Monday 25 September 2023

It's Not Over Till It's Over

 Buat fans Liverpool momen come back di final piala Champions 2005 itu adalah salah satu momen yang memorable. Buat saya malah aksi come back terbaik.  Salah satu teman saya pernah bercanda. Mungkin waktu turun minum sebelum Rafa Benitez ngasih arahan ke pemain, tiba-tiba aja ada Lenny Kravitz masuk. Doi konser sebentar nyanyi lagu It's not over till it's over. Liriknya juga pas banget nih. Coba deh simak

So much time wasted
Playing games with love
… So many tears I've cried
So much pain inside
But baby, it ain't over 'til it's over

Ya, ga? Kalau ga tau, cari aja di Youtube ya hahahha

Mari kita kilas balik lagi dulu momen ini.

Pada partai final di Istanbul itu, setengah jalan pertandingan alias selesai babak pertama, AC Milan udah leading 3-0.

Tampaknya di sini Milan tinggal main santai aja. Kayaknya sih Liverpool bakal kesulitan mengejar ketinggalan. Sangat mungkin mentalnya udah drop dan setengah hati menjalani sisa 45 menit berikutnya. Belike, ya udahlah. Suka ga suka harus dijalani. Mari kita selesaikan. Begitu.

Nyatanya harapan itu mulai tumbuh. Dalam rentang waktu 6 menit saja Liverpool berhasi mengejar ketinggalan. Dimulai dari menit 54, 56 dan 60. Gerrard, Vladimir Smicer dan Xabi Alonso adalah 3 nama yang berhasil menjebol gawangnya Dida malam itu. By the way waktu final berlangsung waktu di Indonesia udah dini hari. Saya bela-belain begadang buat nonton ini lho. Di tahun itu sosmed belum rame walau udaha da FB. Media komunikasi yang ada baru SMS. Trus waktu itu kan ratenya masih mahal ya. 350/sms dengan jumlah karakter terbatas. Ledek-ledekan sama temennya ditahan dulu. Sayang pulsa soalnya hahaha

Pas turun minum rasanya lemes banget. Tapi kemudian berharap di babak kedua bakal ada keajaiban. And miracle do happen.  Setelah kedudukan sama-sama 3-3 ga ada lagi yang namamnya gol tambahan. Tapi bukannya pertandingan jadi monoton. Intensitas makin tinggi dan harus diakhiri dengan tos-tosan.  Aksi heroik Jerzy Dudek yang  juga jadi bahasan karena posenya yang lucu dan ga  biasa. Kayak mau senam SKJ ala-ala Indonesia di sini hahaha.

 Sisanya adalah sejarah yang terus dikenang fans Liverpool sampai saat ini. Momen yang bikin merinding.

Bertahun-tahun kemudian, Liverpool kembali ke setelan pabrik. Jadi tim penghangat kompetisi bahkan apesnya susah banget mau juara. Giliran pas juara bareng asuhan Jurgen Klopp pun masih aja ada yang bilang kalau ini adalah trofi giveaway gara-gara pandemi kemarin. Menyebalkan. Tapi biarin aja.Yang penting juara, kan?

Amunisi Baru di Tim

Musim 2023-2024 ini Liverpool kembali berbenah dan membuat banyak perubahan di formasi timnya. Ga banyak amat sih. Memang yang keluar itu banyak. Seperti Bobby Firmino, Sadio Mane, Origi, james Milner sampai sang kapten, Jordan Henderson  yang ikutan capcus.

Perubahan di lini tengah ga terlalu banyak kalau saya bilang. Kehadiran Dominik Szoboszlai, Alex Mac Allister adalah kunci kebangkitan Liverpool. kedua gelandang baru ini langganan starter sejak peluit musim 2023-2024 resmi ditiup.

 Meskipun ada Wataru Endo dan Ryan Gravenberch, tapi kontribusi yang menonjol  datang dari Macca dan Szoboszlai. Sisanya datang dari kontribusi ditambah dengan anak-anak akademi seperti Jarell Quansah atau Harvey Elliot yang makin moncer bermain. Cuma seri satu lai dan berlanjut lima kali menang beruntun sampai pekan keenam  sudah lumayan membuat fans berbangga dan berharap Liverpool kembali dalam perebutan juara,

Waktu saya nulis ini, liga Inggris memang baru masuk pekan ke-6. Masih ada 32 pekan yang akan dilalui dan masih banyak yang akan terjadi.

Doyan Banget Sama Skor 3-1

Sebelum pertandingan melawan Westham United, Liverpool juga meraih skor 3-1 ketika  melawat ke kandangnya Wolverhampton dan menjamu Bournemouth. Skor yang sama juga didapatkan ketika melakukan come back di UEL saat dijamu LASK pertengahan pekan lalu.

Sejujurnya saya ga puas karena Liverpool baru sekali melakukan cleansheet saat menghadapi Aston Villa dengan skor 3-0. Padahal kalau melihat perburuan gelar EPL, produktivitas gol penting banget dengan trengginasnya Manchester City. Selain harus mengantongi sebanyak-banyaknya poin penuh, selisih gol juga ga boleh dilewatin. 

Mudah-mudahan Jarell Quansah segera berkembang buat menutupi bolongnya pertahanan Liverpool yang mana bek-beknya suka latah ikutan nyerang dan keteteran pas lawan melakukan serangan balik. Memang Liverpool ini tim maju tak gentar majunya entar-entar hahaha

Jarell Quansah Bek harapan masa depannya Liverpool

Terlanjur Sayang

Buat para fans udah biasa memang menunggu keajaiban terjadi sampai menit-menit akhir. Tapi ga jarang juga kami di-php-in. Satu waktu saya pernah bela-belain nonton pertandingan Liverpool yang kebagian maen dini hari waktu di sini , udah pasrah aja bakal  kalah. Saya menumpahkan kegemesan di twitter. Kesel tapi gimana dong. Terlanjur sayang. Saya udah jadi suporter dari tahun 2002. bayangin, 21 tahun.

Nah di pertandingan itu tiba-tiba saja Liverpool melakukan comeback (saya lupa pertandingan lawan klub apa itu). Saya menumpahkan histeria lewat cuitan. Seorang temen yang udah nyerah duluan trus ngereply. ""Serius itu, teh?'

Serius dong saya bilang.  Dan dia nyesel ga nonton sampai akhir.

Moral story yang dipegang teguh oleh para fans adalah sekesel-keselnya sama Klopp atau pemain yang keras kepala, biasakan untuk nonton pertandingan sampai selesai.  Dan prinsip itu terbukti di beberapa pertandingan awal musim ini. Bukan cuma sekali.

Semoga next lebih tancap gas dan meminimalisir kesalahan ga penting. Masih ada partai lawan MU yang walaupun lagi lucu-lucunya ga bisa diremehin. Lalu ada Arsenal, Brighton, Tottenham Spurs dan Mpok Siti eh maksudnya Manchester Biru alias Manchester City. Pokoknya baik-baik ya, Pul.

Moral Story Buat Kita

Dari dulu saya adala penganut nonton sepakbola bukan cuam perkara 22 orang rebutan bola. Ada skill dibaliknya, ada strategi bisnis, ada pergulatan batin dan konflik-konflik lainnya yang menjadi pelengkap cerita setiap pemain atau klubnya. Masih inget kan dengan cerita berpindah tangannya Chelsea setelah pecahnya perang Rusia dan Ukraina? 

Saya termasuk yang menyayangkan Bos Abramovich yang harus melepas kepemilikannya walau Chelsea sebagai kompetitor ngeselinnya bukan main (terutama zamannya Mourinho jadi pelatih). 

Atau gimana sih rasanya Van Dijk, Gakpo atau Ryan satu klub sama Mac Alister yang nota bene pemain Argentina yang timnya mengalahkan negaranya di Piala Dunia kemarin? Nasonalisme dan profesionalisme klub jadi hal yang menarik baut dibahas.  Dari momentum balik alias come back seperti Argentina yang ga diunggulkan di Piala Dunia kemarin dan tiba-tiba jadi juara adalah salah satu contoh di mana kejaiban akan menyerah saat kita memutuskan untuk menyerah. 

Perjalanan masih panjang. Masih banyak kejutan yang akan terjadi. Sedap-sedap ngeri kalau membayangkan. Tapi ya udah lah, Sebagai fans jalanin aja dengan happy. Menang kita rayakan, Kalah jangan bikin mood kita berantakan. Ya, ga? 




Share:

0 Comments:

Post a Comment

Silakan tinggalkan jejak di sini, saya bakal kunjung balik lewat klik profil teman-teman. Mohon jangan nyepam dengan ninggalin link hidup. Komentar ngiklan, SARA dan tidak sopan bakal saya delete.