Jelajah Rasa Autentik dari Ranah Minang di Trans Luxury Hotel
Ada yang punya rencana berlibur dan berwisata kuliner di Padang? Pastikan sebelum pergi dan sesudahnya menimbang berat badan dulu, biar bisa diketahui pergerakannya. Itu yang dibilang Uni Reno, food consultan yang akan berkolaborasi dengan tim chef restonya hotel The Trans Luxury selama bulan puas nanti. By the way, kalau penggemar kuliner, pasti sudah tau deh siapa Uni yang ramah dan humble.
Iyes, beliau ini adalah penulis buku Rendang Traveler: Menyingkap Bertuahnya Rendang Minang dan legacy to the World, Mingakabau - West Sumatera Rendang (Best Local Cuisine Book dan Best Single Subject Cookbook dalam Gourmand Award International 2014). Uni Reno bukan hanya piawai dalam hal menulis soal kuliner Minangkabau (yup, kuliner Minang, bukan Padang lho), tapi beliau juga penasihat kuliner untuk film Tabula Rasa, lho.
![]() |
hidangan buka puasa ala minang yang disajikan di Ttrans Luxury Hotel |
So, bisa dibayangkan dong gimana mewah dan aslinya Jelajah Rasa Autentik dari Ranah Minang yang akan dihadirkan oleh The Trans Luxury Hotel selama bulan puasa nanti? Waaah, sudah kebelet untuk ikut merasakan susana yang Minang banget saat Babuko Basamo nanti di hotel ini? Boleeeh, tapi biar semakin ngeces (hehehe) saya kasih teasernya dulu di sini, ya.
Jadi begini. Selama bulan Ramadhan nanti, mulai tanggal 10 Juni sampai dengan 5 Juli, The Trans Luxury Hotel akan menggelar acara Buka puasa bersama alias Babuko Basamo dengan tema kuliner serba Minang. Mulai dari hidangan pembuka alias ta'jil, makanan berat sampai penutup dengan harga mulai dari Rp. 299.000 net per orang, all you can eat.
Untuk menjaga kualitas rasa dan atmosfir yang akan dihadirkan nanti, hotel yang letaknya berada di Kawasan Trans Studio Bandung ini membuat kolaborasi tim Chef hotel dengan Uni Reno. Dari tim chef ini, ada Chef Nalendra, Chef Bernard, Chef Dimas, Chef yusuf dan Chef Eko yang akan menyajikan menu dengan inggredients terbaik yang didatangkan langsung dari Sumatera Barat. Misalnya saja untuk sajian baluit atau belut. Baluitnya didatangkan dari Minang langsung, lho. Kerennya lagi baluit ini bukan hasil penangkaran, tapi dari sawah. artinya Baluit yang diolah bener-bener yang organik. Enak? Iya, dong? Sehat? Setidaknya lebih higienis. Nah, soal kolesterol atau pencetus kenaikan berat badan seperti yang dibilang Uni Reno tadi, lain perkara. Sesuatu yang berlebihan memang ga baik. Termasuk makanan, iya kan?
Untuk menjaga kualitas rasa dan atmosfir yang akan dihadirkan nanti, hotel yang letaknya berada di Kawasan Trans Studio Bandung ini membuat kolaborasi tim Chef hotel dengan Uni Reno. Dari tim chef ini, ada Chef Nalendra, Chef Bernard, Chef Dimas, Chef yusuf dan Chef Eko yang akan menyajikan menu dengan inggredients terbaik yang didatangkan langsung dari Sumatera Barat. Misalnya saja untuk sajian baluit atau belut. Baluitnya didatangkan dari Minang langsung, lho. Kerennya lagi baluit ini bukan hasil penangkaran, tapi dari sawah. artinya Baluit yang diolah bener-bener yang organik. Enak? Iya, dong? Sehat? Setidaknya lebih higienis. Nah, soal kolesterol atau pencetus kenaikan berat badan seperti yang dibilang Uni Reno tadi, lain perkara. Sesuatu yang berlebihan memang ga baik. Termasuk makanan, iya kan?
![]() |
tim chef Trans Luxury Hotel & Uni Reno |
Makanya, kalau kepengin tuntas berpetualang kuliner ala Minang ini kayaknya ga cukup sekali, mengingat begitu banyaknya aneka kuliner yang akan disajikan saat buka puasa bersama di sini. Misalnya nih, bakal ada menu Singgang Ikan, Itik Lado Mudo, Gulai Bagar, Bubur Kampiun Lompong Sagu, Gulai Manih, Gulai Talua, Gulai Pakis Udang dan tidak ketinggalan menu unggulan Rendang yang sudah dinobatkan sebagai makanan paling enak di dunia oleh CNN.
Selain menghadirkan berbagai sajian makanan khas kampung halamannya Siti Nurbaya ini, selama bulan Puasa nanti juga akan digelar berbagai acara yang pastinya tetap menghadirkan susana ranah Minang yang kental.
Waktu saya menghadiri acara food test ini beberapa lagu asal Minang terus mengalun selama acara. Ayam Den Lapeh, Kambanglah Bungo atau lagu Badindin yang bikin jempol saya jadi ga bisa diem :) Duh siapa coba yang ga familiar sama lagu ini. Kalau masih samar atau nyaris lupa, coba deh cari di yotube. Yakin deh, bakalan senyum dan teringat masa bocah dulu suka nari-nari tarian Indang diiringi lagu ini. Ya, kan?
Waktu saya menghadiri acara food test ini beberapa lagu asal Minang terus mengalun selama acara. Ayam Den Lapeh, Kambanglah Bungo atau lagu Badindin yang bikin jempol saya jadi ga bisa diem :) Duh siapa coba yang ga familiar sama lagu ini. Kalau masih samar atau nyaris lupa, coba deh cari di yotube. Yakin deh, bakalan senyum dan teringat masa bocah dulu suka nari-nari tarian Indang diiringi lagu ini. Ya, kan?
Makan Bajamba Ala Minang
Tapi ngomongin budaya kuliner Minang bukan cuma soal rasa makanan yang enak dan cuma enak sekali dengan ciri khas santan atau pedasnya itu saj, lho. Ternyata saya juga baru ngeh, kalau masyarakat Minang mengenal tradisi makan berjamaah atau Makan Bajamba. Kalau pernah mondok di pesantren atau ikutan pesantren kilat, pasti pernah merasakan makan bersama mengelilingi satu nampan berisi nasi lengkap dengan lauk pauknya untuk beberapa orang. Makan Bajamba bagi masyarakat Minang ini ternyata masih punya kebiasaan lain. Ada tradisi semacam story telling dan mengenaikan aksesoris yang dikenal dengan Takulua. Enggak kebayang? Coba reservasi untuk Babuko Basamo pada tanggal 24 Juni 2016 nanti. Soalnya pada tanggal itu akan diselenggarakan Festival Makan Bajamba yang digelar di Trans Grand Ball Room. Rasanya sayang banget ya kalau festival budaya dan kuliner semacam ini dilewatkan begitu saja.
Sebelum mencicipi hidangan utama, saya bersama para food blogger dan awak media yang hadir pada tanggal 26 Mei 2016 kemarin sempat juga menyaksikan demo masak membuat Lompong Sagu. Makanan khas dari Pariaman ini (tuh kan, petulangan kuliner nanti bukan cuma makanan dari Padang saja, tapi juga kota-kota lain yang ada di Sumatera Barat) bisa jadi solusi untuk menyajikan makanan berbuka yang mudah, murah dan enak, lho. Ga sampai 30 menit sudah bisa kita sajikan. Resep dan caranya nanti saya share di akhir postingan ini.
![]() |
demo membuat lompong sagu, ada story dibalik foto ini :) |
Dari beberapa makanan yang tersaji hari itu, semuanya sangat menggoda selera. Apalagi kekhawatiran saya soal makanan Minang yang identik dengan rasa pedas ternyata tidak sepenuhnya terbukti. Pedasnya msih terasa,tapi masih dalam batasan toleransi. Meskipun begitu, beberapa makanan sempat di-skip juga seperti Gulai Udang. Enak sebenarnya, tapi berhubung sangat sensitif dengan hidangan sea food terutama udang, jadinya ga saya cicipin, hiks hiks.
Kerupuk Siram
Kerupuk ini dibuat dari bahan ubi. Rasanya mirip dengan kecimpring yang bisa kita temukan di daerah Jawa Barat. Bedanya Kerupuk Siram ala Minang ini cara menikmatinya dengan bumbu kacang ala Sate Padang yang creamy. Kalau makan bareng, kerupuknya bisa kita cocolkan ke bumbunya. Untuk tingkat kepedasannya nyaris tidak terasa. Mungkin waktu membuat bahan ini dan masakan lainnya, Uni Reno sengaja memodifikasi tingkat kepedasannya sehingga tidak terasa menggigit saat dikunyah. Kalau diperhatikan secara seksama, di bumbu kacang ini ada bintik hitam. Kayaknya sih semacam lada hitam. Paduan rasa kriuk dari kerupuk ubi dan bumbunya ini juga oke dijadikan camilan hihihi. Apalagi sebagian besar dari kita rasanya ada yang kurang kalau makan nasi ga ada kerupuknya. Ya, ga?
![]() |
pengen lagi kerupuk ini |
Gulai Talua
Hidangan ini termasuk favorit saya.Telur ayam yang sudah direbus dulu disajikan dengan bumbu gulai dengan warna cokelat keemasan yang membuat liur terbit. Tingkat kematanganya pas, mengingat saya bukan penggemar telur yang direbus setengah matang. Bumbu gulainya cukup meresap dengan telur. Tingkat kepedasan? Aman tapi tetap tidak menghilangkan ciri khas masakan Minang yang kental dengan santannya itu.
![]() |
suka banget sama gulai yang satu ini |
Gulai Pakis Udang
Udang dengan bumbu gulai ini disajikan dengan daun pakis. Warna cokelat dan merahnya udang berpadu dengan hijau dari dau pakis ini cukup menggugah selera sebagai pedamping nasi hangat. Sayang, saya ga bisa mendeskripsikan lebih banyak rasa dari olahan udang ini karena punya alergi dengan sea food.
![]() | |||
Gulai Pakis Udang |
Masih olahan dari udang juga. Duh maafkan saya lupa apa namanya menu yang satu ini. :) Disajikan dengan bumbu yang mengental kayak rendang minus sayur. Warna bumbu yang kemerahan ini sepertinya menunjukan level kepedasannya yang cukup terasa. Kalau doyan sea food dan makanan pedas, jangan lewatkan untuk mencicipinya.
![]() |
gulai udang |
Ayam Lado Mudo
Sepintas saya mengira oalahan dari unggas ini bakalan pedas banget. Warna hijau yang dominaan dari bumbu dan kuahnya menunjukkan sepertirti itu. Berhubungn penasaran, saya bismillah aja, deh. Kalau pedas banget, ya gak akan saya habiskan :). Eh, aman. Lidah saya masih bisa mengunyahnya. Dan satu potong ayam lado mudo ini pun meluncur dengan mulus dari mulut, tenggorokan sampai ke perut saya. Daging ayamnya yang empuk terasa hangat dengan campuran dari bumo lado kehijauannya. Hangat di mulut dan aman di perut :)
![]() |
Ayam Lado Mudo |
Rendang
Nah ini semuanya sudah tau dong. Makanan juara kebanggan Indonesia yang sudah diakui paling juara se-Indonesia. Biarpun darah sunda mengalir deras di tubuh, saya bangga lho kuliner Indonesia ini diakui dunia sebagai makanan yang numeru uno lezatos. Sama seperti makanan lain yang saya cicipi, rasa santannya kentara, meresap sempurna sampai ke serat-serat dagingnya yang empuk. Entah deh berapa lama para chef di Trans Luxury ini membuat mengaduk bumbunya agar menghasilkan rasa paling juara. Iyes, lauk dari Minang ini jangan sampai diabaikan kalau berbuka nanti, ya. Please, jangan, kalau enggak mau menyesal.
![]() |
belum pernah mencoba rendang? masa sih? |
Sambal Lado Maco
Meskipun lauk pauk ala Minang ini sudah
dominan dengan cacahan atau ulekan cabe di setiap bumbunya, buat
sebagian orang (termasuk kuliner daerah lainnya) rasanya enggak lengkap
kalau tidak ada sambal. Sama seperti kerupuk, acara makan rasanya ada
yang hilang kalau minus sambal. Penggemar sambal yang ingin nasi
hangatnya semakin hangat, bisa mencoba menambahkan sambal lado maco
ini. Meskipun Katya, Amel, dan David yang waktu itu duduk satu meja
dengan saya bilang rasanya enggak pedas, saya memutuskan untuk skip
sambal lado maco ini. Sayangnya saya juga alergi dengan ikan teei. Jadi saya skip buat mencobanya. Iyes,
selain udang, saya juga alergi dengan teri. Another hiks from me.
Semoga alerginya bisa sembuh :) Seperti ini penampakannya Sambal Lado
Maco ini.
![]() |
merahnya sambal lado maco yang menggoda |
Ada menu lain yang ga sempat saya foto,
baluit. Jangan bayangkan potongan dagingnya yang besar dan ehm mirip binatang dari sawah yang bikin kita bergidik, ular. Enggak, kok. Dagingnya sudah diiris sedemikian rupa. Waktu
disajikan sudah pipih, semacam keripik gitu lengkap dengan bumbunya.
Rasanya kriuk. To be honest, ini kali pertama saya mencicipi belut
setelah sebelumnya dibikin parno karena terbayang terus wujud aslinya
seperti reptil berdarah dingin itu.
Ah, ya tadi saya janji mau share resep sagu lompong kan, ya? Silahkan dicoba untuk variasi hidangan berbuka nanti.
Lompong Sagu dari Pariaman
Bahan:
- 125 gr tepung sagu
- 175 gr kelapa parut (diambil dari setengah bagian kelapa yang setengah tua)
- 100 gr gula aren yang sudah diiris atau disisir
- 350 gr pisang uli (atau pisang kepok)
- 3 sendok makan air (matang)
- 2 sendok makan gula pasir
- 1/2 sendok teh garam
- Daun pisang untuk membungkus dengan ukuran 25x25 cm
Cara Mengolahnya:
- Potong pisang berukuran kecil, campurkan dengan gula aren, gula pasir & garam
- Masukan tepung sagum susul dengan air dan kelapa parut. Remas bahan sampai merata
- Ambil dua sendok makan adonan, tempatkan di daun pisang yang sudah siap. Bungkus/gulung memanjang seperti otak-otak.
- Sematkan lidi di setiap ujungnya. Bakar dengan bara sampai padat. Angkat, tiriskan.
- Lompong sagu siap disajikan.
Taraaaa... inilah lompong sagu yang sudah matang.
![]() |
Uni Reno memamerkan Lompong Sagu |
Malam malam..lihat foto makanan ini rasanya tuh... >,<
ReplyDeleteMau makan lagi. wkwkwkwkwk
Awas timbangan ngibrit ke kanan, mbak :D
DeleteWah...gak perlu jauh2 mencicipi kuliner Minang ya Mba.. Ada moment jelajah raso di Trans Luxury dah bikin puas ya..
ReplyDeleteIya, mbak. Modal ongkosnya murah banget pula.
DeleteAda Lompong, aku pernah diceritain sama temen yang dari MInang cara membuatnya juga, waaah sudah siap-siap ya menu Ramadhannya,
ReplyDeleteIya, nih. hawa-hawa ramadan udah berasa. anti Asik, nnanti buka puasanya bisa bikin lompong sagu ini dong, ya :)
Deleteduuhhh rrendangnya sepertinya enak banget itu... pengen pengen.... :-)
ReplyDeleteMaafkan udah bikin ngeces :)
DeletePengen banget ke padang, mencicipi kulinernya yg pastinya pedas mantap :)
ReplyDeleteKalau ke Padang langsung aku belum pernah. Duh, bisa-bisa timbanganku jadi nambah banyak ini :D
Deletemasih nempel rasanya rendang yang bikin nendang uy
ReplyDeleteplus kerupuk siram bumbu sate padangnya, hmmm
ahhhh *mbayangin nya ga kuku