Tuesday, 25 January 2022

Drama Promo Belanja Buy One Get One

Satu waktu saya pernah dibuat sebel sama becandaan seperti ini:

"Teh, kalau beli sepatu ini buy one get one, lho.

Coba siapa yang nggak seneng dikasih tau gitu? Saya sampai antusias untuk membelinya ternyata kalau jadi beli cuma dikasih sepasang.

"Ya kan, beli kanan dikasih yang kiri. Atau sebaliknya. Masa cuma sebiji?"

Yeee, saya kesel sama joke garing kayak gitu. Walau dpikir-pikir ada benernya juga, sih.

Lain waktu saya lagi jalan-jalan sama temen sma di sebuah mall. Dia begitu antusias liat banner buy one get one. Tapi kemudian ada tulisan kecil di bawahnya. Diskon berlaku untuk harga barang yang harganya lebih kecil atau murah.

Maksudnya gini. Misal saya beli 1 blouse dan satu outer. Harga blousenya 100 ribu. harga outernya 75 ribu. 

Jadi saya cukup membayar 100 ribu. Yang 75 ribunya itu yang jadi diskon. 

Yakin deh, bakal banyak yang mengira kalau belanja kayak gini itu jumlah harga ditotalkan baru dibagi 2. Masih banyak yang mengira harga yang akan dibayar adalah 82.500 rupiah.

Yuk kita kenali tipe-tipe diskon di mall yang harus kita cermati.

Sale s/d 70% off

Jangan geer dulu. Ini artinya maksimal diskon 70%. Tapi ada juga produk lain yang dijual dengan harga diskon 20% misalnya. So, teliti dulu kalau nemu baju lucu di bak diskonan. Jangan sampai kalap terus pas bayar di kasir jadi bengong karena ternyata yang harus dibayar beda sama itungan.

Buy One Get One

Contoh kasus beli baju dan otuer tadi masih mending. Masih berasa valuenya. Nah temen saya pernah ngomel-ngomel ketika belanja produk fashion hadiah yang didapatnya adalah sekotak jarum pentul. 

Antara kasian tapi pengen ketawa juga. Temen saya sampai misuh-misuh dibuatnya. Katanya gini, "coba kalau bikin copywriting itu yang bener, dong. Jangan kayak jebakan batman. 
Puk puk... Kalau saya ada di posisi dia, saya juga bakal sebel.

Diskon 50%+20%

Jadi kita bayar cuma 30% dari harga label? You wish. Nggak seperti itu itungannya. Jadi misalnya harga dasarnya 200 ribu, maka itunganya seperti ini.

50% x Rp. 200.000 = Rp. 100.00

Dari harga ini kita itung lagi diskon tambahannya yang 30%. begini:

20% x Rp. 100.000 = Rp. 20.000

Yang harus dibayar adalah Rp. 80.000 (dari hitungan kedua di atas).

Coba kalau kita kita langsung hitung 70% (dari hitungan 50% + 20%) x Rp. 200.000 = Rp.140.000

Tentu kita bakal seneng karena harus membayar lebih murah. Cuma Rp. 60.000. Padahal harga final sesungguhnya adalah Rp. 80.000. Mayan juga kan selisih harganya?

Harga Coret 50%

Pernah antusias nggak pas beli barang yang kita kira kalau banderolnya itu belum diskon, taunya itu udah harga akhir? Kesel pastinya, ya? 

Sebelum ngudekin bak atau hangar jualan. coba tanya dulu. Apakah price tag yang nempel di produk itu sudah termasuk itungan diskon atau belum.

Kadang ada juga promo barang yang bilang flash sale 50% taunya harganya dinaikan dulu. Jadi sebenernya harga yang kita bayar sama saja sebelum ada promo itu.

Sudah naluri alami (terutama perempuan) kalau kita seneng sama tawaran produk dengan iming-iming diskon atau benefit kayak buy one get one itu tadi. 

Kalau belanja di olshop, kita seneng sama promo free ongkir dibanding belanja di toko yang nggak kasih free ongkir. Padahal kalau mau ngitung dikit, sebenernya nggak jauh beda atau malah masih lebih murah belanja di toko yang kasih free ongkir itu hihihi.

Tapi sebenernya ada juga lho promo yang beneran apa adanya. Nggak ada unsur trik harga yang diterapkan.

Misalnya saja promo Smartfren yang menhadirkan Unlimited Terbaru dengan taglinenya, begini:

No Drama No Ribet dengan Promo Dua Kali Lebih Besar

Trend dunia digital saat ini terutama pasca pandemi memuat kita lebih banyak beraktivitas yang membutuhkan dukungan jaringan internet yang kuat, dan stabil. Minimal untuk aplikasi chat seperti whatsapp atau medsos seamcam IG, youtube atau face book dan email.

Mengirim dokumen atau sekadar hiburan psatinya membutuhkan kuota yang cukup. Kan suka sebel ya, pas lagi asik-asiknya streaming atau sedang rapt zoom tiba-tiba terhenti karena kuotanya habis.

Makanya Smartfren paham banget kalau banyak yang membutuhkan kouta yang memadai. Di awal tahun ini Smartfren meluncurkan paket Smartfren Unlimited terbaru berupa bonus double FUP.

Menurut Djoko Tata Ibrahim, selaku Deputy CEO Smartfren Manfaat double FUP bisa didapatkan mulai dari paket Smartfren Unlimited Harian Rp80.000 (1 GB per hari plus bonus double FUP 1 GB per hari) dan Rp100.000. (1,5 GB per hari plus bonus double FUP 1,5 GB per hari). Asiknya paket ini berlaku tanpa batasan waktu, alias 24 jam. Nggak usah jadi btaman dulu alias manusia kalong yang nunggu dini hari biar bisa pake bonus tambahannya.

Semua kuota bisa diunaka untuk aplikasi apapun tanpa syarat, dan bisa dipakai kapan saja dan id mana saja terhitung dari 12 Januari 2022.

Untuk pemakain harian juga Smartfren menyediakan paket Unlimited Harian mulai dari Rp22.500 yang berlaku 7 hari, atau Rp40.000 untuk 14 hari dan Unlimited Harian Rp60.000 yang berlaku 28 hari.Jadi kalau bilang paketnya mahal, enggak tuh. Kita bisa milih yang mana sesuai dengan kebutuhan.

Selain meluncurkan program No Drama No ribet, Smarfren juga memperkenalkan ambassador barunya, yaitu UN1TY syang punya spirit sama dalam kokreasi dan berkolaborasi, juga memberi imej yang lebih kuat bagi Smartfren sebagai operator seluler yang membuka peluang industri kreatif.


Punya pengalaman promo belanja yang menyenangkan atau malah nyebelin lainnya, ga? Yuk cerita, di komentar. Tapi ingt ya, tetap santun dan jangan menjauhkan satu nama.


Share:

Tuesday, 4 January 2022

Mengenal Digitalisasi Aksara Nusantara Indonesia

"Di Jepang kita bisa nemu tulisan aksara latin ga, sih?" 

Dulu saya pernah nanya seperti ini sama seorang teman, yang juga instruktur bahasa Jepang

Rangga, teman saya itu menggeleng kepala. "Susah, Teh

Aduh saya stres duluan membayangkan ribuan huruf kanji yang jumlahnya ribuan itu 😄

Saya dan teman lainnya yang belajar bahasa Jepang sama Rangga ketawa kemudian. Ya terus ngapain belajar bahasa Jepang kalau ga dipake. Sebuah kekonyolan nanya seperti itu 😄.

Selain Jepang, ada negara lain yang konsisten dan militan menggunakan aksara lokalnya seperti Arab, China,  India, Thailand, Korea atau Rusia. Kalau suka atau pernah nonton film-film dari negeri-ngeri ini pasti pernah lihat salah satu adegan di mana tokohnya sedang browsing membuka gadget atau laptop. Font yang muncul di layar adalah fontnya mereka. Sungguh bikin nangis karena mendadak jadi tuna aksara.

Tapi teman-teman pasti tau juga dong kalau Indonesia ini punya aksara lokalnya. Ruas jalan Braga di Bandung atau Malioboro di Jogja adalah contoh aplikasi pencantuman aksara lokal di bawah aksara latin yang tercantum pada plang jalan.

Pertanyaannya, sudahkah kita mengenal dengan baik aksara lokal kita sama halnya dengan tokoh-tokoh yang pernah kita saksikan di film atau serial

Ga ngerti?

Saya juga ada di barisan teman-teman yang harus mengakui kalau sayacga bisa membaca pun menulis aksara nasional. Bahkan membedakan mana aksara lokal Sunda, Jawa, Bali atau Bugis misalnya

Makanya saya dibuat takjub ketika aksara nusantara Indonesia ternyata sudah di-digitalisasikan. Artinya, aksara lokal Indonesia ini juga bisa muncul di keyboard gadget (terutama android) yang kita gunakan sehari-hari

Sebelum ngajak teman-teman buat mengekspor bareng-bareng, saya mau cerita dulu.


Hari kamis lalu, 30 Desember 2021, IG Live Program Merajut Indonesia Melalui Digitalisasi Aksara Nusantara (Mimdan) yang diselenggarakan oleh akun @merajut_Indonesia dengan topik  Perjalanan Digitalisasi Aksara Nusantara.

Dalam acara itu Hadir dua narasumber Ilham Nurwansyah selaku penggerak Aksara Digital dan Ratih Ayu dari Divisi Pengembangan Usaha dan Kerjasama PANDI. Acara yang dipandu oleh moderator Evi Sri Rezeki ini dikemas dengan durasi satu jam tapi memberikan insight yang begitu padat dan berisi soal digitalisasi aksara Nusantara. 

Penasaran sama lanjutan captionnya? Bisa lanjut baca di  ignya Merajut Indonesia atau langsung ke link ini

https://www.instagram.com/merajut_indonesia/p/CWc4uKghbrX/?utm_medium=copy_li

Tunggu, ya. Ceritanya ga sampai di sini. Lanjut lagi, yu

Saat ini baru ada 3 aksara lokal yang sudah terstandar  yaitu Jawa, Sunda dan Bali dan 7 aksara nasional yang sudah go digital. Ilham menuturkan proses digitalisasi aksara nasional ini diolah sedemikian rupa agar bisa terbaca dan tidak tertukar satu sama lain oleh komputer.

Nah, data yang sudah terhimpun dan dikenali, komputer bisa membacanya sebagai data base semisal untuk membuat kamus. Di lain waktu saat kita menemukan sebuah naskah bertuliskan aksara kuno, komputer sudah bisa membacanya dengan bantuan data base itu tadi

Yang perlu diperhatikan, basis data base membutuhkan rujukan standar nasional untuk aksara nusantara yang sudah terstandar.  Sebenarnya inisiatif pengembangan akasara digital ini sudah dimulai oleh masyakarkat umum secara mandiri. Namun belum ada keseragaman seperti apa standar penulisannya atau tata letaknya pada papan keyboard.

Makanya, sejak November 2020 lalu, Pengeola Domain Indonesia (PANDI) memprakarsai  wadah untuk memfasilitasi sinergi dengan berbagai kalangan termasuk dengan pemerintah dengan melakukan pendekatan ke pihak-pihak seperti gubernur, akademisi dan komunitas.

Kolaborasi yang dilakukan antara lain mengadakan lomba-lomba, ke depannya mengadakan simposium dan webinar untuk merangkul lebih banyak pihak yang terlibat.

Di android masih ditemukan Kekeliruan kesalahan sesuai kaidah yang berlaku, perlu dirumuskan standar yang layak. Beberapa contoh kasus yang ditemukan misalnya seperti:

Font

Tampilan di setiap platform harus sama, terutama di Indonesia.  Yang dimaksud di sini misalnya kombinasi, rasio dan ukuran.

Papan Ketik/keyboard

Tata letak di papan ketik berbeda antara satu developer dengan developer lain. Karenanya dibutuhkan standar yang sama  untuk diaplikasikan.

sumber: https://inurwansah.my.id/2021/12/28/standar-nasional-indonesia-sni-fon-dan-tata-letak-papan-tombol-aksara-nusantara/

Penggunaan standar yang tidak sama bisa membuat aksara nasional yang sudah diketik jadi tidak terbaca jika dibuka melalui perangkat gawai yang menggunakan developer lain. Misalnya nih saya bikin status di WA pake aksara sunda, belum tentu terbaca (tamiplan yang muncul jadi kotak-kotak) oleh teman lain yang menggunakan perangkat telepon genggam yang berbeda. Sayang sekali kalau penggunaannya jadi mubazir karena ga sinkronnya sandar yang dipakai

Saya sudah nyoba instal keyboard aksara sunda di HP saya. Yang paling dasar kita bisa langsung menggunakan keyboard bawaan google (g-board) seperti ini

Kalau perangkatnya ga support untuk memunculkan keyboard aksara sunda, kita bisa mengunduh Keyboard Aksara Sunda lewat Playstore. 



Seperti ini tampilan Keybooard Aksara Sunda ini




Kalau sudah terinstal, tampilan di keyboardnya seperti ini. Lebih lengkap dengan pendukung grammarnya untuk mengalihkan tulisan dari aksara latin jadi versi Sunda

Dalam pengucapan aksara sunda tidak mengenal bunyi f. makanya kalau ada yang bilang orang sunda ga bisa nyebut f itu ya bener. Bukan pitnah :). Terus, gimana dong kalau mau nulis nama saya Efi Fitriyyah dengan versi aksara Sunda?

Ternyata ada aksara yang mendukung, semacam aksara pengganti untuk menulis kata serapan (seperti orang Jepang yang punya fitur huruf katakana untuk menulis kata serapan yang bukan berasal dari bahasa Jepang. Dari font fu ditambahkan aksen i yang diletkan i atas huruf fu dengan ukuran lebih kecil.

Seperti ini contohnya. Saya juga sertakan contoh penulisan nama saya dalam versi aksara Jawa dan Bali.

Seru lho. Teman-teman juga bisa mencobanya. Jangan lupa saat aktivasi keyboardnya aktifkan juga setingan bahasanya yang kompatibel dengan perangkat yang dimiliki.

Penggunaan aksara nasional ini sebenarnya bukan cuma buat membantu pemindaian manuskrip atau prasti kuno agar terbaca secara digital saja tapi bisa diaplikasikan dalam banyak hal. Pernah bayangkan tidak kita membuat password dengan aksara nusantara seperti ini

Bukan sekadar keren tapi juga dari sisi keamanan akun jadi lebih terjaga, meminimalkan bobolnya password.

Pada tahu 2021 lalu, PANDI sudah mengajukan IDN atau Internationalized Domain Name untuk penerapan dalam standar pemberian domain internasional untuk aksara non-latin. Nantinya IDN dapat diterapkan pada top level domain (TLD) untuk kode negara disamping penggunaan aksara latin.

Menarik sekali di masa mendatang kita bisa memiliki nama domain internet  dengan pemakaian aksara lokal Indonesia. Serangkaian kelengkapan administrasi sudah dilakukan oleh PANDI untuk memenuhi persyaratan yang diperluka

Semoga konsep ini bisa segera terealisasikan dan Indonesia bisa mempunyai aksara lokal yang lebih dikenal secara global. Dukungan kita sebagai orang Indonesia dengan lebih banyak memakainya bisa mempercepat pengenalan aksara lokal indonesia jadi lebih mendunia. Minimal dimulai dari kita sendiri dan mengaplikasinya lebih intens.

Yuk, kita instal aplikasi aksara lokal ini dan ajak juga sebanyak-banyaknya orang lain untuk turut mengenalnya.

By the.way, untuk rekaman acaranya bisa tonton di sini. Lengkap dari awal sampai selesai

https://www.instagram.com/tv/CYG-RX8pHKf/?utm_medium=copy_link









Share:

Thursday, 30 December 2021

Resolusi Tahun 2022 Ngalap Rezeki dan Berkah

Rasanya baru kemarin saya memilih  tidur daripada terjaga menghitung pergantian waktu. Bahkan saya lupa lho malam taun baru kemarin ada suara petasan atau retihan kembang api ga, ya? Entahlah, semudah itu lho, saya terlelap dan tau-tau pas bangun pagi udah waktunya lirik kalender baru.

Ga kerasa kan, ya tinggal beberapa hari lagi menuju tahun baru 2022. 

Kalau memutar perjalanan waktu ke belakang, saya tuh punya hobi baru setiap buka sosmed.  Akun-akun yang berbau jualan dan pendukungnya jadi minat saya. Kadang scrollin reel juga. Buat nyari referensi lagu latar biar pemirsa reelnya rame hahaha. Itu salah satu strategi saya buat menaikan awareness akun jualan saya. Pake reel buat menjangkau pemirsa baru. Syukur-syukur jadi follower dan pelanggan setia di ig julan saya. Eh gimana?

fotonya punya openfit.com

Makanya target terdekat  di tahun 2022 , saya mau melanjutkan resolusi saya yang sempat tertunda. mengurus dan membesarkan olshop yangvsaya miliki. Sebenarnya di awal-awal pandemi udah digagas tapi ga tau mesti ngapain. Ya akhirnya terbengkalai. 

Balik lagi ke akun-akun yang suka saya intipin buat cari inspirasi.

Misalnya, ada Dewa Eka Prayoga  yang beberapa waktu lalu pernah saya ikuti acaranya. Lalau ada Christina Lie yang kalau lagi ngomong seru banget bikin betah berjam-jam. Pernah saya ikutin zoomnya dari jam 19 sampai jam 23.an kalau ga salah.  Ya ampun gokil banget sih. Ada aja yang diomongin dan isinya daging semua.

dari youtubenya Christina Lie

Untuk maintenance sosmed saya belajar lewat Niko Julius, Siaw Andreas,  Syammas Fitria, Victoria Wong dan beberapa influencer lainnya. Ga heran kalau beranda instagram saya sekarang banyak disodori saran postingan para pegiat dunia digital marketing di samping sepakbola dan kucing yang jadi minat saya.

Untuk berjualan ini sejujurnya saya belum punya modal yang banyak.Tapi ya, kalau nunggu modal  jatuh dari langit, kapan mau mulai? Ga akan jalan. Gitu aja terus. Mimpi kaliii. Makanya, tak ada modal, dropship pun jadi. Mudah danc epat. Langsung eksekusi. Asal niatnya kuat, ya 

Kalau temen-temen yang baca tulisan saya dan kebetulan berteman juga  di aplikasi Whatsapp pasti sering nemuin update status saya yang jualan. Muahahaha... maafkan kalau jadi mendistraksi pilihan, menggoyahkan iman dan merayu jari jemarinya untuk menari-menari menghentak tombol ok saat membuka aplikasi m-banking.

Sukses.

Tabarakallah. Saya doain jadi orang kaya tajir melintir dan ga bosen belanja lagi sama saya. Walau belum se-seatle yang udah jalan duluan, saya selalu berusaha jadi yang terbaik buat pembeli dengan ngasih respon dari yang sekadar tanya sampai after sale alias purna jual. Hihihi

Btw, saya udah buka lapak juga nih di e-commerce. Mangga kalau mau nyari kebutuhan skin care, mukena, sprei dan kebutuhan lainnya. Boleh intip di sini (ya namanya juga usaha 😁)

Ini yang di Tokopedia




Dan ini yang di shopee:


Jangan lupa berkunjung dan belanja, ya :)

Banyak hal-hal baru yang saya dapatkan dari ngulik market place ini. Ya nambah temen udah pasti. Lalu ketermu sama yang passionnya satu server alias  sefrekuensi, ketemu klien/rekanan dan ngulik hal-hal teknis. Lalu juga  eksekusi bikin linktree yang udah tau lama tapi saya sempet males-malesan buat ngerjainnya. Dipepet kebutuhan buat lekas scale up dan ngepush awareness akhirnya saya bisa melawan kemalasan saya buat menuntaskannya. Emang gitu ya sifat manusia, (yeeee itu mah saya aja kali ah). Ada momen yang bikin kepaksa, alias the power of kepepet tea kalau kata Mas Jaya Setiabudi mah



Kalau memperhatikan beranda di market place, kita bakal nemu banyak toko yang menjual produk sejenis tapi harganya ga kompak. 

Di awal-awal saya sempet keder juga lho sama yang beginian. Tapi kemudian saya berpikir ga usah takut rezeki akan tertukar walau jualan produknya sama. Contohya para penjual sayuran atau daging di pasar. Coba tuh, sering kan kita lihat mereka lapaknya deketan atau bahkan sebelahan/sebrang-sebrangan?

fotonya punya binus.ac.id

Apakah karena selisih harga bikin satu lapak jadi sepi se-sepinya? Kan, enggak gitu. Rezeki mah udah ada yang ngatur. Saya memilih berbaik sangka saja sama Allah kalau bakal didatangkan pembeli yang membeli jualan saya.

Rencananya, ke depan pengen punya website sendiri untuk produk jualan biar lebih leluasa membuat etalase sendiri. Lebih mudah scale up dan ini yang terpenting bisa ngambil margin lebih besar ketimbang jualan dropship via market place. 

Cuan? Iya, saya akuin mau dapat cuan. Yang berkah pastinya, ya. 

Dari bisnis online ini saya mau ngalap berkah sebanyak-banyaknya. Biar bisa punya bekal masa tua yang ga nyusahin orang lain, pengen lebih banyak sedekah, bahagiain ortu dengan materi. Salah satu mimpi saya nih yang sering terlintas di pikiran,  mau banget bisa lebih banyak menyayangi anabul-anabul  alias kucing-kucing yang terlantar di jalanan.

fotonya dari antaranews.com

Bukan cuma ngasih makan aja tapi juga ngasih treatment buat mereka yang sakit. Ga sedikit di antara mereka diperlakukan sebagai benalu dan diusir-usir. Huhuhu sedih deh kalau lihat mereka sendirian di jalan. Mau ngambil dan bawa ke rumah buat ngurus, situasi dan kondisinya belum memungkin. 

Selebihnya masih ada mimpi saya lainnya yang detilnya mau saya ajukan proposalnya sama Allah. kalau ditulis di sini semua bisa jadi novel nanti 

Yaa jadi curhat nih :) Doain ya, agar mimpi saya ini terwujud segera.


Untuk mewujudkan resolusi saya tentunya saya butuh partner yang sedia setiap saat. Sedia, ya. 24 Jam. Mau pagi, siang atau malam. Juga pas hujan, ga melempem. Karenya sinyal adalah kunci. Smartfren Unlimited adalah mitra yang bisa diandalkan. 

Saya suka cekin kecepatan sinyalnya.  Misalnya seperti ini


Untuk pilihan paketnya tersedia dari yang harian atau bulanan. Soal harga pun worth the price. Kita tinggal pilih paket yang sesuai dengan kebutuhan dengan pilihan benefit yang beragam.



Pilihan paket di atas adalah untuk penggunan pra bayar. Kalau teman-teman pengguna nomor pasca bayar tersedia juga paket unlimited berikut:

Dari range harga ternyata paket pasca bayar pun terjangkau dengan pilihan yang ga kalah banyaknya. Seperti juga saya, Smartfren bakal jadi teman buka peluang teman-teman buat meuwujudkan resolusinya. 

Nah, kalau teman-teman punya resolusi apa buat tahun depan?

Share:

Saturday, 27 November 2021

Tentang Pertemanan dan Friend Zone

“Efiii…. Apa kabar kamu?” Kangen ih!”

Satu notifikasi masuk ke akun ig saya. Seorang teman lama yang saya kenal lewat sebuah komunitas menyapa. Ga tau kenapa, update teman yang jarang disodorin sama IG tiba-tiba aja muncul di time line. Padahal rumus algoritma google itu ga masuk sama pola interaksi saya di instragram.

Tapi alam udah mengatur, ya. Kami emang harus ketemuan.
credit: Austin Distel - unsplash.com

Terus udah ketemuan belum? 
Ya belum sih. Hahaha. Beberapa waktu yang lalu saya fokus sama kegiatan acara di akhir bulan Oktober. Abis itu coling down sebentar eh saya malah tumbang. Setelah dihajar maag yang lumayan serius, disambung kena pilek, idung saya meler terus. Bikin saya jadi tambah durasi stay at home :D

Ngomong-ngomong soal teman, saya jadi ngitung-ngitung circle pertemanan saat ini. Kok makin tambah umur, kayaknya circle teman dekatnya makin mengecil. Bukan berarti menafikan teman-teman lama. Entah itu dari teman sekolah sejak TK sampai kuliah, teman kerja atau teman yang kenal lewat komunitas. Yang intens komunikasi bisa diitung dengan jari. Dari sekadar haha hihi, ngobrol serius sampai curhat. Hmmm curhat nih :D

Tapi ada juga temen lama yang lost contact tiba-tiba jadi lebih intens berkomunikasi. Ya belum ketemuan juga tapi fasilitas dari teknologi yang canggih jadi memudahkan. Emang bener ya, sosmed itu bisa mendekatkan yang jauh. Jauh di mata dekat di chating wkwkwk….

Ngomongin soal pertemanan, saya jadi inget sinetron remaja yang sempat populer tahun 2020 silam. Siapa yang ga familiar sama sinetron Dari Jendela SMP? Sinetron yang dibintangi oleh Rey Bong ini memang menarik perhatian banyak terutama penonton yang segmennya pas dengan cerita film ini, anak-anak smp yang mengangkat cerita tentang persahabatan. Kadang dalam persahabatan tidak jarang diwarnai dengan warna-warna zona pertemanan alias friend zone.
sumber foto: matamata.com

Pernah ngalamin, ga? I was, dulu. Cuma bisa nelen dalam hati soal perasaan tapi ga bisa ngambek karena gebetan milih yang lain. Bahkan sampai sekarang dia kayaknya ga tau saya pernah suka dia.

Bilang dong!

Ga usah. 
Udah cerita lama dan magnet chemistrynya juga udah luntur pula. Malah bersyukur ternyata ga sampai nikah sama beliau. Kenapa? Ya engak aja. Pokoknya elu gue end (yeee kayak permah jadian aja)

Tapi sebenernya yang namanya frenzone ga selalu tentang soal lope-lopean atau urusan hati dan perasaan. Ada situasi malah jadi sesuatu yang produktif dan menyalurkan kreativitas, lho.

Seperti yang dilakukan oleh UN1TY dan sinetron "Dari Jendela SMP” yang bekerja sama dengan operator seluler Smartfren. Di sini mereka menghadirkan inovasi program dengan tema UN1TY FrenZone Challenge.

Menarik, ya?

Jadi, program ini adalah realisasi keseriusan Smartfren untuk merangkul industri kreatif dan masyarakat, terutama para generasi muda sebagai pangsa pasar terbesar dalam industri telekomunikasi.

Seperti apa programnya?

Smartfren membuka peluang industri kreatif bagi generas muda khususnya dan masyarakat seluruh masyarakat secara umum untuk terlibat mengembangkan industri kreatif khususnya musik dan acara televisi di Indonesia.

Dengan adanya kokreasi inovatif ini, Smartfren bersama UN1TY dan “Dari Jendela SMP” membuka kesempatan bagi siapa saja untuk jadi bagian dari peluncuran original soundtrack sinetron tersebut. Wih asik ya?

Gimana caranya?

UN1TY FrenZone Challenge dibagi jadi Duet FrenZone Challenge & Dance FrenZone Challenge. Untuk ikutan ini, peserta cukup membuat video yang menunjukan kekompakan FrenZone bersama teman terdekat. Tentu saja dalam video ini harus menggunakan original soundtrack “Dari Jendela SMP sebagai musik pengiringnya.

Setelah itu, upload deh videonya ke Instagram Reels atau TikTok. Video terbaik akan diumumkan di program WOW Talks yang menghadirkan Rey Bong dan Sandrinna Michelle. Asiknya lagi para pemenang bisa ikut serta dalam proses pembuatan acara televisi Dari Jendela SMP. Kalau punya teman atau saudara yang masih abg dan ngefans sama Rey Bong wajib kasih tau mereka, ya. Biar pada ikutan.

Menurut Djoko Tata Ibrahim sebagai Deputy CEO Smartfren, “Smartfren konsisten sebagai operator yang selalu menjadi teman buka peluang untuk masyarakat luas. Kokreasi ini mewakili semangat yang kita bawa saat meluncurkan produk, seperti Smartfren GOKIL MAX dan Smartfren Unlimited. 

Tema FrenZone yang kami usung dalam kokreasi ini diharapkan mewakili semangat pertemanan positif anak-anak muda yang kreatif, digital dan saling mendukung. Karena lingkungan pertemanan yang positif dapat menghasilkan sesuatu yang luar biasa.”

Tema FrenZone menyampaikan pesan tentang pertemanan yang sehat dan positif dan menghasilkan sesuatu yang positif juga. Teman adalah salah satu esensi Smartfren.

Sebagai teman, layanan yang diberikan Smartfren selalu bisa diandalkan, kapanpun, dimanapun dan apapun momennya dalam menyediakan layanan telekomunikasi yang terbaik.

Dengan kuota super besarnya, Smartfren Gokil Max punya kuota sampai 36 GB sangat mendukung sekali untuk internetan sepanjang hari di berbagai platform dari pagi sampai di tengah malam. Biayanya pun sangat terjangkau, mulai dari Rp 30.000 sampai dengan Rp 80.000 saja. Tuh beneran terjangkau, kan?

Sedangkan untuk paket Smartfren Unlimited memberikan keuntungan dan kenyamanan. Dengan durasi 24 jam di semua aplikasi bisa dadapatkan mulai dari Rp. 22,500 sampai dengan Rp. 100.000.

Kedua produk ini sangat bermanfaat bagi pengguna seluler dan digital dalam berbagai platform terutama untuk generasi Z yang digital native yang membutuhkan kelelusaan penggunaan kuotanya sepanjang waktu.

Balik lagi ke teman-teman lama, saya jadi inget buat ngatur waktu untuk meet up dengan beberapa teman yang udah lama ga ketemu dan udah ngajak ketemuan. Bukan sekadar kangen saja tapi juga memanjangkan silaturahmi.

Kalau teman-teman punya rencana buat ketemuan sama teman-teman lamanya ga dalam waktu dekat ini? Sehat selalu ya dan jangan lupa untuk tetap menjaga protokol kesehatannya.

Cheers
Share:

Friday, 12 November 2021

SIlky Pudding, Pudding Instan yang Lembut dan Enak

"Suka masak, ga?"

Kalau ditanya gitu, dengan segera saya bilang suka ga suka. 😅 Ga suka ribetnya soalnya. Tapi kalau gampang dan cepat, ya, ayo. Intinya saya tuh penganut quick cook alias masak cepat huehehe. Bikin nasgor,  bihun rebus atau puding instan dengan senang hati saya jabanin.

Dulu waktu masih kuliah saya suka bikin puding roti dan dibawa ke kampus. Sama loyang-loyangnya. Serius hihihi. Mana waktu itu kan belum ada ojol dan saya pergi ke kampus itu ngangkot. Kebayang dong itu di angkot saya bawa gembolan.

Terus di bawa ke area kampus sambil ngikutin kuliah?

Ya enggak. Saya mampir ke kosan temen dan nitip di sana. Lalu makan bareng-bareng di sana. Eh ya, pada suka, terus jadi rikues tuh. Disuruh sering-sering bawain pudding. Hmmm... bhaique, kalau ada duitnya ya wkwkwk.... Ya maklum masih kuliah, ngirit-ngirit buat pengeluaran :)

Ngomongin cemilan rumahan, trend bebikinan gini jadi booming lagi di saat pandemi hadir di tengah kita. Saya sempet nyoba-nyoba bikin kopi dalgona yang kekinian itu. Ga langsung jadi, gagal lagi tapi saya penasaran. Coba lagi dan lagi, eh berhasil. 

Sebenernya ngulik hal baru kayak gini itu lumayan juga makan waktu cuma dari segi bahan ga ribet buat saya. Makanya pas tau ada Silky Pudding, pudding kekinian, saya penasaran cobain juga. Duh ke mana aja hari gini baru tau? :D

But better than late. Ya, kan?

Katanya nih dari sebuah survey yang dilakukan sama Nielsen yang melakukan pengamatan dalam hal gaya hidup dan belanja FMCG ternyata 49 persen responden lebih sering memasak daripada sebelum wabah. Ya wajar sih ya, mobilitas yang terbatas dan penghematan budget jadi alasannya. Ngomong-ngomong, rilis survey ini udah agak lama sih, periodenya sekitar 6-17 Maret silam. Tapi masih related juga ketika kita (juga saya) jadi betah stay tune di rumah tapi hasrat ngemil ga bisa ditahan. Diet? Besok aja lagi.

Silky pudding ini adalah  Mom's Recipe Silky Pudding yang awalnya hadir dengan dua rasa, yaitu yakni rasa peach dan biscuit. Tapi kemudian disusul oleh varian berikutnya yang memperkaya pilihan rasa. Ada rasa Chocolate, Avocado, Taro, dan Bubble Gum.


Kampanye #Silkysetiaphari yang digagas oleh produsen ini bertujuan mengajak para konsumennya untuk berkreasi menghasilkan olahan Silky Pudding dengan ragam yang kreatif. 


Hari rabu lalu saya samperin mini market deket rumah buat mendapatkan Silky Pudding. Ga mau kalah pengen nyobain bebikinan juga. 

Sedih, cuma nemu dua rasa, Taro dan Coklat. Yaudah, ga usah ngegrundel. Saya ambil dulu varian yang ada. Nanti kalau mau bikin yang baru tinggal beli di tempat lain atau beli online. As simple as  that.

Waktu itu saya dapetin Silky Puddingnya seharga 17 ribu untuk satu dus. Jadinya beli dua bayar 34 ribu. Dipotong promo jadi lebih murah, cuma saya lupa jadi berapah jatuhnya. Struknya lupa nyimpen sih hehe.

Untuk satu dus silky pudding ini kita cukup mencampurnya dengan air sebanyak 700 ml. Udah itu aja. Ga pake gula tambahan. Tekstur bahannya lembut kayak susu bubuk dan menguarkan aroma wangi.

Saya menjerang air dulu sebanyak takaran sesuai anjuran. Setelah agak panas saya masukin tuh bahannya ke dalam panci. Kalau yang varian Taro ini warna bahannya putih seperti susu,  tapi begitu bertemu air berubah jadi warna ungu, seperti warna lylac. Lucu amat. Tapi yang varian cokelat bubuknya udah senada sama nama variannya. Cokelat. Ga kalah harumnya waktu dijerang.

Setelah mendidih, saya buru-buru matiin apinya. Jangan dibiarkan lama-lama, ya karena airnya akan meluap dan luber. Sayang, kan?

Kalau mau cepat dingin, bagusnya Silky Pudding yang sudah dituangkan ini disimpan di kulkas. Biar bisa cepat dinikmati, Tapi kalau disimpan di udara terbuka biasa juga ga terlalu lama buat menunggu perubahannya jadi lebih padat.

Dan ini kreasi Silky Pudding ala saya. Sengaja yang rasa Taro dan Cokelat itu saya campur dalam satu wadah. Ih gemes lihat layernya, kayak model dress gitu. *Yeeeh narsis*

Waktu saya cicipin emang nih pudding rasanya manis, padahal ga dikasih gula , karena dari sananya udah dikasih pemanis. Kita ga usah pusing mikirin takaran gulanya. Manisnya pas tapi ga kelewat manis. Waktu saya cicipi, teksturnya  lembut, moist  dan enyoy kalau kata orang Sunda mah. Hihihi

By the way aktivitaas berkreasi dengan Silky Pudding ini juga disukai sama   aktris Jessica Iskandar lho. Menurutnya ini jadi kegiatan positif dan masak di rumah jadi menyenangkan.


uat kalian yang konsen sama komposisi produk, jangan khawatir. logo halal dari MUI terpampang nyata di bagiang depan kemasan produknya. Gede, lagi.  itu 
 PT Forisprodusennya, selalu memilih bahan baku yang bermutu yang kualitasnya sudah duji di  di laboratorium yang modern dan higienis. No worry, halal.


Share:

Friday, 29 October 2021

Perjalanan di Tengah Pandemi

Pandemi kapan selesainya, sih?

Saya yakin banget ini pertanyaan kita semua. Kita rindu suasana normal yang dulu. Kita rela bemacet-macet di jalan, berdesakan di angkot tanpa takut rasa cemas tertular virus, kita jadi mikir gini:

"Aku rela kerja kantoran 9 to 7 (kalau masih kerja kantoran) daripada kerja di rumah tapi jam kerjanya lebih lama dari jam normal."

Atau, kita kangen rela mengantri di kasir supermarket daripada sepi. Sedih lihat kendaraan sepi penumpang, sedih lihat tempat belanja kosong melompong dan sedih juga lihat orang-orang termangu di jalan, menanti dagangannya laku.

Waktu saya ngobrol soal ini sama temen, komentarnya gini

"Semua orang ngalamin sih, Fi"

Ah iya semuanya juga mengalami. Hampir semua. Beberapa kali ngobrol sama orang lai, saya pun membesarkan mereka dan bilang "semuanya ngalamin" You are not alone.

Seperti satu waktu lalu, saya harus pergi ke Jakarta buat sebuah kepentingan. Ya biasanya memang urusan kerjaan sih, bukan buat main hehe :) Biasanya pulang pergi,entah itu naik travel atau kereta. Pernah juga rental mobil kalau pergi rame-rame.

Prokes yang berlaku sekarang mengharuskan semua penumpang yang akan berpergian menggunakan kereta harus menjalani swab test antigen. Saya ngambil tes ini karena lebih murah dari PCR. Walau untuk durasi perjalanan sehari PP itu saya tetep ngambil 2 kali tes antigen. Lebih murah juga, kan?

Waktu itu saya berangkat pagi hari jam 6 sesuai jadwal kereta, jadinya ngambil swab tes siang hari, di stasiun Bandung, H-1 sebelum pergi. 

Padahal, sebelum pandemi stasiun Bandung udah dandan cantik, banyak fasilitas baru dengan sky walknya yang cantik dan membuatnya jadi lebih modern. Ini adalah kali pertama saya menjejakan kaki di Stasiun Bandung sejak pandemi. Pangling banget.

fotonya punya radarbandung.id

Saat keberangkatan hari H saya tiba di Stasiun Bandung 30 menit sebelum jam keberangkatan.  Sampai depan pintu masuk stasiun seorang porter menyapa saya. Gini, katanya:

"Neng, mau ke Jakarta, ya?"

Saya mengangguk. 

Sebenernya bawan saya ga berat amat. Cuma satu tas ransel dan satu tas selempang berisi dompet, handphone dan printilan kecil lainnya.

""Pak, mau bawain tas saya, ga?"

Agak ragu buat nawarin beliau bawain ransel yang isinya ga sebesar penumpang lain. Terlalu receh. Mau ga, ya? Bapak porter itu mengangguk senang. "Boleh, Neng"

Sambil jalan ke dalam menuju kereta saya nanya bapak porter ini.

"Pak, sepi sekali ya, di sini"

"Iya, Neng. Sekarang jadwalnya sedikit sekali"

Kalau lihat jadwal kereta memang terlihat menurut drastis. Biasanya untuk keberangkatan Bandung - Jakarta bisa dapat kereta dalam rentang waktu selang satu jam. Kali ini dalam sehari cuma ada satu jadwal pagi dan satu jadwal sore. Begitu juga sebaliknya untuk keberangkatan dari Jakarta ke Bandung.

 "Porter yang jaga ada berapa, pak?"

"Cuma 40an, Neng. Ini juga bapak pulang jam 9, aplusan (gantian) sama teman yang lain"

"Oh..." jawaban bapak ini menyiratkan banyak cerita.  

Sambil jalan dari lobi, melalui pintu pemeriksaan lalu melewati sky bridge yang baru dan wah itu, saya lihat sekeliling penumpang di stasiun ini sedikit sekali. Sudahlah kesempatan yang diberikan untuk para porter ini sebentar, penumpang yang datang juga sepi sekali. Sangat sepi dibanding hari biasa sebelum pandemi. Kalau ada yang ga kebagian bantuin penumpang gimana, ya? Saya buru-buru menepis pikiran itu. Cecak aja masih dikasih rezeki. Saya menghibur diri.

Bapak porter bercerita lagi tanpa ingin menunjukkan kesedihannya. Saya diantar sampai ke tempat duduk, lalu bapak ini permisi pamit setelah saya ngasih sejumlah uang sebagai upahnya udah nganterin saya.  Saya melihat matanya berbinar penuh sukacita. Semoga keran rejekinya di hari itu masih terbuka doa saya dalam hati.

Belum sampai 5 menit bapaknya dateng lagi

"Neng, tadi tiket sama fotokopi KTPnya jatuh. Barangkali dibutuhkan," bapak itu menyodorkan lembar tiket dan copy ktp yang entah jatuh tercecer di mana. Mungkin saking sepinya stasiun, selembar tiket yang terjatuh jadi lebih mudah terlihat.

"Ah iya. Makasih, ya, Pak" saya ga menyangka bapak ini bakal segitunya belain balik lagi bawain tiket saya yang tercecer.

Suasana sepi  juga terasa waktu saya tiba ke Stasiun Gambir. Porter yang lalu lalang tidak banyak. Saya mencari spot untuk tes antigen biar pulangnya nanti ga gedubyakan.

Ngomong-ngomong soal tes antigen, boleh dibilang "colokan" alat swab petugas di Gambir lebih berasa. Saya belum sempet narik nafas hidung saya udah dicolok kanan kiri bergantian dengan cepat. Beda banget dengan yang di Bandung yang masih kasih jeda sekian detik. Derai air mata saya sedikit lebih deras pagi itu hahaha.... Saya menunggu beberapa waktu untuk mendapatkan hasil tes yang menunjukan hasil negatif. Alhamdulillah.

Untuk berpergian ke Jakarta dan ke luar kota lainnya (ini sih jarang semisal saya pergi ke Yoga tau Solo misalnya) keretea api ini jadi tujuan saya buat perjalanan. Kalau di dalam kota semisal di Bandung, moda transport yang paling saya andelin ya ojol alias ojek online buat ke mana-mana.

Kenapa ga belajar naik motor sendiri, sih?

Pertanyaan ini sering saya dapatkan. Kalau dhitung-hitung iya sih pengeluaran saya lumayan gede buat bayar ongkos. Kalau selow dan ga buru-buru saya masih pake angkot, kok. Cuma memang seringnya ya pake ojol itu.

Saya mikirnya gini aja,  itung-itung berbagi rejeki buat sopir angkot atau driver ojol. Saya ga pernah ngitung realnya abis berapa uang yang saya keluarkan untuk perjalanan. Kalau ga penting banget saya lebih banyak di rumah, kok. Apalagi di masa pandemi gini, saya ke luar rumah itu paling banyak seminggu 1-2 aja. Tapi sekalinya pergi keluar bisa seharian hihihi

Ngomong-ngomong soal rezeki, kita emang ga bisa jadi manusia macam Robin Hood yang dengan mudahnya ngasih ke sana sini (eh tapi nyurinya jangan ditiru ya). Kita punya keterbatasan ga bisa menolong semua orang tapi di sisi lain bisa mengusahakan untuk membantu orang-orang di sekitar kita minimal. 

Rezeki emang ga akan ke mana, tapi harus dijemput juga.

Seperti ini, nih. Smartfren punya program seru di bulan Oktober 2021 ini? Namanya Program Mystery Box #OktoBERHADIAH

Aih siapa sih yang seneng dapat rezeki? Cus jemput ke sini:

https://mysf.onelink.me/nFIA/FashionShoppingIG

Pastikan temant-teman sudah menginstal dulu aplikasi Smartfrennya untuk mengikuti langkah-langkah di sana. 

Good luck, ya. Jangan lupa kalau menang hadiahnya sisihkan untuk berbagi dengan di sekitar dan orang-orang yang kita sayangi





Share:

Wednesday, 29 September 2021

Kebahagiaan Mendapatkan Rejeki Wow

 "Berapa gaji yang kamu minta?' Sebuah pertanyaan saat wawancara dilontarkanoleh seorang pria berwajah oriental sambil tersenyum.

Saya menyebutkan angka yang diminta, sempat ragu-ragu karena yakin ga yakin  bakal diterima kerja. Pengalaman sering dapat panggilan kerja tapi selalu aja ga cocok  (entah dari saya atau perusahaan)  bikin saya nothing to loose buat keterima kerja. Di sebelah pria itu yang kelak saya dan teman-teman kerja menyapanya Pak Pur, seorang wanita berusia separuh baya tersenyum.

"Oke, kamu diterima kerja. Tanggal satu mulai masuk, ya!" Pak Pur mengulurkan tangan, memberikan selamat.

Ah beneran? Masa sih?

Tentu saja itu dialog imajiner di benak saya. Ga sampai keluar dari mulut saya. Untungnya saya segera menguasai kedaan dan menyambut uluran tangannya.

"Terimakasih, Pak." saya menerima uluran tangannya dengan perasaan sumringah. Wow.  Senengnya melebihi salaman sama idola atau pacar (?) muahaha... Karena itu kali pertama saya menyandang status sebagai karyawan kantoran notabene dapat gaji bulanan. Rejeki banget buat saya yang 2 tahun wira wiri nyari kerjaan. :)

Mungkin karena euforia, punya gaji itu, dengan nominal yang sedikit di bawah rata-rata UMR untuk  posisi dan status pendidikan yang saya dapatkan, dibawa asik aja. Punya teman kerja yang seru, ada gank ngemil dan ngerumpi di jam kanto, saling nyicip bekal makan siang dan ketawa bareng ketika ngenes nungguin gajian di akhr bulan.  Kadang saya kangen sama masa-masa itu. Masa pergi kerja kayak pergi sekolah, cuma bedanya tugas dan durasi aja. 



O ya, waktu pertama kali payday alias gajian saya seneng dong belanja ke supermarket depan kantor dan bisa sedikit berbagi rejeki dari gajian sama mama saya. 

Walau ga seberapa, rasanya seneng banget berbaji rejeki dari hasil keringat sendiri. Jadi berkah. 

Perlahan dan pasti, mindset saya berubah soal bekerja. Dulu mikirnya cuan itu ya dari kerja aja. Tapi ga gitu. 

Tanpa mengurangi rasa hormat saya sama temen-temen yang maih berstatus sebagai karyawan, rejeki dalam bentuk materi bisa berbentuk penghasilan dari jualan atau honor sebagai karyawan lepas a.k.a freelance. Dapat traktiran, punya teman yang baik, dikasih nikmat sehat juga bentuk rejeki. Coba bayangin kalau kita punya uang tapi dikasih sakit dan perlu biaya yang banyak? Kalau dikonversikan ke nominal itu angkanya bisa gede banget.

Balik lagi gomong-ngomong lagi soal rejeki dalam bentuk materi,  temen-temen pernah punya wish list apa aja? Punya rumah langsung lunas, kendaraan pribadi atau hadiah dari lomba/undian misalnya?

Saya punya informasi menarik, nih.

Smartfren  punya program Rejeki Wow Treasure Hunt Periode Ketiga berhadiah total miliaran rupiah. Duh, ya lagi pandemi gini ketika aktivitas ekonomi lagi tiarap, siapa sih yang ga senang kalau ketiban durian runtah dari program undian ini?

Sebagai informasi, saat ini sudah ada 3.9 juta pelanggan operator seluler Smartfren sudah menang dan mendapatkan hadiah dari program Smartfren Rejeki WOW Treasure Hunt, lho. Duh saya juga mau, dong.

Mau tau caranya?

Begini

Install atau update dulu aplikasi MySmartfren. Malahan, untuk pelanggan yang baru pertama kali install aplikasi MySmartfren bakal mendapat bonus kuota 5 GB.

Setelah itu lakukan langkah-langkah berikut:

Lakukan perjalanan perburuan harta di gurun pasir. Kalau kita  melakukan pengisian pulsa atau membeli paket internet, akan semakin dekat ke Oasis tempat harta tersembunyi. Asiknya nih, nilai pengisian pulsa atau pembelian paket tersebut berlaku akumulasi. Kalau sampai mencapai total Rp100.000 atau kelipatannya di Oasis,  peti harta karun akan terbuka dan kita berpeluang mendapatkan hadiah berupa  smartpoin, pulsa, kuota YouTube, smartphone, tablet, TV, laptop, atau logam mulia. 

Kalau bisa sampai di Oasis ketiga, pelanggan  akanmendapatkan kesempatan memenangkan Grand Prize berupa city car (Honda Brio), SUV (Honda BRV), tabungan ratusan juta rupiah, logam mulia, atau sepeda. 

Selain itu ada juga fitur baru lainnya berupa:

  • Program Ajak Teman (Referral Program) dan Daily Login 
  • Veteran Booster yaitu booster tambahan agar pengguna bsia lebih cepat sampai ke oasis. 
  • Mission Challenge dengan hadiah smartpoin, bonus pulsa dan emas, di mana hadiah-hadiahnya bisa didapatkan jika berhasil menyelesaikan semua misi/tantangan. 
  • Dan ini nih, ada fitur donasi di mana kita bisa  menyumbangkan Smartpoin dalam program Donasi dari Smartfren dengan Yayasan Benih Baik. Jadi selain membayar zakat penghasilan tiap bulan sebesar 2,5% tiap bulan, kita juga bisa menambah pundi-pundi amal lewat fitur ini. Asik banegt kan, bisa berburu ahdiah sekaligus berburu pahala.

Tau ga sih? Program kebaikan ini adalah bagian dari visi Smartfren untuk mewujudkan  internet yang bermanfaat positif dan menjadi teman buka peluang bagi masyarakat Indonesia. 

Makanya,  buruan install aplikasi dan terus perbanyak transaksinya. Smartfren Rejeki WOW Treasure Hunt Periode Ketiga berlangsung dari tanggal 21 September 2021 sampai 14 Januari 2022. Masih banyak waktu yang bisa kita manfaatkan untuk berburu Rejeki WOW Treasure Hunt Periode Ketiga ini. 

Untukprogram-program Smartfren lain bisa didapatkan informasinya di www.smartfren.com dan Instagram @smartfrenworld.

Share:

Friday, 24 September 2021

Tentang Kebhinekaan, Berbeda Tapi Saling Sayang


Kalau suka lagu-lagunya Dewa atau Ari Lasso mesti familiar sama lirik lagu yang ini. Yakiiin saya, ga mungkin ga mudeng.

"Segala perbedaan itu, membuatmu jauh dariku...."

Merasa related?

Pada kenyataannya, berbeda ga harus selalu menjauh. Berbeda malah bisa membuat kita bisa bersatu, kolaborasi. Buat saya yang menyukai sepakbola, liga-liga atau ajang pertandingan internasional adalah contohnya.

Saat menyanyikan lagu kebangsaan di Piala Eropa, Piala Dunia, Piala Asia atau kompetisi angtara negara akan selalu dibuka dengan menyanyikan lagu kebangsaan masing-masing. Kamera pun akan menyorot satu persatu wajah pemain yang akan berlaga. Inggris dan Perancis adalah contoh yang kentara di mana raut muka dan warna kulit tampak berbeda. Ga selalu mukanya British banget atau Perancis banget. Ada pemain berdarah campuran atau memperoelh naturalisasi. Diversifikasi di sana adalah hal yang lumrah.

Di kompetisi lokal sendiri semisal di EPL (English Premier League)  selain mengusung tagline  "no room for racism", ada satu prosesi yang dilakukan oleh para pemain bola di liga Inggris sebelum memulai pertandingan dengan berlutut.

Buat apa?

Tentu saja bukan buat pemanasan. Ini adalah simbol perlawanan sama yang namanya sikap dan tindakan rasialis. Industri sepakbola di kampung halamannya The Beatles membuat liga sepakbola di sini jadi bisnis yang menggiurkan. Jadi magnet bagi para pesepakbola dari berbagai negara untuk berkiprah, unjuk gigi dan tidak bisa dipungkiri jadi lahan mencari mata pencaharian. 

Lumayan banget lho pundi-pundi penghasilan mereka di sini. Auto tajir, jadi kaya raya. Dengan catatan berprestasi, ya. Kalau enggak, ya kesalip. Ga dapat panggung, ga dapat cuan alias uang.

Balik sama  keberagaman  tadi, di Premier League (nama liganya di sini), ada banyak pemain dari benua Afrika juga Asia yang merumput. Perbedaan latar belakang dan ras inilah yang menjadi konsen pengelola liga-liga dunia buat bilang tidak sama tindakan diskriminasi hanya karena perbedaan kulit, ras atau agama.

Itu di luar negeri.

Di Indonesia gimana?


Waktu SMP saya punya teman dari Ende, Nusa Tenggara Timur. Namannya Hellen, cantik dan manis.  Lepas SMP kami berpisah dan hilang kontak. Media sosial kemudian mempertemukan kami. Yang jauh jadi dekat. 

Sampai sekarang masih berteman. Ya, di sosmed alias IG saja. Jarang bertukar sapa karena algoritma IG yang membuat saya harus berusaha cari sendiri updatenya dengan ngetik namanya di kolom pencarian hihihi. Hai Hellen! Apa kabarnya? :)

Lalu waktu SMA saya juga saya punya teman yang bukan sundanese, dari Aceh dan Pare-pare. Kemudian, lebih banyak ragam suku dan ras  yang jadi latar teman-teman waktu saya kuliah di Unisba dulu.

Rasanya sudah seperti lagu, dari Sabang sampai Merauke. Komplit. Plus dengan keberadaan himpunan mahasiswa yang berasal dari kampung halaman yang sama. Waktu musim mudik, ada perhimpunan mahasiswa dari Minang yang mengoordinasi kepulangan bersama dengan mencarter bus.  Di situ saya meronta, sirik ga bisa mudik ke mana-mana :) Seneng deh lihat kekompakan yang mudik bareng itu. 

Ngomongin perbedaan kalau soal warna kulit, bahasa dan latar belakang sudah kita kenal lama. Jauh hari sejak SD dulu. Toleransi, tenggang rasa, tepo seliro dan istilah lainnya rasanya sudah ngelotok di kepala.  

Sadar ga sih, kalau keseharian kita dalam pergaulan juga lekat dengan perbedaan dalam urusan selera dan minat?

Dari bangun tidur sampai tarik selimut malah.  Misalnya ini:

Sarapan pagi: Makan nasi goreng vs bubur ayam - gorengan - roti & susu - makan buah saja.

Style Pakaian: Cuek - elegan - kalem - modis - sederhana - penuh warna

Musik:  pop - dangdut - rok - barat - klasik - modern

Contoh-contoh yang saya bilang tadi kalau dibreakdown bisa beragam lagi. Terus berantem? Enggak, dong.



Bukan menyalahkan, tapi lirik lagu yang saya kutip tadi ga bisa plek ketiplek berlaku dalam segala situasi.

Keseharian saya yang ga bisa jauh-jauh dengan dunia digital juga mempertemukan saya dengan teman-teman yang punya 'genre' yang sama padahal ga saling kenal di dunia nyata.



Tadi saya bilang kesulitan buat tau update di sosmed temen-temen lama saya. Bukan karena saya males ga mau cari tau atau ga mau interaksi.  Tapi lingkaran pertemanan dan algoritma sosial media seperti instagram menyodorkan update terbaru yang sesuai minat saya yang menyukai kucing, sepakbola, film, bisnis  dan niche berbau  optimasi sosial media.  

Update adik dan teman dekat saya pun ga muncul seliweran di timeline. Baru ngeh kalau ditag atau dimention. Nah, lho :D 

Diem  ga selalu ga  peduli. Kadang saya suka stalking, pengen tau kabar temen yang updatenya ga disodorin oleh algoritma IG. Baik-baik saja, kah? Situasi pandemi kemarin membuat kita saling berharap kabar baik yang didapat. 

Di lain waktu ketika teman-teman blogger pada bahas soal drakor di sosmed, saya cuma hah hoh aja. Ga ngerti. Siapa sih? Apaan?

Tapi di lain waktu terutama malam minggu saya anteng heboh bahas bola. Entah di status atau cuitan twitter. Malah yang satu ini ketemuan sama yang ga temenan atau ga kenal. 

But it's ok. Seru malah.

Berteman dekat bukan berarti segalanya harus sama dan berbeda bukan berarti unfriend atau auto putus pertemanan.

Perbedaan di antara kami itu pun kembali luluh ketika acara Gathering MPR bersama Netizen Bandung diselenggarakan sabtu lalu. Tepatnya tanggal 18 September 2021.

Bertempat di Hotel Crowne Plaza Jalan Lembong, acara yang diselenggarakan di ruang Aquamarine lantai 3 ini membahas topik tentang The Power of Bhineka Tunggal Ika: Bijak Bermedia Sosial Dalam Mewujudkan Karakter Bangsa.

Tahun sebelumnya saya bareng temen-temen blogger dan netizen Bandung juga ngumpul dengan MPR. Ceritanya bisa baca di sini


Pertemuan kali topik bahasan lebih mengerucut pada pilar ke-4 dari 4 pilar MPR yaitu mengenai Bhineka Tunggal Ika.



Pada hari itu hadir perwakilan dari MPR yaitu Ibu Siti Fauziah (Kabiro Hubungan Masyarakat dan Sistem Informasi Sekjen MPR RI) dan Budi Muliawan (Kabag Pemberitaan dan Hubungan Antar Lembaga) yang didampingi oleh Nurliya Apriyana, dosen Vokasi UI yang juga pegiat literasi media sosial yang bertindak sebagai moderator pada acara hari itu.

Imej MPR yang formal seolah the untouchable sebagai lembaga pemerintahan hari itu terasa mencair. Ternyata begini rasanya kami dari berbagai latar belakang bisa memberi masukan dan masukan untuk kemajuan MPR terutama interaksinya dengan netizen di media sosial.  


Menarikanya latar belakang yang berbeda  itu memperkaya input yang kami berikan untuk kemajuan MPR. See? Siapa bilang beda itu masalah? Beda itu adalah sebuah keniscayaan. 

Selain ngobrol dan berdiskusi dengan tim MPR kami juga bisa melepas kangen dan bisa ngonten bareng. 

Niche boleh beda, tapi kami tetap saling sayang. 


Share: