Minggu pagi kemarin, angkot yang saya tumpangi berhenti di depan toserba Borma. Jumlah penumpang yang memang belum memenuhi ruangan di dalam angkt membuat sopir memilih untuk 'ngetem', berharap ada satu-dua penumpang baru yang naik.
Sambil menunggu, saya memperhatikan pelataran Borma yang memanng luas itu dipenuhi oleh ibu-ibu dan gadis remaja yang ber-aerobik ria. Saya tersenyum geli ketika ada beberapa peserta senam yang gerakannya salah, enggak kompak dengan teman-teman di samping atau di depannya.
Tega?
Enggak. Bukan tega, saya jadi inget, kalau saya ada di posisi yang sama, geakan saya mungkin bakal terlihat aneh, lucu dan bisa mengundang tawa orang lain juga. Hahaha.... iya, meski saya suka nonton bola dan malah pernah 'ngejabanin' rally F-1 dan Moto GP beberapa musim lalu, enggak berarti saya jago juga olahraganya. Saya pelari yang lambat, payah dalam berenang dan gerakan senam, saya, ehm... aneh!
Waktu kelas dua SMA SMU dulu misalnya. Dulu, ketika ada guru praktikum dari UPI (dulu masih bernama IKIP), mata pelajaran olahraga termasuk yang kebagian jatah guru praktikum alias PPL. Dalam satu sesi olahaga, guru praktikum yang kebetulan sama-sama perempuan juga mengajarkan materi senam. Pas kebetulan juga lagi mendung, jadilah materinya digelar di aula, tepat disamping pak kusir, kantin sekolah.
Saya patah-patah mengikuti irama gerakan, duh ribetnya. Dwi, teman saya yang berdiri di belakang saya mencolek punggung saya. "Fi, keluar aja, yuk? Kita ke kantin."
Saya menoleh, masih dengan gerakan patah-patah saya yang payah. "Tapi kan, belum waktunya istirahat?'
Dwi, teman saya itu terkekeh. "Ah, biarin aja, bentar lagi istirahat. Lagian, gerakan kamu aneh. Aku malah pengen ketawa lihatnya."
Saya nyengir. Bisa-bisa saya malah jadi pegel enggak karuan. Dalih yang pas!
Nah, lain waktu saya mengalami hal yang nyaris sama. Selang beberapa tahun setelah lulus SMA, sekitar tahun 2006 lah. Ceritanya, saya diajak teman sekantor saya, Lina, buat berolahraga pagi di lapangan Sabuga. Saya menyetujuinya.Venuenya masih asyik buat berolahraga, tanpa direcoki hiruk pikuk pasar kaget atau mobil jualan. Arena parkirnya terpisah. Lalu, lintasan larinya enak, tersedia juga loker buat menitipkan bawaan kita. Setelahnya, kita bisa enjoy berolahraga tanpa ribet menenteng tas. *kok jadi tenaga marketing dadakan?*
Gambarnya ngambil dari sini |
Biasanya, di lapangan Sabuga selain kita bisa berjoging ria, balapan lari dengan teman, ada beberapa anak-anak SSB yang berlatih, menikmati terapi kaki dengan batu-batu kali yang di tanam di salah satu sisi lapang, termasuk juga aktifitas joging.
"Fi, aerobik, yuk?" Lina menepi, mengajak saja untuk mengikuti gerakan instruktur dengan semangat 45nya. Saya mengangguk. Cape mengitari lapang, enggak salahnya mencoba 'ke-riaan' minggu pagi itu. Dan seperti 'dejavu', Lina yang posisinya berdiri di belakang saya enggak bisa menahan tawanya.
Gambarnya pinjem dari sini |
""Kamu lucu, deh gerakannya," tanpa ngomporin saya buat keluar dari barisan, Lina masih asyik mengikuti gerakan instruktur.
Hiyaaaa, ternyata enggak ada perubahan. Sadar diri, ada banyak massa di sana. Meski sebenarnya mereka mungkin sibuk dengan dunianya masing-masing, bukan enggak mungkin ada yang iseng tertawa melihat gesture saya yang aneh itu. GR bener, ya?
Bukan Lina yang menarik lengan saya, tapi justru saya yang menarik lengan Lina. "Yuk, ah. Aku enggak mau jadi tontonan gratis. Mendingan lari lagi," saya mencoba mencari dalih.
Lina ngikik, setuju melanjutkan aktifitas pagi itu dengan joging lagi. Meski cuma beberapa putaran, besoknya badan saya terasa rontok. Entah karena saya yang jarang olahraga atau mungkin juga karena gerakan senam saya ada yang salah (sepertinya dua-duanya).
Sampai sekarang, saya selalu menolak kalau diajakin aerobik atau senam. Ngecilin badan? hehehe... saya bisa kena protes. Apa lagi yang mau dikecilin? kata salah seorang teman saya. Jadi, saya lebih suka diajak lari (meski tetep bikin gempor) atau jalan santai menyusuri Maribaya, Gua Pakar atau main ke gunung Tangkuban Perahu melalui hutan Jaya Giri. Cape, tapi saya masih bisa berhenti sejenak, menarik nafas dan mengumpulkan tenaga untuk melanjutkan perjalanan. Enggak apa-apa deh, dari pada tampak terlihat aneh dengan gaya aerobik saya. :)
hehehe... iya ya, daripada diketawain karena gerakan yg aneh, mending nyingkir deh... :)
ReplyDeleteSaya mending olahraganya naik sepeda aja Mak daripada aerobik. Malu, takut diketawain karena gerakannya aneh :)
ReplyDeleteSalam kenal ya Mak :)
klo saya malah kebalik.. ga suka & ga bs smua olahraga kcuali aerobik dkk, pokokny yg pake musik.. hmmm lari ya msh boleh lah hihihi..
ReplyDeleteSanti Dewi : kayaknya harus pake topeng ya hehehe.
ReplyDeleteNathalia : Dan yang paling buat saya dari olahraga itu adalah jadi penontonnya :D