Sebenernya udah lama bikin resensi ini dan dikirim ke media. Lama nunggu kabar ga dimuat akhirnya saya tarik aja dan posting di sini. Mudah-mudahan belum basi, ya hehehe
Judul
Buku : Home
Penulis : Ifa Avianty
Penerbit : Diva Press
Terbit : September, 2013
Tebal : 388 hal
ISBN : 978-602-255-300-7
Saling
menjauh, tapi merindu.
Begitulah tagline yang tertulis dalam cover buku
novel terbaru yang ditulis oleh Ifa Avianty. Dengan gambar rumah yang besar dan asri dengan latar
pelangi, membuat pembaca tertarik untuk
memahami arti penting rumah.
Rumah bukan sekedar
tempat bekumpul setelah lelah beraktifitas. Bahkan saat setiap anak-anak
terpencar setelah menikah, rumah menyimpan banyak kenangan bagi para
penghuninya. Sesibuk apapun aktifitas masing-masing keluarga, selalu ada
kerinduan yang menuntun kita untuk berkumpul mengurai kenangan bersama saudara
dan orang tua.
Tapi tidak begitu dengan
Papa Kurt, sang pemilik rumah, Mama Bea, sang istri pun tidak bisa mencegah
keinginan suaminya untuk menjual rumahnya yang menyimpan sejuta kenangan bukan
saja bagi dirinya, tapi juga anak-anak dan menantunya. Diantara 7 putra dan
menantunya, hanya Truly yang peka menangkap kegamangan hati mama Bea. Truly
yang ceria, berusaha mencairkan kekakuan suaminya, Wisnu yang nota bene putra
sulung dari Papa Kurt dan Mama Bea.
Ciri khas Ifa Avianty
yang melibatkan banyak tokoh dengan sudut pandang aku untuk setiap tokohnya membuat
siapa saja yang membaca novel ini seperti menyimak curhat satu persatu tokoh
dalam novel ini. Mungkin diantara sekian novel beliau, Home adalah novel dengan
rombongan terbesar yang terlibat dalam jalinan ceritanya. Selain menghadirkan
Truly dengan saudara-saudara iparnya, saudara-saudara sepupu dari pihak
suaminya turut meramaikan cerita dengan pembawaan tokohnya yang ceriwis dan
heboh. Membuat novel dengan lusinan tokoh ini semakin ramai dan kaya karakter.
Tidak perlu pusing menghafal nama-nama yang muncul, karena dalam babak-babak
berikutnya, tokoh-tokoh ini akan saling berkaitan satu sama lainnya.
Seperti juga dalam
novel lainnya, Home menyajikan makanan
kegemaran dan lagu-lagu lawas yang menghadirkan kenangan di antara para
tokohnya. Dengan alur maju mundur, para pembaca diajak larut mengikuti cerita sejak
awal rumah ini dihuni hingga saat-saat terakhir rumah ini akan dijual.
Dengan keceriaan dan
pembawaannya yang hangat, Truly menjadi pemain kunci untuk merekatkan
silaturami di antara semua anggota keluarga untuk mempertahankan rumah yang
penuh dengan kenangan ini. Berkat Truly pula, lipatan masa lalu yang menyakitkan
diantara Papa Kurt, Mama Bea dan Wisnu bisa terurai dengan akhir yang
manis. Kira-kira seperti apa yang
konflik masa lalu yang menjadi alasan utama rumah ini kehilangan kehangatannya?
Satu kekurangan yang
terlihat dalam buku ini adalah kesalahan penulisan nama penulis pada cover
bukunya. Bagi para penggemar novel Ifa Avianty, tentunya typo ini cukup
mengusik. Semoga jika buku ini berhasil cetak ulang (dan sepertinya begitu,
mengingat Ifa Avianty mempunyai segmen pembaca yang setia), kesalahan penulisan
Iva Afainty bisa diperbaiki.
Kalau Anda penggemar
novel dengan tutur bahasa yang ringan, lincah dan mengalir, dan quotes-qoutes menyentuh, novel ini
sangat layak untuk menjadi salah satu
koleksi di lemari buku. Seperti yang
disampaikan Papa Kurt dalam pesannya, “Aku hanya ingin pergi diiringi hujan.
Damai romantis... seperti sebuah tarian alam, seperti sebuah tarian yang pernah
kita lakukan dulu...”
Bagaimana?
Manis, kan?
2 Comments
rumah itu.. tempat si cinta pulang. #eh
ReplyDeletekisah papa Kurt dan Mama Bea yang menarik......keep happy blogging always..salam dari Makassar :-)
ReplyDeleteSilakan tinggalkan jejak di sini, saya bakal kunjung balik lewat klik profil teman-teman. Mohon jangan nyepam dengan ninggalin link hidup. Komentar ngiklan, SARA dan tidak sopan bakal saya delete.