Ngomong-ngomong
soal pameran, pameran apa saja ya, yang
pernah saya datangi? Seingat saya, pertama kali datang ke pameran itu waktu SMP
kelas 3. Semacam pameran pembangunan. Stan yang jadi pesertanya dari berbagai
instansi pemerintah yang memang foto-foto kegiatan dan alat peraga lainnya
sebagai alat sosialisasi kegiatan atau program dari instansi terkait. Lalu
waktu SMA juga saya pernah diajak teman mengunjungi pameran otomotif di sebuah hotel di Bandung. Gaya?
Enggak juga, diajakin ke sana karena ada sepupunya yang jadi SPG di sana.
Selama ada di sana saya cuma bisa mengagumi, ga bisa memiliki apalagi sekadar
test drive hehehe....
Sampai
akhirnya cuma satu pameran yang bikin
saya ga nahan. Pameran buku yang sudah
beberapa tahun ini selalu saya datangi kalau digelar di Landmark Braga.
Bandung. Sayangnya waktu itu (awal-awal
kerja) enggak mudah mencari teman yang punya minat baca apa lagi membeli. Sudah
mau baca meski meminjam pun sudah bagus.
Itu juga yang saya anut waktu masih kuliah. Saya juga paling sering pinjam
buku, entah itu ke teman atau taman bacaan. Ada sih beberapa buku yang dibeli
sendiri, tapi itu pun jarang banget. Sedihnya koleksi buku-buku dan komik lama
saya hilang waktu rumah direnovasi.
Catatan penting nih, jangan sembarangan menyimpan buku atau benda kesayangan
lain kalau tidak mau tercecer atau hilang tanpa jejak.
Masa, sih?
Enggak juga, ah. Paling enak lho kalau baca buku sendiri. Enggak bakalan merasa
dikejar-kejar hantu deadline pengembalian, bisa dibuka kapan-kapan kalau mencari
referensi tertentu dan ini nih, meningkatkan ‘rasa memiliki’. Buat saya, koleksi buku itu harus
diperlakukan seperti 'harta karun'. Disampulin dengan rapi, tidak dilipat untuk
menandainya. Iya, saya suka pake pembatas buku. Lalu membukanya juga pake perasaan, enggak main asal lipat yang bisa bikin halaman-halamannya lepas atau sobek.
Dulu saya
suka menjadikan tas untuk melilndungi kepala biar enggak basah kalau kehujanan. Itu dulu, sekarang lain. Saya bakal peluk erat-erat tasnya biar buku yang ada di
dalamnya tidak rusak. Tahu sendiri dong,
buku yang sudah basah tersiram air atau kehujanan jadi keriting dan lebih
tebal. Tidak asik di lihatnya.
Koleksi buku
saya emang masih sedikit, dan buat meringankan anggaran belanja buku biasanya saya mengincar momen pameran
buku, biar dapet diskon. Diskon saja? Masih ada yang lain. Buku-buku langka malah bisa di dapat di sini, lho! Saya pernah tuh dapet buku The
Hobbit edisi lama yang sampunya berwarna hijau. Biar jadul tapi masih mulus,
kayak baru, harganya cuma 20 ribu. Cincai lah, apalagi buku ini kan buku klasik
yang populer.
Selain dapat buku bagus dan murah main-main ke pameran buku juga bisa dapat yang lain. Biasanya di bagian belakang arena pameran, ada panggung yang menggelar talk show seputar buku, apalagi kalau nara sumber yang datang itu penulis kondang. Mulai penulis seperti Tasaro (Semua koleksi bukunya yang saya punya ada koleksi tandatangannya beliau, lho), Sujiwo Tedjo, Pidi Baiq, meet and greet bareng pemain film yang bukunya diangkat ke layar film, atau diskusi lain yang mengedukasi dan masih berhubungan dengan dunia perbukuan dan menghadirkan Meyda Shefira, Brand Ambasadornya Syaamil Tabz.
Selain dapat buku bagus dan murah main-main ke pameran buku juga bisa dapat yang lain. Biasanya di bagian belakang arena pameran, ada panggung yang menggelar talk show seputar buku, apalagi kalau nara sumber yang datang itu penulis kondang. Mulai penulis seperti Tasaro (Semua koleksi bukunya yang saya punya ada koleksi tandatangannya beliau, lho), Sujiwo Tedjo, Pidi Baiq, meet and greet bareng pemain film yang bukunya diangkat ke layar film, atau diskusi lain yang mengedukasi dan masih berhubungan dengan dunia perbukuan dan menghadirkan Meyda Shefira, Brand Ambasadornya Syaamil Tabz.
Makanya, pameran buku selalu bikin saya exciting. Jauh-jauh hari saya sudah
merencanakan berapa budget buku yang mau dibeli dan
buku apa yang akan diborong. Kadang pas dengan prediksi, tapi kadang
juga jebol melebihi limit gara-gara lapar mata hehehe. Jujur aja, pameran buku itu salah satu
godaan paling besar buat saya. Menyambangi pameran busana fashion, pameran
kuliner saya masih bisa cuek dan tahan godaan. Nah, kalau pameran buku
sepertinya saya harus dibekali ‘kacamata kuda’
biar ga ‘jelalatan’ dan mupeng berat.
Selalu saja list buku incaran saya membengkak dan akhirnya ada yang saya
korbankan untuk disisihkan karena tergeser oleh buku lain yang menarik minat
saya. Apalagi setelah mengenal teman-teman komunitas yang suka membaca, update
status teman-teman yang baru beli buku
baru, resensi buku A, penulis B yang baru menerbitkan buku C dan news feed
lainnya yang wara-wiri di jejaring sosial sukses bikin saya ngiler.
Sambil
bercanda dengan seorang teman yang nitip buku, saya pernah curhat karena masih
mupeng sama buku-buku yang ada di pameran. Mau tahu apa saran teman saya?
Dia bilang
gini, “Cepet keluar, Fi. Selamatkan cash flow!” begitu katanya. Hahaha... Iya,
deh saya nurut aja.
Sepertinya
untuk pameran buku yang akan digelar IKAPI Jabar tanggal 29 Agustus sampai 4
September di Landmark Braga Bandung juga bakal ‘ngitikin’ saya buat belanja buku
lagi. Lewat limit lagi? Ga papa, asal jangan kebanyakan aja kelebihannya hehehe...
Jalan-jalan
ke pameran buku alias ga bakal bikin rugi. Serius deh, punya koleksi buku itu
bisa jadi investasi berharga. Mungkin sekarang tidak begitu terasa, tapi dalam
jangka panjang. Percaya deh apalagi kalau punya buku best seller yang ada tanda
tangan penulisnya. Itu bakal jadi salah satu ‘properti berharga’ di masa depan.
2 Comments
paling suka kl ada pameran buku,cuci mata,borong buku sambil lihat penulis,bahkan kadang ada artis juga :)
ReplyDeleteAku juga paling suka kalau pameran, buku murah dan keren... aaaah yuk ah barengan kesana nya
ReplyDeleteSilakan tinggalkan jejak di sini, saya bakal kunjung balik lewat klik profil teman-teman. Mohon jangan nyepam dengan ninggalin link hidup. Komentar ngiklan, SARA dan tidak sopan bakal saya delete.