Thursday 17 September 2020

PCR Test Setelah Rapid Test

Beberapa waktu lalu saya pernah baca meme-meme di sosial media soal tahun 2020 ini. Ada yang menulis tahun 2020 ini seperti software yang rasanya pengen di uninstall saja karena terlalu banyak virus. Iya, virus apa lagi kalau bukan Covid 19? Antara pengen ketawa tapi rasanya kok ngenes banget ya. Ada juga yang lebih ekstrim nulis, 2020 ini adalah gladi resik akhir zaman.

Ish, jangan gitu ah. Horor tau! Sudah terlalu banyak korban yang tumbang akibat virus ini. Mulai dari orang awam sampai dokter.  Dari yang bandel sampai yang patuh protokol kesehatan pun bisa kena.  

Kadang saya sebel juga lihat kerumunan masa, ditambah pada ga pake masker. Bandel amat sih? Emang ga pengen pandemi ini udahan? Padahal kalau aja dari awal pada patuh pake masker dan protokol kesehatan lainnya, ya. Mungkin wabah ini sudah tidak ada dan kita bisa beraktivitas dengan normal.
selalu pake masker
jangan lupa selalu pake masker ya

Sejak bulan puasa lalu, gang masuk ke komplek kami aksesnya dibatasi. Cuma menyisakan satu pintu masuk saja untuk ke semua RT di di lingkungan RW kami. Ribet sih. Kami jadi harus memutar setiap mau keluar. Terutama yang berpergian dengan kendaraan bermotor, baik sepeda motor ataupun mobil.  Kadang saya harus jalan kaki sampai ke depan gang buat ngambil paket yang diantar kurir karena mereka pusing nyari rute menuju rumah. Padahal  saya tuh udah share loc segala.

Bukan cuma saya aja yang lelah sama situasi kayak gini. Tetangga saya yang berprofesi sebagai bidan pun pasiennya harus ngambil jalan muter setiap menuju rumahnya karena keterbatasan akses itu tadi. Ya mau gimana lagi? Efek dari wabah ini membatasi banyak akses demi faktor keamanan.  Dan soal keamanan ini juga saya membatasi diri untuk melakukan mobilitas ke luar kota. Salah satunya membatalkan untuk pergi ke walimahan teman yang tinggal di luar kota.

Ga enak? Sudah pasti. Apalagi karena teman ini sahabat waktu kuliah dulu. Tapi setelah dipikir-pikir saya tuh ga yakin kalau orang yang saya temui di perjalanan (bus atau travel) 100% dalam kondisi aman. Belum lagi di rumah ada orangtua dan balita (keponakan) yang rentan terkena. Amit-amit ya kalau saya jadi OTG, carrier virus Covid 19 ini.  

Seingat saya untuk yang mau pergi ke luar kota lewat jalur kereta api ini wajib melakukan Rapid Test  atau PCR test. Syaratnya itu kurang lebih begini:

Menunjukkan surat keterangan uji tes PCR dengan hasil negatif yang berlaku 14 hari atau surat keterangan uji Rapid-Test dengan hasil non reaktif yang berlaku 14 hari pada saat keberangkatan
Itu juga jadi ganjalan kuat buat ga ke mana-mana. Ongkosnya lebih mahal daripada tiket kereta (paling sering jalan ke luar kota ya pake kereta). Beda kalau puya kendaraan sendiri, setidaknya ga harus ambil test ini dan interaksi sama orang lain relatif lebih terbatas.

pcr test di rumah sakit terdekat

Seperti yang kita ketahui kalau rapid test dan PCR Test ini ga sama. Rapid test berfungsi sebagai skrining yang dilakukan dengan mengambil sampel darah. Kalau terjadi infeksi, antibodi akan terbentuk. Kalau  IgG dan IgM bertambah, hasil rapid test dinyatakan reaktif terhadap infeksi virus Covid 19.

Nah beda lagi dengan PCR  Test. Ini adalah pemeriksaan lanjut dari rapid test yang sudah dilakukan sebelumnya untuk menegakan diagnosa yang lebih pasti.

Dengan kurva perkembangan kasus Covid 19 yang masih belum mau melandai, jadi warning buat kita untuk lebih hati-hati. Rasanya setiap orang sudah hafal di luar kepala soal aturan protokol kesehatan. Pake masker, jaga jarak, rajin cuci tangan dan sebagainya.  

Ya syukur kalau hasil rapid testnya negatif. Gimana kalau hasilnya positif? Nah pasien reaktif ini bakal dirujuk untuk menjalani PCR (polymerase chain reaction) Test, untuk mendeteksi material genetik  virus Covid 19 yang diambil dari lendir lewat hidung atau tenggorokan. 

source: https://www.connexionfrance.com/

Walau tampak ngeri atau bikin linu, PCR test sebenarnya ga sakit.  Selain itu waktu yang diperlukan juga cuma butuh 15 detik sebelum hasil pemeriksaan dikirim ke laboratorium untuk diteliti lebih lanjut.  Dan itu tadi hasilnya lebih akurat. 

Kalau ada orang terdekat kita yang membutuhkannya sekarang semakin mudah untuk itu. Jangan sampai harus nunggu kondisinya parah, dan dirawat di rumah sakit.

Semakin ke sini semakin banyak rumah sakit yang menfasilitasi. Kalau masih bingung mencari infonya di mana, cek saja langsung di halodoc.  Tinggal piih rumah sakit terdekat dengan tempat tinggal kita dan buat janji deh di sana. Rentang harganya beragam. Semakin cepat hasil yang keluar, biaya yang harus dibayar juga ikut nambah. Tapi kalau budget terbatas, ada pilihan lain dengan keluar hasil pemeriksaan sedikit lebih lama. Tinggal dipilih saja.

Soal layanan halodoc ini saya pernah memanfaatkan fasilitasnya. Sewaktu Apa (bapak) saya harus dirawat di rumah sakit berbarengan di awal-awal pandemi corona ini,  saya dan adik-adik memanfaatkan fasilitas konsultasi  dengan dokter lewat fitur chatnya. Responnya cepet dan memuaskan. Lain waktu saya pernah konsul juga soal gigi, dalam rentang waktu yang sama. 

Stay healthy ya teman-teman. Jaga kesehatan dan jangan lupa patuhi protokol kesehatan. Semoga wabah ini segera reda. Sudah terlalu banyak yang jadi korban karena wabah ini.
Share:

1 comment:

  1. Saya juga sempat tes rapid, hasilnya reaktif. Panik banget dan akhirnya tes swab (PCR), alhamdulillah negatif. Setelah cek Halodoc soal harga tes PCR, ya ampun kaget! Tau gitu pakai Halodoc ya mbak hehe

    ReplyDelete

Silakan tinggalkan jejak di sini, saya bakal kunjung balik lewat klik profil teman-teman. Mohon jangan nyepam dengan ninggalin link hidup. Komentar ngiklan, SARA dan tidak sopan bakal saya delete.