"Teh, kalau beli sepatu ini buy one get one, lho.
"Ya kan, beli kanan dikasih yang kiri. Atau sebaliknya. Masa cuma sebiji?"
Sale s/d 70% off
Buy One Get One
Diskon 50%+20%
Harga Coret 50%
No Drama No Ribet dengan Promo Dua Kali Lebih Besar
"Teh, kalau beli sepatu ini buy one get one, lho.
"Ya kan, beli kanan dikasih yang kiri. Atau sebaliknya. Masa cuma sebiji?"
No Drama No Ribet dengan Promo Dua Kali Lebih Besar
"Di Jepang kita bisa nemu tulisan aksara latin ga, sih?"
Dulu saya pernah nanya seperti ini sama seorang teman, yang juga instruktur bahasa Jepang
Rangga, teman saya itu menggeleng kepala. "Susah, Teh
Aduh saya stres duluan membayangkan ribuan huruf kanji yang jumlahnya ribuan itu 😄
Saya dan teman lainnya yang belajar bahasa Jepang sama Rangga ketawa kemudian. Ya terus ngapain belajar bahasa Jepang kalau ga dipake. Sebuah kekonyolan nanya seperti itu 😄.
Selain Jepang, ada negara lain yang konsisten dan militan menggunakan aksara lokalnya seperti Arab, China, India, Thailand, Korea atau Rusia. Kalau suka atau pernah nonton film-film dari negeri-ngeri ini pasti pernah lihat salah satu adegan di mana tokohnya sedang browsing membuka gadget atau laptop. Font yang muncul di layar adalah fontnya mereka. Sungguh bikin nangis karena mendadak jadi tuna aksara.
Tapi teman-teman pasti tau juga dong kalau Indonesia ini punya aksara lokalnya. Ruas jalan Braga di Bandung atau Malioboro di Jogja adalah contoh aplikasi pencantuman aksara lokal di bawah aksara latin yang tercantum pada plang jalan.
Pertanyaannya, sudahkah kita mengenal dengan baik aksara lokal kita sama halnya dengan tokoh-tokoh yang pernah kita saksikan di film atau serialGa ngerti?
Saya juga ada di barisan teman-teman yang harus mengakui kalau sayacga bisa membaca pun menulis aksara nasional. Bahkan membedakan mana aksara lokal Sunda, Jawa, Bali atau Bugis misalnya
Makanya saya dibuat takjub ketika aksara nusantara Indonesia ternyata sudah di-digitalisasikan. Artinya, aksara lokal Indonesia ini juga bisa muncul di keyboard gadget (terutama android) yang kita gunakan sehari-hari
Sebelum ngajak teman-teman buat mengekspor bareng-bareng, saya mau cerita dulu.
Hari kamis lalu, 30 Desember 2021, IG Live Program Merajut Indonesia Melalui Digitalisasi Aksara Nusantara (Mimdan) yang diselenggarakan oleh akun @merajut_Indonesia dengan topik Perjalanan Digitalisasi Aksara Nusantara.
Dalam acara itu Hadir dua narasumber Ilham Nurwansyah selaku penggerak Aksara Digital dan Ratih Ayu dari Divisi Pengembangan Usaha dan Kerjasama PANDI. Acara yang dipandu oleh moderator Evi Sri Rezeki ini dikemas dengan durasi satu jam tapi memberikan insight yang begitu padat dan berisi soal digitalisasi aksara Nusantara.
Penasaran sama lanjutan captionnya? Bisa lanjut baca di ignya Merajut Indonesia atau langsung ke link inihttps://www.instagram.com/merajut_indonesia/p/CWc4uKghbrX/?utm_medium=copy_li
Tunggu, ya. Ceritanya ga sampai di sini. Lanjut lagi, yu
Saat ini baru ada 3 aksara lokal yang sudah terstandar yaitu Jawa, Sunda dan Bali dan 7 aksara nasional yang sudah go digital. Ilham menuturkan proses digitalisasi aksara nasional ini diolah sedemikian rupa agar bisa terbaca dan tidak tertukar satu sama lain oleh komputer.
Nah, data yang sudah terhimpun dan dikenali, komputer bisa membacanya sebagai data base semisal untuk membuat kamus. Di lain waktu saat kita menemukan sebuah naskah bertuliskan aksara kuno, komputer sudah bisa membacanya dengan bantuan data base itu tadi
Yang perlu diperhatikan, basis data base membutuhkan rujukan standar nasional untuk aksara nusantara yang sudah terstandar. Sebenarnya inisiatif pengembangan akasara digital ini sudah dimulai oleh masyakarkat umum secara mandiri. Namun belum ada keseragaman seperti apa standar penulisannya atau tata letaknya pada papan keyboard.
Makanya, sejak November 2020 lalu, Pengeola Domain Indonesia (PANDI) memprakarsai wadah untuk memfasilitasi sinergi dengan berbagai kalangan termasuk dengan pemerintah dengan melakukan pendekatan ke pihak-pihak seperti gubernur, akademisi dan komunitas.
Kolaborasi yang dilakukan antara lain mengadakan lomba-lomba, ke depannya mengadakan simposium dan webinar untuk merangkul lebih banyak pihak yang terlibat.
Di android masih ditemukan Kekeliruan kesalahan sesuai kaidah yang berlaku, perlu dirumuskan standar yang layak. Beberapa contoh kasus yang ditemukan misalnya seperti:
Tampilan di setiap platform harus sama, terutama di Indonesia. Yang dimaksud di sini misalnya kombinasi, rasio dan ukuran.
Tata letak di papan ketik berbeda antara satu developer dengan developer lain. Karenanya dibutuhkan standar yang sama untuk diaplikasikan.
sumber: https://inurwansah.my.id/2021/12/28/standar-nasional-indonesia-sni-fon-dan-tata-letak-papan-tombol-aksara-nusantara/ |
Penggunaan standar yang tidak sama bisa membuat aksara nasional yang sudah diketik jadi tidak terbaca jika dibuka melalui perangkat gawai yang menggunakan developer lain. Misalnya nih saya bikin status di WA pake aksara sunda, belum tentu terbaca (tamiplan yang muncul jadi kotak-kotak) oleh teman lain yang menggunakan perangkat telepon genggam yang berbeda. Sayang sekali kalau penggunaannya jadi mubazir karena ga sinkronnya sandar yang dipakai
Saya sudah nyoba instal keyboard aksara sunda di HP saya. Yang paling dasar kita bisa langsung menggunakan keyboard bawaan google (g-board) seperti ini
Kalau perangkatnya ga support untuk memunculkan keyboard aksara sunda, kita bisa mengunduh Keyboard Aksara Sunda lewat Playstore.Seperti ini tampilan Keybooard Aksara Sunda ini
Kalau sudah terinstal, tampilan di keyboardnya seperti ini. Lebih lengkap dengan pendukung grammarnya untuk mengalihkan tulisan dari aksara latin jadi versi Sunda
Dalam pengucapan aksara sunda tidak mengenal bunyi f. makanya kalau ada yang bilang orang sunda ga bisa nyebut f itu ya bener. Bukan pitnah :). Terus, gimana dong kalau mau nulis nama saya Efi Fitriyyah dengan versi aksara Sunda?
Ternyata ada aksara yang mendukung, semacam aksara pengganti untuk menulis kata serapan (seperti orang Jepang yang punya fitur huruf katakana untuk menulis kata serapan yang bukan berasal dari bahasa Jepang. Dari font fu ditambahkan aksen i yang diletkan i atas huruf fu dengan ukuran lebih kecil.
Seperti ini contohnya. Saya juga sertakan contoh penulisan nama saya dalam versi aksara Jawa dan Bali.
Seru lho. Teman-teman juga bisa mencobanya. Jangan lupa saat aktivasi keyboardnya aktifkan juga setingan bahasanya yang kompatibel dengan perangkat yang dimiliki.
Penggunaan aksara nasional ini sebenarnya bukan cuma buat membantu pemindaian manuskrip atau prasti kuno agar terbaca secara digital saja tapi bisa diaplikasikan dalam banyak hal. Pernah bayangkan tidak kita membuat password dengan aksara nusantara seperti ini
Bukan sekadar keren tapi juga dari sisi keamanan akun jadi lebih terjaga, meminimalkan bobolnya password.
Pada tahu 2021 lalu, PANDI sudah mengajukan IDN atau Internationalized Domain Name untuk penerapan dalam standar pemberian domain internasional untuk aksara non-latin. Nantinya IDN dapat diterapkan pada top level domain (TLD) untuk kode negara disamping penggunaan aksara latin.
Menarik sekali di masa mendatang kita bisa memiliki nama domain internet dengan pemakaian aksara lokal Indonesia. Serangkaian kelengkapan administrasi sudah dilakukan oleh PANDI untuk memenuhi persyaratan yang diperluka
Semoga konsep ini bisa segera terealisasikan dan Indonesia bisa mempunyai aksara lokal yang lebih dikenal secara global. Dukungan kita sebagai orang Indonesia dengan lebih banyak memakainya bisa mempercepat pengenalan aksara lokal indonesia jadi lebih mendunia. Minimal dimulai dari kita sendiri dan mengaplikasinya lebih intens.
Yuk, kita instal aplikasi aksara lokal ini dan ajak juga sebanyak-banyaknya orang lain untuk turut mengenalnya.
By the.way, untuk rekaman acaranya bisa tonton di sini. Lengkap dari awal sampai selesai
https://www.instagram.com/tv/CYG-RX8pHKf/?utm_medium=copy_link
Rasanya baru kemarin saya memilih tidur daripada terjaga menghitung pergantian waktu. Bahkan saya lupa lho malam taun baru kemarin ada suara petasan atau retihan kembang api ga, ya? Entahlah, semudah itu lho, saya terlelap dan tau-tau pas bangun pagi udah waktunya lirik kalender baru.
Ga kerasa kan, ya tinggal beberapa hari lagi menuju tahun baru 2022.
Kalau memutar perjalanan waktu ke belakang, saya tuh punya hobi baru setiap buka sosmed. Akun-akun yang berbau jualan dan pendukungnya jadi minat saya. Kadang scrollin reel juga. Buat nyari referensi lagu latar biar pemirsa reelnya rame hahaha. Itu salah satu strategi saya buat menaikan awareness akun jualan saya. Pake reel buat menjangkau pemirsa baru. Syukur-syukur jadi follower dan pelanggan setia di ig julan saya. Eh gimana?
fotonya punya openfit.com |
Makanya target terdekat di tahun 2022 , saya mau melanjutkan resolusi saya yang sempat tertunda. mengurus dan membesarkan olshop yangvsaya miliki. Sebenarnya di awal-awal pandemi udah digagas tapi ga tau mesti ngapain. Ya akhirnya terbengkalai.
Balik lagi ke akun-akun yang suka saya intipin buat cari inspirasi.
Misalnya, ada Dewa Eka Prayoga yang beberapa waktu lalu pernah saya ikuti acaranya. Lalau ada Christina Lie yang kalau lagi ngomong seru banget bikin betah berjam-jam. Pernah saya ikutin zoomnya dari jam 19 sampai jam 23.an kalau ga salah. Ya ampun gokil banget sih. Ada aja yang diomongin dan isinya daging semua.
dari youtubenya Christina Lie |
Untuk maintenance sosmed saya belajar lewat Niko Julius, Siaw Andreas, Syammas Fitria, Victoria Wong dan beberapa influencer lainnya. Ga heran kalau beranda instagram saya sekarang banyak disodori saran postingan para pegiat dunia digital marketing di samping sepakbola dan kucing yang jadi minat saya.
Untuk berjualan ini sejujurnya saya belum punya modal yang banyak.Tapi ya, kalau nunggu modal jatuh dari langit, kapan mau mulai? Ga akan jalan. Gitu aja terus. Mimpi kaliii. Makanya, tak ada modal, dropship pun jadi. Mudah danc epat. Langsung eksekusi. Asal niatnya kuat, ya
Kalau temen-temen yang baca tulisan saya dan kebetulan berteman juga di aplikasi Whatsapp pasti sering nemuin update status saya yang jualan. Muahahaha... maafkan kalau jadi mendistraksi pilihan, menggoyahkan iman dan merayu jari jemarinya untuk menari-menari menghentak tombol ok saat membuka aplikasi m-banking.
Sukses.
Tabarakallah. Saya doain jadi orang kaya tajir melintir dan ga bosen belanja lagi sama saya. Walau belum se-seatle yang udah jalan duluan, saya selalu berusaha jadi yang terbaik buat pembeli dengan ngasih respon dari yang sekadar tanya sampai after sale alias purna jual. Hihihi
Btw, saya udah buka lapak juga nih di e-commerce. Mangga kalau mau nyari kebutuhan skin care, mukena, sprei dan kebutuhan lainnya. Boleh intip di sini (ya namanya juga usaha 😁)
Ini yang di Tokopedia
Jangan lupa berkunjung dan belanja, ya :)
Banyak hal-hal baru yang saya dapatkan dari ngulik market place ini. Ya nambah temen udah pasti. Lalu ketermu sama yang passionnya satu server alias sefrekuensi, ketemu klien/rekanan dan ngulik hal-hal teknis. Lalu juga eksekusi bikin linktree yang udah tau lama tapi saya sempet males-malesan buat ngerjainnya. Dipepet kebutuhan buat lekas scale up dan ngepush awareness akhirnya saya bisa melawan kemalasan saya buat menuntaskannya. Emang gitu ya sifat manusia, (yeeee itu mah saya aja kali ah). Ada momen yang bikin kepaksa, alias the power of kepepet tea kalau kata Mas Jaya Setiabudi mah
Kalau memperhatikan beranda di market place, kita bakal nemu banyak toko yang menjual produk sejenis tapi harganya ga kompak.
Di awal-awal saya sempet keder juga lho sama yang beginian. Tapi kemudian saya berpikir ga usah takut rezeki akan tertukar walau jualan produknya sama. Contohya para penjual sayuran atau daging di pasar. Coba tuh, sering kan kita lihat mereka lapaknya deketan atau bahkan sebelahan/sebrang-sebrangan?
fotonya punya binus.ac.id |
Apakah karena selisih harga bikin satu lapak jadi sepi se-sepinya? Kan, enggak gitu. Rezeki mah udah ada yang ngatur. Saya memilih berbaik sangka saja sama Allah kalau bakal didatangkan pembeli yang membeli jualan saya.
Rencananya, ke depan pengen punya website sendiri untuk produk jualan biar lebih leluasa membuat etalase sendiri. Lebih mudah scale up dan ini yang terpenting bisa ngambil margin lebih besar ketimbang jualan dropship via market place.
Cuan? Iya, saya akuin mau dapat cuan. Yang berkah pastinya, ya.
Dari bisnis online ini saya mau ngalap berkah sebanyak-banyaknya. Biar bisa punya bekal masa tua yang ga nyusahin orang lain, pengen lebih banyak sedekah, bahagiain ortu dengan materi. Salah satu mimpi saya nih yang sering terlintas di pikiran, mau banget bisa lebih banyak menyayangi anabul-anabul alias kucing-kucing yang terlantar di jalanan.
fotonya dari antaranews.com |
Bukan cuma ngasih makan aja tapi juga ngasih treatment buat mereka yang sakit. Ga sedikit di antara mereka diperlakukan sebagai benalu dan diusir-usir. Huhuhu sedih deh kalau lihat mereka sendirian di jalan. Mau ngambil dan bawa ke rumah buat ngurus, situasi dan kondisinya belum memungkin.
Selebihnya masih ada mimpi saya lainnya yang detilnya mau saya ajukan proposalnya sama Allah. kalau ditulis di sini semua bisa jadi novel nanti
Yaa jadi curhat nih :) Doain ya, agar mimpi saya ini terwujud segera.
Untuk mewujudkan resolusi saya tentunya saya butuh partner yang sedia setiap saat. Sedia, ya. 24 Jam. Mau pagi, siang atau malam. Juga pas hujan, ga melempem. Karenya sinyal adalah kunci. Smartfren Unlimited adalah mitra yang bisa diandalkan.
Saya suka cekin kecepatan sinyalnya. Misalnya seperti ini
Nah, kalau teman-teman punya resolusi apa buat tahun depan?
"Suka masak, ga?"
Kalau ditanya gitu, dengan segera saya bilang suka ga suka. 😅 Ga suka ribetnya soalnya. Tapi kalau gampang dan cepat, ya, ayo. Intinya saya tuh penganut quick cook alias masak cepat huehehe. Bikin nasgor, bihun rebus atau puding instan dengan senang hati saya jabanin.
Dulu waktu masih kuliah saya suka bikin puding roti dan dibawa ke kampus. Sama loyang-loyangnya. Serius hihihi. Mana waktu itu kan belum ada ojol dan saya pergi ke kampus itu ngangkot. Kebayang dong itu di angkot saya bawa gembolan.
Terus di bawa ke area kampus sambil ngikutin kuliah?
Ya enggak. Saya mampir ke kosan temen dan nitip di sana. Lalu makan bareng-bareng di sana. Eh ya, pada suka, terus jadi rikues tuh. Disuruh sering-sering bawain pudding. Hmmm... bhaique, kalau ada duitnya ya wkwkwk.... Ya maklum masih kuliah, ngirit-ngirit buat pengeluaran :)
Ngomongin cemilan rumahan, trend bebikinan gini jadi booming lagi di saat pandemi hadir di tengah kita. Saya sempet nyoba-nyoba bikin kopi dalgona yang kekinian itu. Ga langsung jadi, gagal lagi tapi saya penasaran. Coba lagi dan lagi, eh berhasil.
Sebenernya ngulik hal baru kayak gini itu lumayan juga makan waktu cuma dari segi bahan ga ribet buat saya. Makanya pas tau ada Silky Pudding, pudding kekinian, saya penasaran cobain juga. Duh ke mana aja hari gini baru tau? :DBut better than late. Ya, kan?
Silky pudding ini adalah Mom's Recipe Silky Pudding yang awalnya hadir dengan dua rasa, yaitu yakni rasa peach dan biscuit. Tapi kemudian disusul oleh varian berikutnya yang memperkaya pilihan rasa. Ada rasa Chocolate, Avocado, Taro, dan Bubble Gum.
Kampanye #Silkysetiaphari yang digagas oleh produsen ini bertujuan mengajak para konsumennya untuk berkreasi menghasilkan olahan Silky Pudding dengan ragam yang kreatif.
Hari rabu lalu saya samperin mini market deket rumah buat mendapatkan Silky Pudding. Ga mau kalah pengen nyobain bebikinan juga.
Sedih, cuma nemu dua rasa, Taro dan Coklat. Yaudah, ga usah ngegrundel. Saya ambil dulu varian yang ada. Nanti kalau mau bikin yang baru tinggal beli di tempat lain atau beli online. As simple as that.
Waktu itu saya dapetin Silky Puddingnya seharga 17 ribu untuk satu dus. Jadinya beli dua bayar 34 ribu. Dipotong promo jadi lebih murah, cuma saya lupa jadi berapah jatuhnya. Struknya lupa nyimpen sih hehe.
Untuk satu dus silky pudding ini kita cukup mencampurnya dengan air sebanyak 700 ml. Udah itu aja. Ga pake gula tambahan. Tekstur bahannya lembut kayak susu bubuk dan menguarkan aroma wangi.
Saya menjerang air dulu sebanyak takaran sesuai anjuran. Setelah agak panas saya masukin tuh bahannya ke dalam panci. Kalau yang varian Taro ini warna bahannya putih seperti susu, tapi begitu bertemu air berubah jadi warna ungu, seperti warna lylac. Lucu amat. Tapi yang varian cokelat bubuknya udah senada sama nama variannya. Cokelat. Ga kalah harumnya waktu dijerang.
Setelah mendidih, saya buru-buru matiin apinya. Jangan dibiarkan lama-lama, ya karena airnya akan meluap dan luber. Sayang, kan?
Kalau mau cepat dingin, bagusnya Silky Pudding yang sudah dituangkan ini disimpan di kulkas. Biar bisa cepat dinikmati, Tapi kalau disimpan di udara terbuka biasa juga ga terlalu lama buat menunggu perubahannya jadi lebih padat.
Dan ini kreasi Silky Pudding ala saya. Sengaja yang rasa Taro dan Cokelat itu saya campur dalam satu wadah. Ih gemes lihat layernya, kayak model dress gitu. *Yeeeh narsis*
Waktu saya cicipin emang nih pudding rasanya manis, padahal ga dikasih gula , karena dari sananya udah dikasih pemanis. Kita ga usah pusing mikirin takaran gulanya. Manisnya pas tapi ga kelewat manis. Waktu saya cicipi, teksturnya lembut, moist dan enyoy kalau kata orang Sunda mah. HihihiBy the way aktivitaas berkreasi dengan Silky Pudding ini juga disukai sama aktris Jessica Iskandar lho. Menurutnya ini jadi kegiatan positif dan masak di rumah jadi menyenangkan.
Pandemi kapan selesainya, sih?
Saya yakin banget ini pertanyaan kita semua. Kita rindu suasana normal yang dulu. Kita rela bemacet-macet di jalan, berdesakan di angkot tanpa takut rasa cemas tertular virus, kita jadi mikir gini:
"Aku rela kerja kantoran 9 to 7 (kalau masih kerja kantoran) daripada kerja di rumah tapi jam kerjanya lebih lama dari jam normal."
Atau, kita kangen rela mengantri di kasir supermarket daripada sepi. Sedih lihat kendaraan sepi penumpang, sedih lihat tempat belanja kosong melompong dan sedih juga lihat orang-orang termangu di jalan, menanti dagangannya laku.
Waktu saya ngobrol soal ini sama temen, komentarnya gini
"Semua orang ngalamin sih, Fi"
Ah iya semuanya juga mengalami. Hampir semua. Beberapa kali ngobrol sama orang lai, saya pun membesarkan mereka dan bilang "semuanya ngalamin" You are not alone.
Seperti satu waktu lalu, saya harus pergi ke Jakarta buat sebuah kepentingan. Ya biasanya memang urusan kerjaan sih, bukan buat main hehe :) Biasanya pulang pergi,entah itu naik travel atau kereta. Pernah juga rental mobil kalau pergi rame-rame.
Prokes yang berlaku sekarang mengharuskan semua penumpang yang akan berpergian menggunakan kereta harus menjalani swab test antigen. Saya ngambil tes ini karena lebih murah dari PCR. Walau untuk durasi perjalanan sehari PP itu saya tetep ngambil 2 kali tes antigen. Lebih murah juga, kan?
Waktu itu saya berangkat pagi hari jam 6 sesuai jadwal kereta, jadinya ngambil swab tes siang hari, di stasiun Bandung, H-1 sebelum pergi.
Padahal, sebelum pandemi stasiun Bandung udah dandan cantik, banyak fasilitas baru dengan sky walknya yang cantik dan membuatnya jadi lebih modern. Ini adalah kali pertama saya menjejakan kaki di Stasiun Bandung sejak pandemi. Pangling banget.
![]() |
fotonya punya radarbandung.id |
Saat keberangkatan hari H saya tiba di Stasiun Bandung 30 menit sebelum jam keberangkatan. Sampai depan pintu masuk stasiun seorang porter menyapa saya. Gini, katanya:
"Neng, mau ke Jakarta, ya?"
Saya mengangguk.
Sebenernya bawan saya ga berat amat. Cuma satu tas ransel dan satu tas selempang berisi dompet, handphone dan printilan kecil lainnya.
""Pak, mau bawain tas saya, ga?"
Agak ragu buat nawarin beliau bawain ransel yang isinya ga sebesar penumpang lain. Terlalu receh. Mau ga, ya? Bapak porter itu mengangguk senang. "Boleh, Neng"
Sambil jalan ke dalam menuju kereta saya nanya bapak porter ini.
"Pak, sepi sekali ya, di sini"
"Iya, Neng. Sekarang jadwalnya sedikit sekali"
Kalau lihat jadwal kereta memang terlihat menurut drastis. Biasanya untuk keberangkatan Bandung - Jakarta bisa dapat kereta dalam rentang waktu selang satu jam. Kali ini dalam sehari cuma ada satu jadwal pagi dan satu jadwal sore. Begitu juga sebaliknya untuk keberangkatan dari Jakarta ke Bandung.
"Porter yang jaga ada berapa, pak?"
"Cuma 40an, Neng. Ini juga bapak pulang jam 9, aplusan (gantian) sama teman yang lain"
"Oh..." jawaban bapak ini menyiratkan banyak cerita.
Sambil jalan dari lobi, melalui pintu pemeriksaan lalu melewati sky bridge yang baru dan wah itu, saya lihat sekeliling penumpang di stasiun ini sedikit sekali. Sudahlah kesempatan yang diberikan untuk para porter ini sebentar, penumpang yang datang juga sepi sekali. Sangat sepi dibanding hari biasa sebelum pandemi. Kalau ada yang ga kebagian bantuin penumpang gimana, ya? Saya buru-buru menepis pikiran itu. Cecak aja masih dikasih rezeki. Saya menghibur diri.
Bapak porter bercerita lagi tanpa ingin menunjukkan kesedihannya. Saya diantar sampai ke tempat duduk, lalu bapak ini permisi pamit setelah saya ngasih sejumlah uang sebagai upahnya udah nganterin saya. Saya melihat matanya berbinar penuh sukacita. Semoga keran rejekinya di hari itu masih terbuka doa saya dalam hati.
Belum sampai 5 menit bapaknya dateng lagi
"Neng, tadi tiket sama fotokopi KTPnya jatuh. Barangkali dibutuhkan," bapak itu menyodorkan lembar tiket dan copy ktp yang entah jatuh tercecer di mana. Mungkin saking sepinya stasiun, selembar tiket yang terjatuh jadi lebih mudah terlihat.
"Ah iya. Makasih, ya, Pak" saya ga menyangka bapak ini bakal segitunya belain balik lagi bawain tiket saya yang tercecer.
Suasana sepi juga terasa waktu saya tiba ke Stasiun Gambir. Porter yang lalu lalang tidak banyak. Saya mencari spot untuk tes antigen biar pulangnya nanti ga gedubyakan.
Ngomong-ngomong soal tes antigen, boleh dibilang "colokan" alat swab petugas di Gambir lebih berasa. Saya belum sempet narik nafas hidung saya udah dicolok kanan kiri bergantian dengan cepat. Beda banget dengan yang di Bandung yang masih kasih jeda sekian detik. Derai air mata saya sedikit lebih deras pagi itu hahaha.... Saya menunggu beberapa waktu untuk mendapatkan hasil tes yang menunjukan hasil negatif. Alhamdulillah.
Untuk berpergian ke Jakarta dan ke luar kota lainnya (ini sih jarang semisal saya pergi ke Yoga tau Solo misalnya) keretea api ini jadi tujuan saya buat perjalanan. Kalau di dalam kota semisal di Bandung, moda transport yang paling saya andelin ya ojol alias ojek online buat ke mana-mana.
Kenapa ga belajar naik motor sendiri, sih?
Pertanyaan ini sering saya dapatkan. Kalau dhitung-hitung iya sih pengeluaran saya lumayan gede buat bayar ongkos. Kalau selow dan ga buru-buru saya masih pake angkot, kok. Cuma memang seringnya ya pake ojol itu.
Saya mikirnya gini aja, itung-itung berbagi rejeki buat sopir angkot atau driver ojol. Saya ga pernah ngitung realnya abis berapa uang yang saya keluarkan untuk perjalanan. Kalau ga penting banget saya lebih banyak di rumah, kok. Apalagi di masa pandemi gini, saya ke luar rumah itu paling banyak seminggu 1-2 aja. Tapi sekalinya pergi keluar bisa seharian hihihi
Ngomong-ngomong soal rezeki, kita emang ga bisa jadi manusia macam Robin Hood yang dengan mudahnya ngasih ke sana sini (eh tapi nyurinya jangan ditiru ya). Kita punya keterbatasan ga bisa menolong semua orang tapi di sisi lain bisa mengusahakan untuk membantu orang-orang di sekitar kita minimal.
Rezeki emang ga akan ke mana, tapi harus dijemput juga.
Seperti ini, nih. Smartfren punya program seru di bulan Oktober 2021 ini? Namanya Program Mystery Box #OktoBERHADIAH
Aih siapa sih yang seneng dapat rezeki? Cus jemput ke sini:
https://mysf.onelink.me/nFIA/FashionShoppingIG
Pastikan temant-teman sudah menginstal dulu aplikasi Smartfrennya untuk mengikuti langkah-langkah di sana.
Good luck, ya. Jangan lupa kalau menang hadiahnya sisihkan untuk berbagi dengan di sekitar dan orang-orang yang kita sayangi
"Berapa gaji yang kamu minta?' Sebuah pertanyaan saat wawancara dilontarkanoleh seorang pria berwajah oriental sambil tersenyum.
Saya menyebutkan angka yang diminta, sempat ragu-ragu karena yakin ga yakin bakal diterima kerja. Pengalaman sering dapat panggilan kerja tapi selalu aja ga cocok (entah dari saya atau perusahaan) bikin saya nothing to loose buat keterima kerja. Di sebelah pria itu yang kelak saya dan teman-teman kerja menyapanya Pak Pur, seorang wanita berusia separuh baya tersenyum.
"Oke, kamu diterima kerja. Tanggal satu mulai masuk, ya!" Pak Pur mengulurkan tangan, memberikan selamat.
Ah beneran? Masa sih?
"Terimakasih, Pak." saya menerima uluran tangannya dengan perasaan sumringah. Wow. Senengnya melebihi salaman sama idola atau pacar (?) muahaha... Karena itu kali pertama saya menyandang status sebagai karyawan kantoran notabene dapat gaji bulanan. Rejeki banget buat saya yang 2 tahun wira wiri nyari kerjaan. :)
Mungkin karena euforia, punya gaji itu, dengan nominal yang sedikit di bawah rata-rata UMR untuk posisi dan status pendidikan yang saya dapatkan, dibawa asik aja. Punya teman kerja yang seru, ada gank ngemil dan ngerumpi di jam kanto, saling nyicip bekal makan siang dan ketawa bareng ketika ngenes nungguin gajian di akhr bulan. Kadang saya kangen sama masa-masa itu. Masa pergi kerja kayak pergi sekolah, cuma bedanya tugas dan durasi aja.
O ya, waktu pertama kali payday alias gajian saya seneng dong belanja ke supermarket depan kantor dan bisa sedikit berbagi rejeki dari gajian sama mama saya.
Walau ga seberapa, rasanya seneng banget berbaji rejeki dari hasil keringat sendiri. Jadi berkah.
Perlahan dan pasti, mindset saya berubah soal bekerja. Dulu mikirnya cuan itu ya dari kerja aja. Tapi ga gitu.
Tanpa mengurangi rasa hormat saya sama temen-temen yang maih berstatus sebagai karyawan, rejeki dalam bentuk materi bisa berbentuk penghasilan dari jualan atau honor sebagai karyawan lepas a.k.a freelance. Dapat traktiran, punya teman yang baik, dikasih nikmat sehat juga bentuk rejeki. Coba bayangin kalau kita punya uang tapi dikasih sakit dan perlu biaya yang banyak? Kalau dikonversikan ke nominal itu angkanya bisa gede banget.
Balik lagi gomong-ngomong lagi soal rejeki dalam bentuk materi, temen-temen pernah punya wish list apa aja? Punya rumah langsung lunas, kendaraan pribadi atau hadiah dari lomba/undian misalnya?
Saya punya informasi menarik, nih.
Smartfren punya program Rejeki Wow Treasure Hunt Periode Ketiga berhadiah total miliaran rupiah. Duh, ya lagi pandemi gini ketika aktivitas ekonomi lagi tiarap, siapa sih yang ga senang kalau ketiban durian runtah dari program undian ini?
Sebagai informasi, saat ini sudah ada 3.9 juta pelanggan operator seluler Smartfren sudah menang dan mendapatkan hadiah dari program Smartfren Rejeki WOW Treasure Hunt, lho. Duh saya juga mau, dong.
Mau tau caranya?
Begini
Install atau update dulu aplikasi MySmartfren. Malahan, untuk pelanggan yang baru pertama kali install aplikasi MySmartfren bakal mendapat bonus kuota 5 GB.
Setelah itu lakukan langkah-langkah berikut:
Lakukan perjalanan perburuan harta di gurun pasir. Kalau kita melakukan pengisian pulsa atau membeli paket internet, akan semakin dekat ke Oasis tempat harta tersembunyi. Asiknya nih, nilai pengisian pulsa atau pembelian paket tersebut berlaku akumulasi. Kalau sampai mencapai total Rp100.000 atau kelipatannya di Oasis, peti harta karun akan terbuka dan kita berpeluang mendapatkan hadiah berupa smartpoin, pulsa, kuota YouTube, smartphone, tablet, TV, laptop, atau logam mulia.
Kalau bisa sampai di Oasis ketiga, pelanggan akanmendapatkan kesempatan memenangkan Grand Prize berupa city car (Honda Brio), SUV (Honda BRV), tabungan ratusan juta rupiah, logam mulia, atau sepeda.
Selain itu ada juga fitur baru lainnya berupa:
Tau ga sih? Program kebaikan ini adalah bagian dari visi Smartfren untuk mewujudkan internet yang bermanfaat positif dan menjadi teman buka peluang bagi masyarakat Indonesia.
Makanya, buruan install aplikasi dan terus perbanyak transaksinya. Smartfren Rejeki WOW Treasure Hunt Periode Ketiga berlangsung dari tanggal 21 September 2021 sampai 14 Januari 2022. Masih banyak waktu yang bisa kita manfaatkan untuk berburu Rejeki WOW Treasure Hunt Periode Ketiga ini.
Untukprogram-program Smartfren lain bisa didapatkan informasinya di www.smartfren.com dan Instagram @smartfrenworld.