Monday 25 February 2013

Pemilu : Nyoblos Perdana, Menikmati Jerih Payah Perdana, Ngeceng dan Tinta

Hingar bingar Pilgub Jabar baru saja lewat, tinggal menunggu pengesahan dari KPU dua minggu mendatang.
Hei, saya ga bermaksud membahas polemik yang muncul di depan atau dibelakang pemilu ini. Sudahlah, biar saja itu masuk ranah orang lain, saya jengah kalau nantinya posting saya ini jadi ajang berantem. Apapun pilihan kalian, minumnya tehnya bayar sendiri ya .... ^_^

Saya jadi inget ketika pemilu langsung mulai pertama kali digelar, tahun 1999. Ehm, 14 tahun yang lalu, sudah lama lewat ya? *ketauan juga usia saya yang ga bisa ngaku unyu-unyu lagi*. 

Waktu itu, adalah pemilu yang pertama kali saya ikuti. Setelah heboh dengan demo 'nurunin Soeharto' yang ramai jadi trend topic di kampus setahun sebelumnya, saya tertarik buat gabung jadi relawan pemantau pemilu. Waktu itu, ada 3 organisasi pemantau pemilu. Ada University Network for Free and Fair Election (UNFREL) , KIPP (komite Independen Pemantau Pemilu) dan Forum Rektor. Saya memjatuhkan pilihan untuk bergabung dengan UNFREL.  Beberapa sahabat dekat saya di bangku kuliah ga bisa memenuhi ajakan saya buat mantau karena mereka harus mudik, nyoblos di kampung halamannya masing-masing. Lagian, teman kuliah saya yang  satu angkatan sedikit sekali, dari sekitar 100 orang cuma ada 17an. Bener-bener minoritas deh, serasa jadi anak teknik aja hehehe.

Share:

Thursday 7 February 2013

Bushido : The Last Samurai & Samurai Kazegatana

Idealis konyol.
Istilah ini tercetus dari mulut adik saya beberapa tahun silam. Saat itu adik saya yang lainnya bersikeras dengan pendiriannya. Adik saya yang lainnya, tentu saja berbeda pendapat berdebat, berargumen, saling mengajukan alasan. Tidak usah dibahas di sini ya apa yang jadi perdebatan, tapi pada saat itu tercetuslah ungkapan ini. Ya, idealis konyol. Adik saya yang lainnya tidak mau kalah, adik saya membalasnya dengan membuat catatan dengan judul Misyavad Va Mitavonim, mengutip ucapan Ahmadinejad yang artinya kurang lebih, itu mungkin dan bisa kita lakukan.

Tiba-tiba saja saja, istilah yang sempat terendap beberapa tahun ini menyeruak lagi, begitu saja saat menyaksikan film The Last Samurai. Film yang dibintangi Tom Cruise ini memang menyajikan banyak hal positif dari semangat Bushido. Bagaimana seorang Samurai Katsumoto berjuang gigih mempertahankan idealismenya, membuat seorang prajurit Amerika bernama Algren terpesona dan simpatik. Simpatik, sekaligus membuat Algren berbalik menjadi teman setelah mendapat perlakukan yang baik selama menjadi tawanan, menyaksikan bagaimana Katsumoto dan teman-temannya dalam kesehariannya, bangga dengan budaya leluhur yang membuat Katsumoto enggan menerima restorasi oleh Kaisar Meiji,

Samurai Katsumoto memilih mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri, mempertahankan kehormatannya sebagai seorang Samurai. Tentu saja, konyol mengakhiri hidup dengan bunuh diri (meski dalam film itu Katsumoto dibantu Kapten Algren untuk melakukannya).  

Mimpi kaisar Meiji akhirnya terwujud, meski dilalui dengan berdarah-darah, akhirnya bisa membawa Jepang menjadi sebuah negara yang maju dalam ekonomi, menjadi macan ekonomi di Asia dan tak kalah heroiknya, mampu mengurai benang kusut feodalisme korup yang sudah berlangsung beberapa dekade sebelumnya.

Well, saya tidak bermaksud membahas film itu, sudah pernah saya buat postingnya sih beberapa waktu lalu di sini. 

Share: