Virus Corona itu nyata. Saya nyaris dibuat parno ketika tahu tidak jauh dari tempat tinggal saya ditemukan kasus 2 pasien positif Corona (Covid 19). Sebelumnya hanya tau lewat berita kalau di beberapa tempat ditemukan kasus Corona. Virusnya menjalar dengan cepat. Sekarang korban yang jatuh lokasinya cukup dekat dengan tempat tinggal.
Lewat obrolan WAG warga RT yang saya ikuti, saya dapat info ternyata pasien yang positif ini orang tanpa gejala alias OTG yang masih sempet-sempetnya salat tarawih di masjid dengan warga lain. Bisa kebayang udah banyak orang yang sudah kontak dengan beliau.
Lewat obrolan WAG warga RT yang saya ikuti, saya dapat info ternyata pasien yang positif ini orang tanpa gejala alias OTG yang masih sempet-sempetnya salat tarawih di masjid dengan warga lain. Bisa kebayang udah banyak orang yang sudah kontak dengan beliau.
Sebagai respon dari masalah ini, aparat polres setempat segera memblokir jalan yang menghubungkan komplek saya dengan wilayah terdekat di mana OTG ini tinggal. Saya sempat heran ketika harus keluar mengambil uang ke ATM melihat pemblokiran jalan. Ternyata itu masalahnyam Terus terang, suasananya terasa mencekam. Duh, kok kayak perang sih ini?
Berita-berita seputar wabah Covid 19 ini bukan hanya mampir di lini masa media sosial saja, akan tetapi juga forward pesan yang bertebaran di grup Whatsapp. Kadang terlalu excitingnya circle yang ada di WAG, tidak sedikit berita yang disebar malah memberikan aura intimidatif. Kalau udah gini saya suka main clear chat aja.
Sementara di sisi lain kita juga tetap butuh informasi seputar wabah ini. Walau yang dinyatakan sembuh semakin banyak, di sisi lain penambahan kasus juga bikin sedih. Maunya yang sembuh makin banyak dan kasus yang nambah jangan ikutan banyak. Pilihan sikap terbaik kalau dapat info seputar wabah ini adalah tetap tenang dan lakukan cek ricek melalui sumber terpercaya.
Sebelum pemberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), pernah juga beredar di WAG mengenai Pasien Dalam Pengawasan (PDP) yang tinggalnya juga tidak jauh dari tempat saya tinggal. Udah rame aja spekulasi yang beredar, pihak RW setempat langsung melakukan lock down. Beberapa pintu gang yang mudah dilalui langsung ditutup, hanya menyisakan satu jalan besar yang portalnya dibuka dengan penjagaan.
Heboh sekali soal adanya PDP ini (yang katanya dari keluarga seorang nakes). Eh, belakangan tetangga saya yang berprofesi sebagai bidan ternyata kenal dengan keluarga itu.
Beliau pun segera membantu meluruskan masalahnya. Pasien yang dimaksud sudah lama dirawat dan sedang dalam masa penyembuhan. Selentingan lain yang menyertai spekulasi bersamaan dengan berita itu ga bener.
Sedikit lebih lega deh setelahnya. Memang ya, di jaman seperti ini kok penggunaan smart phone ga dibarengi dengan kepintaran orangnya. Please atuhlah, saring before sharing.
Saat kasak-kusuk ini rame, saat saya harus keluar untuk ngambil uang di ATM atau belanja ke pasar misalnya, saya masih aja lihat orang yang ga pake masker. Seolah-olah mereka ini ga tau atau ga mau tau dengan pandemi yang terjadi. Padahal kita ga tahu orang yang berpapasan dengan kita, ngobrol atau ngantri di atm dengan jarak sebenarnya kurang jauh itu secara tidak sadar sudah melakukan kontak dengan penderita virus Corona 19 ini.
Tes ini dilakukan untuk mendeteksi antibodi dalam tubuh (IgM dan IgG) yang diproduksi oleh tubuh saat terpapar oleh virus Corona. Pernah baca atau tau sedikit hal tentang sel darah putih? Sel darah putih yang berfungsi untuk imunitas tubuh kita ini lah yang merespon saat ada benda asing (dalam hal ini virus) menyusup ke tubuh kita.
Sementara di sisi lain kita juga tetap butuh informasi seputar wabah ini. Walau yang dinyatakan sembuh semakin banyak, di sisi lain penambahan kasus juga bikin sedih. Maunya yang sembuh makin banyak dan kasus yang nambah jangan ikutan banyak. Pilihan sikap terbaik kalau dapat info seputar wabah ini adalah tetap tenang dan lakukan cek ricek melalui sumber terpercaya.
Wabah Covid 19 dan PSBB
Sebelum pemberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), pernah juga beredar di WAG mengenai Pasien Dalam Pengawasan (PDP) yang tinggalnya juga tidak jauh dari tempat saya tinggal. Udah rame aja spekulasi yang beredar, pihak RW setempat langsung melakukan lock down. Beberapa pintu gang yang mudah dilalui langsung ditutup, hanya menyisakan satu jalan besar yang portalnya dibuka dengan penjagaan. Heboh sekali soal adanya PDP ini (yang katanya dari keluarga seorang nakes). Eh, belakangan tetangga saya yang berprofesi sebagai bidan ternyata kenal dengan keluarga itu.
Beliau pun segera membantu meluruskan masalahnya. Pasien yang dimaksud sudah lama dirawat dan sedang dalam masa penyembuhan. Selentingan lain yang menyertai spekulasi bersamaan dengan berita itu ga bener.
Sedikit lebih lega deh setelahnya. Memang ya, di jaman seperti ini kok penggunaan smart phone ga dibarengi dengan kepintaran orangnya. Please atuhlah, saring before sharing.
Saat kasak-kusuk ini rame, saat saya harus keluar untuk ngambil uang di ATM atau belanja ke pasar misalnya, saya masih aja lihat orang yang ga pake masker. Seolah-olah mereka ini ga tau atau ga mau tau dengan pandemi yang terjadi. Padahal kita ga tahu orang yang berpapasan dengan kita, ngobrol atau ngantri di atm dengan jarak sebenarnya kurang jauh itu secara tidak sadar sudah melakukan kontak dengan penderita virus Corona 19 ini.
Mengenal Rapid Test
Selain mengenakan masker, menjaga sanitasi serta pembatasan jarak, pemerintah berupaya keras untuk memangkas rantai penyebaran Virus Corona 19 ini dengan melakukan rapid test.Tes ini dilakukan untuk mendeteksi antibodi dalam tubuh (IgM dan IgG) yang diproduksi oleh tubuh saat terpapar oleh virus Corona. Pernah baca atau tau sedikit hal tentang sel darah putih? Sel darah putih yang berfungsi untuk imunitas tubuh kita ini lah yang merespon saat ada benda asing (dalam hal ini virus) menyusup ke tubuh kita.
Saat mendeteksi ada masalah, sel darah putih kita akan membentuk antibodi untuk mencegah virus Covid 19 berkembang biak. Antibodi inilah yang akan dicek dengan menjalani Rapid Test.
Siapa saja yang harus menjalani Rapid Test? Ada 3 kelompok yang wajib mengikutinya, yaitu:
Orang Tanpa Gejala (OTG)
Untuk kategori ini memang agak sulit mendeteksinya karena tidak menunjukkan gejala pada umumnya. Namun kalau tahu pernah melakukan kontak dengan pasien positif Corona Virus 19, makan wajib mengikuti tes ini.
Orang Dalam Pemantauan (ODP)
Bagi yang mengalami demam tinggi di mana suhu tubuhnya melebihi 38 derajat celcius atau punya sakit pilek dan sakit tenggorokan seperti batuk juga perlu melakukan rapid test ini.
Pasien Dalam Pengawasan (PDP)
Yang masuk dalam kategori ini beberapa diantaranya adalah:
- Penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
- Pernah berada di sekitar penularan lokal
- Mereka yang mengalami demam dan pernah melakukan kontak dengan pasien positif
- Mereka yang profesinya berhubungan dengan orang banyak. Misalnya saja polisi, pengemudi transportasi umum, tenaga kesehatan dan sebagainya.
Kalau masih tidak yakin namun penasaran apakah perlu mengambil tes ini, silakan cari tau tingkat risikonya dengan membaca tanya jawab seputar virus Corona
Rumah Sakit Penyelenggara Layanan Rapid Test
Tidak semua rumah sakit bisa melayani pasien yang akan melakukan rapid test. Tapi jangan khawatir, karena Pemerintah sudah bekerja sama dengan aplikasi Halodoc dan sejumlah rumah sakit yang ditunjuk untuk menyelenggarakan rapid test.
Selain melalui website, halodoc juga bisa diakses melalui aplikasi yang bisa diunduh lewat google play atau apple store secara gratis.
Halodoc bisa diakses kapan saja dan di mana saja. Termasuk ketika pemberlakuan PSBB seperti sekarang yang tengah berlaku. Kita masih bisa berkonsultasi dengan dokter, terhubung dengan apotek dan layanan asuransi dalam satu aplikasi sekaligus. Mudah dan praktis.
Rapid Test dilakukan dengn caranya mengambil sample darah untuk menguji antibodi yang tadi saya sebutkan di atas.
Selain melalui website, halodoc juga bisa diakses melalui aplikasi yang bisa diunduh lewat google play atau apple store secara gratis.
Halodoc bisa diakses kapan saja dan di mana saja. Termasuk ketika pemberlakuan PSBB seperti sekarang yang tengah berlaku. Kita masih bisa berkonsultasi dengan dokter, terhubung dengan apotek dan layanan asuransi dalam satu aplikasi sekaligus. Mudah dan praktis.
Rapid Test dilakukan dengn caranya mengambil sample darah untuk menguji antibodi yang tadi saya sebutkan di atas.
Biaya yang dikenakan antara satu rumah sakit dengan rumah sakitnya bisa berbeda-beda. Waktu pelaksanaan tes pun sangat singkat dan tidak harus menunggu lama. Hasil tes akan diinformasikan kepada pasien melalui notifikasi atau sms yang dikirimkan oleh aplikasi Halodoc.
Yang harus diingat, jangan lupa untuk datang tepat waktu, menggunakan masker (kacamata juga dianjurkan) dari dan ke tempat tes, membawa tanda identitas lengkap dan tentunya menunjukkan bukti tanda booking yang harus ditunjukan saat datang di rumah sakit yang dipilih.
Hasil Rapid Test
Rapid Test adalah skrining atau langkah awal dalam penanganan penyakit ini. Bila hasil tes menujukan positif, pasien harus segera melakukan konsultasi dengan dokter untuk menentukan tindakan selanjutnya.
Sementara itu jika hasil tesnya menunjukkan gejala yang ringan, segeralah lakukan isolasi mandiri di rumah selama 14 hari.
Jangan ke mana-mana agar penyebaran virus tidak semakin meluas. Walau gejalanya tampak remeh, kita tidak akan pernah tau kepada siapa virus ini akan menular.
Beberapa temuan terbaru, bukan saja orang tua atau mereka yang mempunyai riwayat penyakit seperti kanker, diabetes dan hipertensi yang berisiko. Golongan usia produktif bahkan dokter yang sepertinya tidak akan kenapa-kenapa sudah banyak yang jadi korban.
Plis, sadari kalau protokol kesehatan dan peraturan seperti PSBB dibuat untuk kebaikan bersama. Jangan bandel atau ngeyel, ya. Kangen, kan untuk kembali beraktivitas dan berinteraksi lagi seperti dulu?
Sementara itu jika hasil tesnya menunjukkan gejala yang ringan, segeralah lakukan isolasi mandiri di rumah selama 14 hari.
Jangan ke mana-mana agar penyebaran virus tidak semakin meluas. Walau gejalanya tampak remeh, kita tidak akan pernah tau kepada siapa virus ini akan menular.
Beberapa temuan terbaru, bukan saja orang tua atau mereka yang mempunyai riwayat penyakit seperti kanker, diabetes dan hipertensi yang berisiko. Golongan usia produktif bahkan dokter yang sepertinya tidak akan kenapa-kenapa sudah banyak yang jadi korban.
Plis, sadari kalau protokol kesehatan dan peraturan seperti PSBB dibuat untuk kebaikan bersama. Jangan bandel atau ngeyel, ya. Kangen, kan untuk kembali beraktivitas dan berinteraksi lagi seperti dulu?