Insani
Selain konten dan ilustrasi sebuah buku, buat saya buku Anak-anak yang  bisa laris dan menarik minat anak-anak adalah buku yang dekat dunia anak-anak dan lebih realistis. Jadi misalnya nih, kalau ada buku anak-anak yang fantasi biasanya akan memancing daya kritis anak-anak. Kok begini? Emang bisa  orang terbang? Kok ada teko bisa ngomong? Menulis buku anak perlu kreatifitas, bukan sekadar dongeng saja, ah itu sih udah out of date, basi.

Syukurlah heboh-heboh beberapa buku anak yang memicu kontroversi segera disikapi dengan positif oleh penerbit. Ga perlu saya sebut, ya. Kalau memperhatikan akun facebook, pasti pernah nyimak, minimal salah satunya. 

Mudah-mudahan selain sukses di pasaran, tren buku anak-anak di Indonesia juga bisa menembus pasar internasional. Bukan cuma mengejar royalti  atau target penjualan, tapi juga memperluas sebaran  virus positif dari tulisan yang mengedukasi. Mudah-mudahan  ke depannya bakalan ada buku anak-anak yang ditulis penulis Indonesia yang bisa booming seperti buku Harry Potter. Kalau bukan generasi kita, mungkin adik-adik atau anak-anak kita yang bisa mewujudkannya. Semoga, ya. 


Share:

2 comments:

  1. buku anak2 di indonesia sekarang variatif ya mbk,beda sama jaman dulu :)

    ReplyDelete
  2. Aaamiin. Kamu kapan buat buku untuk anak2, Mba? :D

    Btw, saya kenalnya sama Tiga Serangkai. :D

    ReplyDelete

Silakan tinggalkan jejak di sini, saya bakal kunjung balik lewat klik profil teman-teman. Mohon jangan nyepam dengan ninggalin link hidup. Komentar ngiklan, SARA dan tidak sopan bakal saya delete.