Friday 29 October 2021

Perjalanan di Tengah Pandemi

Pandemi kapan selesainya, sih?

Saya yakin banget ini pertanyaan kita semua. Kita rindu suasana normal yang dulu. Kita rela bemacet-macet di jalan, berdesakan di angkot tanpa takut rasa cemas tertular virus, kita jadi mikir gini:

"Aku rela kerja kantoran 9 to 7 (kalau masih kerja kantoran) daripada kerja di rumah tapi jam kerjanya lebih lama dari jam normal."

Atau, kita kangen rela mengantri di kasir supermarket daripada sepi. Sedih lihat kendaraan sepi penumpang, sedih lihat tempat belanja kosong melompong dan sedih juga lihat orang-orang termangu di jalan, menanti dagangannya laku.

Waktu saya ngobrol soal ini sama temen, komentarnya gini

"Semua orang ngalamin sih, Fi"

Ah iya semuanya juga mengalami. Hampir semua. Beberapa kali ngobrol sama orang lai, saya pun membesarkan mereka dan bilang "semuanya ngalamin" You are not alone.

Seperti satu waktu lalu, saya harus pergi ke Jakarta buat sebuah kepentingan. Ya biasanya memang urusan kerjaan sih, bukan buat main hehe :) Biasanya pulang pergi,entah itu naik travel atau kereta. Pernah juga rental mobil kalau pergi rame-rame.

Prokes yang berlaku sekarang mengharuskan semua penumpang yang akan berpergian menggunakan kereta harus menjalani swab test antigen. Saya ngambil tes ini karena lebih murah dari PCR. Walau untuk durasi perjalanan sehari PP itu saya tetep ngambil 2 kali tes antigen. Lebih murah juga, kan?

Waktu itu saya berangkat pagi hari jam 6 sesuai jadwal kereta, jadinya ngambil swab tes siang hari, di stasiun Bandung, H-1 sebelum pergi. 

Padahal, sebelum pandemi stasiun Bandung udah dandan cantik, banyak fasilitas baru dengan sky walknya yang cantik dan membuatnya jadi lebih modern. Ini adalah kali pertama saya menjejakan kaki di Stasiun Bandung sejak pandemi. Pangling banget.

fotonya punya radarbandung.id

Saat keberangkatan hari H saya tiba di Stasiun Bandung 30 menit sebelum jam keberangkatan.  Sampai depan pintu masuk stasiun seorang porter menyapa saya. Gini, katanya:

"Neng, mau ke Jakarta, ya?"

Saya mengangguk. 

Sebenernya bawan saya ga berat amat. Cuma satu tas ransel dan satu tas selempang berisi dompet, handphone dan printilan kecil lainnya.

""Pak, mau bawain tas saya, ga?"

Agak ragu buat nawarin beliau bawain ransel yang isinya ga sebesar penumpang lain. Terlalu receh. Mau ga, ya? Bapak porter itu mengangguk senang. "Boleh, Neng"

Sambil jalan ke dalam menuju kereta saya nanya bapak porter ini.

"Pak, sepi sekali ya, di sini"

"Iya, Neng. Sekarang jadwalnya sedikit sekali"

Kalau lihat jadwal kereta memang terlihat menurut drastis. Biasanya untuk keberangkatan Bandung - Jakarta bisa dapat kereta dalam rentang waktu selang satu jam. Kali ini dalam sehari cuma ada satu jadwal pagi dan satu jadwal sore. Begitu juga sebaliknya untuk keberangkatan dari Jakarta ke Bandung.

 "Porter yang jaga ada berapa, pak?"

"Cuma 40an, Neng. Ini juga bapak pulang jam 9, aplusan (gantian) sama teman yang lain"

"Oh..." jawaban bapak ini menyiratkan banyak cerita.  

Sambil jalan dari lobi, melalui pintu pemeriksaan lalu melewati sky bridge yang baru dan wah itu, saya lihat sekeliling penumpang di stasiun ini sedikit sekali. Sudahlah kesempatan yang diberikan untuk para porter ini sebentar, penumpang yang datang juga sepi sekali. Sangat sepi dibanding hari biasa sebelum pandemi. Kalau ada yang ga kebagian bantuin penumpang gimana, ya? Saya buru-buru menepis pikiran itu. Cecak aja masih dikasih rezeki. Saya menghibur diri.

Bapak porter bercerita lagi tanpa ingin menunjukkan kesedihannya. Saya diantar sampai ke tempat duduk, lalu bapak ini permisi pamit setelah saya ngasih sejumlah uang sebagai upahnya udah nganterin saya.  Saya melihat matanya berbinar penuh sukacita. Semoga keran rejekinya di hari itu masih terbuka doa saya dalam hati.

Belum sampai 5 menit bapaknya dateng lagi

"Neng, tadi tiket sama fotokopi KTPnya jatuh. Barangkali dibutuhkan," bapak itu menyodorkan lembar tiket dan copy ktp yang entah jatuh tercecer di mana. Mungkin saking sepinya stasiun, selembar tiket yang terjatuh jadi lebih mudah terlihat.

"Ah iya. Makasih, ya, Pak" saya ga menyangka bapak ini bakal segitunya belain balik lagi bawain tiket saya yang tercecer.

Suasana sepi  juga terasa waktu saya tiba ke Stasiun Gambir. Porter yang lalu lalang tidak banyak. Saya mencari spot untuk tes antigen biar pulangnya nanti ga gedubyakan.

Ngomong-ngomong soal tes antigen, boleh dibilang "colokan" alat swab petugas di Gambir lebih berasa. Saya belum sempet narik nafas hidung saya udah dicolok kanan kiri bergantian dengan cepat. Beda banget dengan yang di Bandung yang masih kasih jeda sekian detik. Derai air mata saya sedikit lebih deras pagi itu hahaha.... Saya menunggu beberapa waktu untuk mendapatkan hasil tes yang menunjukan hasil negatif. Alhamdulillah.

Untuk berpergian ke Jakarta dan ke luar kota lainnya (ini sih jarang semisal saya pergi ke Yoga tau Solo misalnya) keretea api ini jadi tujuan saya buat perjalanan. Kalau di dalam kota semisal di Bandung, moda transport yang paling saya andelin ya ojol alias ojek online buat ke mana-mana.

Kenapa ga belajar naik motor sendiri, sih?

Pertanyaan ini sering saya dapatkan. Kalau dhitung-hitung iya sih pengeluaran saya lumayan gede buat bayar ongkos. Kalau selow dan ga buru-buru saya masih pake angkot, kok. Cuma memang seringnya ya pake ojol itu.

Saya mikirnya gini aja,  itung-itung berbagi rejeki buat sopir angkot atau driver ojol. Saya ga pernah ngitung realnya abis berapa uang yang saya keluarkan untuk perjalanan. Kalau ga penting banget saya lebih banyak di rumah, kok. Apalagi di masa pandemi gini, saya ke luar rumah itu paling banyak seminggu 1-2 aja. Tapi sekalinya pergi keluar bisa seharian hihihi

Ngomong-ngomong soal rezeki, kita emang ga bisa jadi manusia macam Robin Hood yang dengan mudahnya ngasih ke sana sini (eh tapi nyurinya jangan ditiru ya). Kita punya keterbatasan ga bisa menolong semua orang tapi di sisi lain bisa mengusahakan untuk membantu orang-orang di sekitar kita minimal. 

Rezeki emang ga akan ke mana, tapi harus dijemput juga.

Seperti ini, nih. Smartfren punya program seru di bulan Oktober 2021 ini? Namanya Program Mystery Box #OktoBERHADIAH

Aih siapa sih yang seneng dapat rezeki? Cus jemput ke sini:

https://mysf.onelink.me/nFIA/FashionShoppingIG

Pastikan temant-teman sudah menginstal dulu aplikasi Smartfrennya untuk mengikuti langkah-langkah di sana. 

Good luck, ya. Jangan lupa kalau menang hadiahnya sisihkan untuk berbagi dengan di sekitar dan orang-orang yang kita sayangi





Share:

0 Comments:

Post a Comment

Silakan tinggalkan jejak di sini, saya bakal kunjung balik lewat klik profil teman-teman. Mohon jangan nyepam dengan ninggalin link hidup. Komentar ngiklan, SARA dan tidak sopan bakal saya delete.