Saturday 31 August 2013

Vietnam Awal Investasi Politik Laos

Sejarah dunia mencatat kebanyakan negara-negara yang berada dibawah ototritas komunis bersikap tertutup terhadap dunia luar. Sebutlah itu Republik Rakyat China yang sempat dikenal dengan julukan Negeri Tirai Bambu, Taiwan, Rusia, Vietnam dan tetangga terdekat kita, Laos. Yup! Pasca penggulingan raja Savang Vatthana oleh kaum komunis Pathet Lao, si bungsu anggota ASEAN ini mendeklarasikan dirinya dengan nama Republik Demokratik Laos.
sumbernya dari http://www.discoverasia.com.au/country.php?country_id=5

Dalam perjalanan sejarahnya, Pathet Lao mempunyai peran besar mengganti sistem pemerintahan Laos yang dipimpin seorang raja menjadi sebuah pemerintahan yang dipimpin oleh presiden.  Hingga saat ini sayap politik Pathet Lao yang beraliran komunis  yang bernama Phak Pasason Pativat Lao adalah yang memegang kekuasan di sana.

Sebagai pendatang baru, Laos masih menjaga jarak dengan saudara-saudaranya sesama anggota ASEAN. Laos terletak dalam kawasan Indocina dimana didalamnya tercakup Vietnam dan Kamboja. So, tidak heran dalam catatan sejarahnya yang panjang, antara Laos dan Vietnam ini terjalin kedekatan. Sejarah juga mencatat saat Vietnam masih bergolak dengan perseteruan antara Vietnam utara yang berideologi komunis dengan Vietnam Selatan yang beraliran liberal, Laos mendukung keberadaan Vietnam utara. Sebaliknya, dengan tetangga terdekat, Thailand, justru Laos justru kurang harmonis. Salah satu penyebabnya adalah idelologi Thailand yang lebih dekat dengan Amerika yang mengusung ideologi liberal.

Nah, topik hari keenam lomba #10daysforasean ini bener-bener deh bikin saya kelabakan nyari referensi. Ehm, analisis politik yang lumayan jari-jari saya jadi keriting nyari-nyari referensinya.Hehehe
So, apa sih investasi politik yang diharapkan dengan kemitraan yang terjalin dengan dunia internasional, khususnya ASEAN? Mari kita posisikan diri sebagai Laos, ya.

Menilik platform Komunitas ASEAN yang disepakati, ada tiga aspek yang jadi poin utama. Pertama, adalah komunitas Keamanan ASEAN, lalu kedua komunitas Ekonomi ASEAN dan terakhir komunitas Sosial Budaya ASEAN.

Lalu, dimana posisi politik? Nah, secara diantara sesama anggota ASEAN masih mempunyai persepsi yang berbeda soal ideologi,  kerjasama di bidang ini  belum bisa maksimal. Bisa-bisa jadi ribut kayak negara-negara arab sana. Duh, enggak asyik, ah.

Laos selain punya kedekatan dengan Kamboja dan Vietnam  yang saling berbatasan, ketiganya juga cenderung menganut sosialisme. Meskipun data statistik menunjukan 50% pendudukanya menganut agama Budha, lho. 

Nah, investasi politik yang lebih menjanjikan bisa dimulai dari Vietnam yang sudah lebih mapan dari Kamboja. Kalau investasi modal diartikan ada timbal balik secara ekonomi yang menguntungkan, maka investasi Politik saya  artikan adanya chemistry alias 'klik' diantara kedua belah pihak. Deuh, kayak pacaran aja, ya? Hehehehe....

 Nah, investasi politik seperti apa yang bisa dijalin oleh Laos dengan Vietnam? Misalnya saja kerjasama pertahanan dan keamanan. Sebenarnya sebelum Laos bergabung dengan ASEAN, sudah terjalin kerjasama dengan Vietnam. Ini dibuktikan dengan disepakatinya deklarasi bersama yang ditandatangani pada 18 Juli 1979. Poin pertama menyebutkan bahwa Vietnam akan membantu Laos dari ancaman luar, di mana pada saat itu Laos sedang dilanda konflik dengan Muangthai. Untuk yang satu ini, sepertinya case closed, ya. Masa udah sama-sama satu atap sesama anggota ASEAN masih mau gontok-gontokan, ya?

Selain di bidang keamanan, kerjasama dibidang ekonomi juga disepakati, dimana Laos akan menggunakan Vietnam sebagai jalur pengiriman ekspornya melalui pelabuhan Danang, di Vietnam Selatan. Eh, tahu tidak? Ternyata Laos ini satu-satunya anggota ASEAN yang tidak mempunyai wilayah lautnya lho. So, untuk pengapalan barang dengan jalur laut, Vietnam adalah pilihan buat Laos.

Diantara Laos dan Vietnam itu masih enggan melepas label 'komunis'nya. Vietnam yang sudah duluan bergabung dengan ASEAN menolak campur tangan Amerika terlibat dalam kerjasama militer kawasan ASEAN. Duh, kalau udah urusan ideologi politik, lieur, ya. Dalam deklarasi Bangkok sendiri, memang enggak ada batasan yang mengatur ideologi dan orientasi politik. So, untuk jangka pendek sepertinya urusan investasi politik Laos bakal lebih fokus dulu dengan tetangga terdekat, Vietnam. Sedangkan kerjasama di bidang Ekonomi , Laos sudah membuka diri dengan negaralainnya, misalnya  dengan Indonesia sudah terjalin kesepakatan bebas visa masuk dan kerjasama di bidang perdagangan. .


Referensi :
http://randyhomzi.blogspot.com/2010/12/sejarah-asia-tenggara-sejarah-laos.html
http://republik-tawon.blogspot.com/2012/03/pathet-lao-sekutu-komunis-vietnam-dari.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Wawasan_2020_ASEAN
http://www.kamuslife.com/2013/06/isi-deklarasi-bangkok.html
Share:

Friday 30 August 2013

Mengeksiskan Kopi Indonesia, Mengkudeta Dominasi Kopi Brazil


Suka kopi? Kalau suka begadang, biasanya minuman ini jadi menu wajib buat menemani kita melek mengejar dateline, nonton bola atau cuma sekedar ngumpul bareng teman. Bahkan, buat sebagian besar, Kopi ini jadi satu paket dengan rokok. Garis bawahi ya, saya enggak merekomendasikan buat menjadikannya satu paket sama yang namanya rokok, lho. Enggak!
Gambarnya ngambil dari http://www.postlicious.com

Nah, hari kelima lomba blog #10daysforasean mengambil topik tentang kopi. Kopi memang sudah menjadi bagian dari gaya hidup modern masyarakat. Bukan cuma di Indonesia, ASEAN bahkan untuk level internasional juga. Tahu dong, sampai-sampai ada gerai yang identik dengan branding kopi. Harganya? Ehm, bisa bikin saya keselek hihihi.   Jadi sekarang kita ngomongin soal kopi, ya. 

Sedikit review dulu nih sejarah tentang kopi. 
Nama kopi diadopsi dari bahasa arab, yaitu Qahwah, yang artinya kekuatan. Lalu lidah orang-orang Turki menyebutnya dengan Kahveh dan diadopsi oleh orang Belanda dengan sebutan Koffie. Meski sudah dikenal 1000 tahun sebelum masehi di benua Afrika, kopi ini baru dikenal luas oleh masyarakat Jazirah Arab mulai abad ke tujuh Masehi. Kemudan kopi  diperkenalkan kepada raja Louis XIV oleh duta besar Turki. Kalau inget raja Louis XIV, kita jadi inget film The Three Muskeeter. Yup! Pada masa itu juga Renainasance alias pencerahan mulai bergaung di Perancis. Pemikir Perancis, diantaranya Diderot, Voltaire, Rossesau adalah salah tiga yang doyan hang out di kedai kopi Paris. Catat, hang out ternyata bukan monopoli anak-anak jaman sekarang. 

Lanjut!  
Bukan cuma di Perancis aja, kopi juga meyebar ke seantero Eropa termasuk diantaranya Belanda. Pada masa kolonial Belanda di Nusantara  inilah benih kopi dibawa ke Indonesia. Seorang  bule londo (ya iyalah bule:D) yang bernama  Zwaardecroon membawanya dari Mekah ke Bogor. Eh, ternyata iklim Indonesia itu cocok banget dengan karakter kopi. Jadilah sejak saat itu kopi menjadi salah satu komoditi yang dikembangkan di Indonesia dan jadi varian favorit penggila kopi di seluruh penjuru dunia. 
sumbernya dari http://kopibanget.com

Enggak percaya? Nih, beberapa buktinya. 
Kalau menyukai novel bergenre fantasi, kamu pasti kenal dengan penulis Michael Scott. Pada salah bagian pembuka logi kesatu dari serial The Alchemyst, diceritakan salah satu tokoh utamanya Sophie Newman, bekerja  sebagai karyawan cafe milik Perry Fleming. Sophie Newman yang mempunyai indera penciuman yang peka. Ia bisa membedakan  teh dan kopi hanya dari baunya. Ia  bisa mengenali Earl Grey dari Darjeeling,  juga bisa membedakan mana aroma kopi Jawa atau kopi Kenya
   
Kopi Jawa juga jadi lirik dari kelompok musik Manhattan Transfer lho. Coba simak liriknya :


I love coffee  I love tea
I love the Java jive and it loves me
Coffee and tea and the java and me
A cup, a cup, a cup, a cup, a cup (boy!)

I love Java, sweet and hot
Whoops, Mr Moto, I'm a coffee pot
A cup, a cup, a cup, a cup, a cup 
Sumbernya dari sinihttp://www.singers.com/

Selain kopi Jawa masih ada varian kopi lainnya yang juga terkenal, msalnya kopi Wamena, kopi Lanang, kopi Kintamani, Kopi Toraja, dan tentu saja, kopi Luwak! Kopi yang cara produksinya aneh itu justru punya sensasi rasa yang unik dan sempat menimbulkan kontroversi. 

Dari hasil googling yang saya peroleh, data tahun 2012 menunjukan kalau kopi merupakan salah satu dari tujuh komoditas ekspor Indonesia dengan produksi sebanyak sekitar 10.950.000 kantong Sebagai catatan, satu kantong kopi setara dengan  60 kg.

Meskipun pamor kopi Indonesia ini sudah sebegitunya tersohor, ternyata di level Internasional kita masih kalah dibanding dengan kopinya Brazil yang memproduksi 50.826.000 kantong dan Vietnam dengan 22.000.000 kantong (sumber: finance.detik.com). Well, pertanyaannya, bagaimana caranya agar posisi Brazil ini, bisa kita kudeta, ya? Hehehehe.. tentu saja kudeta yang ini enggak horor, berdarah-darah dan melanggar hukum. 

Menjelang terbentuknya Komunitas ASEAN pada tahun 2015, jadi satu wacana yang menarik buat  mengajak Vietnam berkolaborasi untuk merebut dominasi Brazil ini. Eh, seperti apa sih istimewanya kopi Vietnam itu? Padahal Vietnam itu belajar dari Indonesia lho. Memanng sih, Kopi sudah dikenalkan ke Vietnam pada akhir abad 19 oleh kolonial Perancis. Namun, pada tahun 1980an, Vietnam mengirim utusannya untuk belajar tentang seluk beluk kopi di Indonesia. Dari segi faktor alam sebenarnya  Indonesia lebih mendukung untuk menghasilkan kopi yang baik. Sayangnya, hal itu tidak dibarengi dengan kesungguhan sumber daya manusianya untuk terus melakukan riset meningkatkan kualitas kopi Indonesia. Bandingkan dengan Vietnam. Dalam rentang waktu 30 tahunan, mereka berhasil menjadi primadona kopi. 

Apa sih istimewanya kopi Vietnam? Tidak seperti cara kita yang  konvensional, kopi Vietnam ini disajikan dengan cara yang lain. Kopi Vietnam yang dikenal dengan sebutan Ca Phe atau cafe sua da  ini memerlukan lebih banyak bahan kopi dan proses yang lebih panjang dengan menggunakan baja yang tahan karat. 
sumbernya dari http://coffee.gurus.net
Lagi-lagi inovasi, kreatifitas jadi kuncinya. Enggak perlu gengsi deh kalau kita mau belajar sama Vietnam. Saya jadi teringat cerita paman saya. Pada tahun 1990an, beliau diutus ke Vietnam sebagai tenaga ahli untuk  instalasi telepon. Lihatlah sekarang, lebih dari sekedar berjalan, teknologi komunikasi Vietnam sudah bisa berlari kencang meninggalkan Indonesia. Bahkan, teknologi Internet kita sudah tersalip oleh mereka. Padahal kita semua sudah tahu kalau pada tahun 1975an, negeri ini sempat babak belur dihajar perang saudara.  

Sejalan dengan misi Komunitas ASEAN di bidang ekonomi dianataranya untuk terbentuknya integrasi ekonomi kawasan, perbaikan fasilitas perdagangan dan bisnis dan meningkatkan daya saing UKM, Indonesia  harus segera bangkit. Alih-alih di level internasional, Indonesia harus memperkuat dulu di level regional, ya ASEAN inilah.  Banyak lho, sarjana pertanian jebolan IPB. Sayang banget kan, kalau ternyata potensi SDMnya malah hijrah ke aliran lain (baca : perbankan atau politik). Perhatian serius seperti penyediaan fasilitas dan reward bagi tenaga ahli harus jadi perhatian pemerintah. Di Israel saja, yang kontur geografisnya lebih kering daripada Indonesia mensyaratkan mahasiswa pertaniannya untuk berhasil menyuburkan lahan kering sebelum berhak menyandang gelar sarjana. 

Bagaimana dengan Indonesia? 

Referensi :
http://muslimdaily.net/artikel/ringan/sejarah-kopi-minumannya-orang-islam-yang-mencerahkan-eropa.html#.UiARKtL0HwA
http://coffee.gurus.net/coffee-drinks/vietnamese-coffee/
http://wikipedia.org 

Share:

Thursday 29 August 2013

Myanmar, Sepada dong.....

Setelah Thailand, Kamboja dan Malaysia, sekarang mari bercerita tentang Myanmar. Yup, tema hari ke-empat adalah Kenapa ya, berwisata ke Myanmar tidak cukup hanya dengan paspor, saja. Perlu tidak visa bagi perjalanan wisata. 
sumbernya dari http://www.tourismandfood.com

Ya, kenapa, ya? Padahal hampir semua negara ASEAN sudah membebaskan visa untuk kunjungan wisata.
Sebelum ngobrol lebih banyak, kita bahas dulu apa itu visa dan apa itu paspor. Visa ya, pake V, bukan P. Karena kalau pake P itu jadinya Pisa, menara miring yang ada di Italia. Duh, Fi, jauh banget sih jadi ke sana. :D
Sumber gambar ngambil dari http://apakabardunia.com/



Udah ah,  Kembali ke topik, ya. :D
Jadi Visa adalah surat rekomendasi yang dikeluarkan oleh perwakilan suatu negara  untuk memasuki negara yang bersangkutan. Surat rekomendasi ini bisa berbentuk seperti stiker yang ditempel di paspor mempunyai ukuran sebesar perangko, KTP atau bahkan mungkin juga hanya berupa cap stempel saja.
Sedangkan paspor itu adalah dokumen resmi yang dikeluarkan sebuah pejabat berwenang sebuah negara yang berisi identitas pemegangnya untuk melakukan perjalanan antar negara. Nah, sederhananya paspor itu diterbitkan oleh negara asal pengunjung dan visa diterbitkan oleh negara tujuan si pengunjung. Jelas, ya.




sumber gambar dari http://myanmar.visahq.com/


gambarnya ngambil dari http://jalanjalan.co.id

Nah, sama halnya dengan paspor yang  mempunyai fungsi dan kegunaannya yang berbeda (paspor biasa, paspor diplomatik, paspor dinas dan paspor untuk orang asing), Visa juga begitu. Apa saja, tuh, Fi?
Ada visa wisata, visa kerja, visa bekerja lliburan (working visa holiday), visa diplomatik, dan kunjungan visa kunjungan dinas. Nah, secara posting saya ini berhubungan dengan tema lomba blog #10daysforasean, kita bahas tentang visa wisata saja, ya.

Sebagai pemohon visa, umumnya kita harus mempunyai tiket pulang pergi dengan melampirkan konfirmasi di hotel mana kita akan menginap dan rencana perjalanan pulang. Sebenarnya masih ada syarat lain sih, misalnya rekening tabungan dan  riwayat perjalanan ke luar negeri. Jadi kita bisa meyakinkan petugas imigrasi kalau kita tuh beneran niatnya buat berwisata. Jadi inget novel Negeri van Oranje yang pernah saya baca, nih. Masih inget, saat Lintang, Daus, Wicak dan kawan-kawan berpelesir ria keliling Eropa dengan modal satu  visa Schengen ke beberapa negara UE?  Memang tidak semua negara-negara Uni Eropa sih, akur dengan kesepakatan visa Schengen ini. Inggris, irlandia, Swiss, Liechtentein dan Vatican misalnya, tidak termasuk di dalamnya.   

Nah, selain Uni Eropa, negara-negara ASEAN juga punya kesepakatan yang sama soal ini. Sayangnya - seperti yang udah dibahas sebelumnya - tidak semua negara sepakat, seperti Myanmar.  Meskipun judulnya bebas, enggak berarti bisa seenaknya berlama-lama nguplekin sebuah negara, lho. Masing-masing negara punya aturan soal ini. Untuk kawasan Asia, rata-rata memberi 'durasi' maksimal buat bebas visa selama 30 hari. Misalnya Hongkong, Malaysia, Filipina, Vietnam. Singapura sendiri membebaskan visa namun mewajibkan untuk membayar airport tax sebesar 150 dolar di bandara.

Sedikit melirik ke Uni Eropa, perjanjian Schengen ini digagas pada tahun 1985 untuk mendukung bebasnya pergerakan faktor produksi yang mengarah pada efisiensi. Dengan semakin mudahnya ijin masuk ini, sederhananya bakal menarik lebih banyak masuknya devisa dari sektor pariwisata, ya.  

Setiap negara punya perbedaan soal perizinan visa ini. Negara-negara maju termasuk yang ribet buat ngurusin visa. Salah satu contohnya misalnya kekhawatiran 'serbuan' imigran gelap yang bakalan jadi beban negara bersangkutan.  Meski bagi para pengaju visa terasa menyebalkan,  bisa dimengerti sih, kalau negara-negara maju semacam Amerika dan negara-negara Eropa ribet soal ini. Lha, Myanmar, kenapa ribet, ya? Tanpa bermaksud nyela, Myanmar bukan destinasi favorit sebagai tujuan ngumpet alias melarikan diri. (Ups).

Sejarah panjang Myanmar yang dulu pernah bernama Burma yang sarat dengan nuansa 'perang'. Baik saat masih berbentuk kerajaan Burma kuno, rusuh dengan tetangga, Siam dan China, sempat dijajah Inggris dan Jepang, junta militer sampai berita teranyar konfllik etnis.  Selesai kisah Aung San Suu Kyi, sekarang kasus Rohingya yang jadi headline negeri yang punya julukan Tanah Emas ini. Kondisi politik internal, karakter pemerintah  mungkin salah satunya jadi petimbangan kenapa Myanmar begitu ribet soal visa ini. 

Sayang sekali, ya padahal dengan dibebaskannya visa masuk bagi Myanmar bisa jadi salah satu sumber keran devisa.  Myanmar sendiri berusaha membuka diri dengan bergabung dengan ASEAN pada tanggal 23 Juli 1997 sebagai upaya untuk aktif dalam kegiatan bilateal dan multilateral. Kita doakan, semoga kondisi Myanmar segera pulih, ya. Kalau negara-negara Uni Eropa melalui perjanjian Schengen sepakat untuk mempermudah ijin masuk, semoga Myanmar terinspirasi untuk membuka diri. 

Selain Yangoon, Myanmar punya tempa wisata yang eksotik lho. Misalnya ada Kalaw, coba perhatikan gambarnya. Sekilas mengingatkan kita sama venue film-film kolosal  jaman dulu, ya.
sumbernya dari http://travelling-around-the-earth.blogspot.com

Atau yang ini nih, Mawlamyine atau Mowlemein yang penyebutannya bikin kepleset lidah. Sebuah kota yang diapit oleh sebuah bukit dan laut di sisin lainnya. Konon pemerintah kolonial Inggris kesengsem sama venue yang satu ini. Hmmmm
sumbernya dari http://travelling-around-the-earth.blogspot.com


Lagi pula, Myanmar bakal jadi tuan rumah perhelatan SEA GAMES XXVII pada bulan Desember 2013 nanti, kan? Ini bisa jadi kesempatan emas buat promosi wisatanya.
"Knock knock..... Sepada" Myanmar, maen yuuuuk..... :)

Share:

Wednesday 28 August 2013

Indonesia : Dreamland of Asia


Gambar diambil dari sini


Indonesia? Which part of Bali is it?
Pernah dengar bule ngomong gitu?
Ter...la...lu... kalau Bang Roma bilang.
Rasanya, kok gimana gitu, ya. Jangan-jangan itu bule enggak lulus pelajaran Geografi. Hehehehe.... 

Duh, mister, let me tell you deh. Ni, ya di   Indonesia itu ada Sumatera, ada Jawa, Kalimantan a.ka  sohor dengan sebutan Borneonya, lalu ada Sulawesi, Maluku, Papua, Nusa Tenggara dan Bali tentunya.  

 Dulu waktu bule-bule londo alias Kompeni Belanda menjajah Indonesia, mereka itu betah banget ngendon dari tahun 1600an. . Bayangin, apa enggak bulukan tuh? Bukan cuma karena  rempah-rempahnya, kekayaan alamnya (hiks) tapi juga kecantikan alamnya. ada Bandung yang disandingkan dengan Paris sampai disebut Parijs van Java, Karimunjawa dengan  The Paradise of Java-nya, sampai Raja Ampat yang cantik dengan keeksotikan lautnya dengan sebutan The Paradise of Papua
  
Saya  masih inget nih, waktu masih  di bangku SD dulu,  sekitar awal tahun 1990an ada pariwara tv  dengan tagline Visit Indonesia Year, kalau enggak salah di tahun 1991 gitu deh. Sekarang malah yang tampaknya yang gencar promoin wisatanya di tv-tv nasional malah Malaysia dengan taglinenya Truly Asia. Padahal, Indonesia itu enggak kalah cantik sama Malaysia. Tapi semakin sini kok sepertinya semakin sepi dengan promosi wisata, ya? Indonesia sebagai negara denga garis pantai terpanjang di dunia ini, bukan melulu soal Bali aja, kok. 
Masih ada Taman Laut Bunaken di Sulawesi Utara, Taman Komodo yang juga punya taman laut yang mempesona. 

Gambar ngambil dari sini
Atau suasana sunrise yang eksotik seperti di Laguna Pari, Banten. Cantik, ya. Enggak kalah sama pantai Phuketnya Thailand. Ngomongin Indonesia yang cantik (ehm) bukan cuma soal laut juga.  

Masih ingat adegan Frodo saat mencuri cincin dari Gollum dan adegan kejar-kejaran yang seru dalam film The Hobbits? Nah, gambar berikut bukan setting film tersebut. Lalu, di mana, dong?
Gambar diambil dari sini


Gambar ngambil dari sini


Nah, gambar di atas adalah bagian dari gua Pawon, yang terletak di Citatah, Padalarang, kabupaten Bandung.  

Jangan lupakan pesona kulinernya. Masih inget pelajaran sejarah dulu? Belanda dengan VOC alias kompeninya juga doyan dengan sensasi rempah-rempahnya tanah air.  Ngomongin soal makanan, jangan lupakan rendang makanan khas dari ranah Minang ini nangkring di urutan ke-11 sebagai makanan terenak di dunia. 


Gambarnya nyulik dari sini
 Coba jelajah kuliner di negeri para Meneer, enggak bakalan repot nemuin gerai makanan khas Indonesia berikut toko-toko yang menyediakan aneka bumbu dapurnya. Kalau Malaysia bangga dengan tagline Truly Asianya, atau Thailand pede dengan  Amazing  Thailand lalu Indonesia punya apa, ya? Ah, ya dulu kita pernah punya tagline "Wonderful Indonesia" tahun 2011. Tanpa bermaksud 'nyela' yang sudah cape-cape mikirin ide ini, sepertinya kurang catchy. 

Saya bilang sih, Indonesia itu kaya.  Kita punya candi Borobudur,  Wayang, Angklung  yang diakui sebagai warisan dunia. Kita juga punya kekayaan tambang seperti Emas di Freeport atau Gas di Natuna dan Cepu dengan kualitas terbaik. Udah kayak di surga aja deh. Bisa dibilang Palu Gada, Apa yang Elu Mau, Gua Ada. Belum lagi keragaman bahasanya yang entah ada berapa kalau diinvetarisasi.  Kalau kasih nama "Paradise" entah, ya. Secara  kita sendiri belum pernah lihat seperti apa Surga itu. 

Saya ngusulin nih, gimana kalau kita mengusung tagline Dreamland of Asia.  
Kalau menurut kamu, gimana?






Share:

Tuesday 27 August 2013

Antara Borobudur dan Angkor Wat


Apa hubungannya antara candi Borobudur dan candi Angkor Wat? Saya langsung garuk-garuk kepala, bingung deh. Boro-boro ke candi Angkor Wat, ke candi Borobudur aja belum, tuh.

What???
Hus, biasa aja, enggak usah lebay gitu. Iya, saya emang belum nyambangin Borobudur tuh.  *tutup muka*
Nah, topik hari dua lomba blog #10daysforasean sekarang adalah tentang candi Borobudur yang ternyata punya kemiripan relief dengan candi Angkor Wat.

Gambar nyulik dari sini

Salah satu relief candi Angkor Wat. Gambar nyulik dari sini
Eh, gimana ceritanya, ya?
Candi Angkor Wat sendiri baru didirikan 3 abad kemudian setelah Borobudur. Borobudur didirikan oleh dinasti Sailendra pada masa bertahtanya raja Samaratungga sekitar tahun 824 masehi. Borobudur ini baru selesai pada masa pemerintahan ratu Pramudawardhani puteri dari Samaratungga.

Nah, melipir sedikit ke Kamboja,  Angkor adalah ibukota kerajaan Khmer yang dimulai pada tahun 802 masehi. Pendirinya adalah raja Hindu Jayawarman II. Eh, nampak terdengar satu rumpun, ya? Setelah ngulik sana-sini ternyata eh ternyata, Jayawarman II pernah tinggal di Jawa pada masa dinasti Sailendra. Entah untuk alasan apa doi tinggal di sana. Pengaruh kultur budaya Jawa ini sepertinya 'nempel' sama Jayawarman. Selain klaim dewa raja, nuansa Jawa juga mempengaruhi gaya candi Angkor Wat pada masa berikutnya.

Nah! mulai terlihat benang merahnya, ya. Meski pendiri kerajaan Angkor adalah Jayawarman II, candi Angkor Wat sendiri baru didirikan pada masanya Suryawarman II. Meski pada awalnya ditujukan sebagai tempat pemujaan Hindu, fungsi candi Angkor Wat ini bergeser menjadi candi Budha pada masa Jayawarman VII. Ini bisa dilihat dengan adanya relief Budha pada candi Angkor Wat.

Coba  perhatikan, saya nyaris terkecoh membaca nama-nama raja kamboja ini. Sekilas kok malah seperti naam raja-raja Jawa, ya? Apakah nenek moyangnya satu rumpun? Saya jadi ingat pelajaran sejarah waktu SMU (saat kurikulum tahun 1994 berlaku, SMA sempet diganti namanya jadi SMU, akronim yang ga asyik kedengerannya).

Ada beberapa teori tentang asal usul nenek moyang bangsa Indonesia. Salah satunnya adalah teori yang menyebutkan kalau nenek moyang kita itu berasal dari Yunan. Teori lain menyebutkan kalau ternyata nenek moyang bangsa Indonesia itu asli penduduk Jawa dan sederet teori lainnya. Menariknya, Teori Yunan  ini juga bilang kalau bahasa Melayu satu rumpun dengan bahasa Champa (Kamboja). Pendapat lain yang mendebat teori menyanggah dan menganggapnya sebagai suatu kebetulan saja.  Bangsa Indonesia bersal dan berkembang dari Nusantara. Well, soal ini bukan domain saya buat membahasnya. Yang ada saya bisa kena jewer ahli sejarahnya.

Sebenarnya, bukan cuma Borobudur dengan Angkor Wat saja yang mempunyai kesamaan. Sebutlah candi Sukuh yang punya kemiripan dengan piramida suku Aztec  yang di Mexico. Perlu waktu yang lumayan lama untuk menghubungkan dua kawasan, itu ya. Entah teknologi seperti apa kalau ternyata pada masa itu sudah terjalin komunikasi dari dua kawasan yang berjauhan ini.

Jadi, apakah bangsa Indonesia dan bangsa Kamboja berasal dari nenek moyang yang sama? Atau apakah bangsa Indonesia pada masa itu sudah mempunyai wilayah kekuasaan yang luas? Sebagai reminder, dinasti Sailendra berkuasa pada masa Mataram lama dimulai pada tahun 752 Masehi sedangkan Majapahit baru muncul sekitar tahun 1293. Jauh sebelum Gajah Mada bersumpah menyatukan Nusantara. Seperti yang disebutkan batasan wilayah imperium Majapahit diantaranya adalah Thailand, Laos, Myanmar, Kamboja (Champa) dan Vietnam.

Yang jelas, seperti sudah saya ceritakan di atas, pendiri kerajaan Angkor, Jayawarman II pernah menetap di Jawa pada masa dinasti Sailendra berjaya. Jadi, ada apa, ya?


    
Share:

Monday 26 August 2013

Kalau Salon Thailand Menyerbu

Let's talk about love, eh Thailand.

Thailand? Coba, apa yang wara-wiri di benak kita ngomong soal Thailand? Gajah?  Phuket? Pagoda, kulinernya yang ekstrim (uhuk) atau masih inget gadis-gadis cantik yang menari lenggak lenggok di videoklip Black or Whitenya  mendiang Jacko?

Gambar nyulik dari sini

Is black... or white...
Is black... or white... 
yeah yeah....


Eh, malah konser. Hus! Maaf enggak ada receh :D

Kembali ke topik.

Nah ngomongin soal cantik nih, identik dengan kosmetik atau serangkaian perawatan tubuh, dari jedat sampai jempol kaki. From Head to Toes. Secara nih seperti yang kita tahu, di Thailand sana bukan perempuannya saja yang berlomba pamer  kecantikan tapi juga ladyboynya itu. Duuh, jangan terkecoh, ya. Syerem!

Biasanya pembawaan orang Indonesia itu latah, enggak 'gaul' kalau enggak ikut trend yang lagi booming. Terus, kalau tiba-tiba yang jadi booming di Indonesia itu yang berbau  Thailand, gimana ya? Lalu booming itu dikemas dengan bisnis Waralaba.
Bisanya nih, waralaba itu identik dengan restoran ya, menjamur dari Sabang sampe Merauke, dari roti sampai Ayam dengan aneka remeh temehnya. Jangan bayangkan waralaba dari Thailand yang bakal menyerbu Indonesia itu waralaba kuliner ekstrimnya itu. Sepertinya enggak akan laku.

Lalu, apa dong?
Salon! Iya, salon. Gimana kalo yang rame-rame buka waralaba di Indonesia itu gerai salon dari Thailand? Tentu saja namanya juga waralaba,  jadi standarnya juga enggak akan asal. Mulai dari produk, standar pelayanan sampai tenaga profesionalnya yang diimpor langsung dari Thailand sana.

Terbayang enggak, kalau kapster salonnya ganteng setengah hidup (setengah mati berarti setengah hidup, dong? iya enggak? hehehehe...) mirip dengan eks penjaga gawang Persib Kosin Hathairattanakool (Yeh, mentang-mentang bobotoh, masih aja kepikiran ke situ). Tentu saja pelanggan yang datang bukan berarti disulap, sim salabim! Berubah  cantik nian mirip Yingluck Shinawatra atau Tata Young. Sekedar tambahan info nih, Yingluck Shinawatra itu adalah Perdana Menteri Thailand. Beliau juga adalah adik dari mantan Perdana Mentri Thaksin Shianwatra, dan diusianya yang menginjak 46 tahun itu tetap charming. Ehm!

Gambar nyulik dari sini
Coba deh, blogwalking atau colek-colek Om Google, secantik apa sih wanita-wanita Thailand. Tanpa bermaksud menafikan kecantikan wanita-wanita Indonesia, tapi naluri wanita selalu pengen ngulik soal yang satu ini.

Eh, Apa kabarnya dong salon lokal yang sudah ada duluan? Padahal Indonesia adalah pasar yang empuk buat dibidik waralaba asing. Menurut Asosiasi Franchise Indonesia, pertumbuhan waralaba asing di Indonesia ada di angka 6-7  %, lebih tinggi dari waralaba lokal yang berkisar di angka 2 % saja.


Tapi, sebentar mas Bros, mba Siss (jamak alias plural ceritanya, jadi ditambahin 's'. Penting, enggak, sih? :D)
Seperti yang sudah saya bilang sebelumnya kalau bisnis waralaba asing di Indonesia itu didominasi oleh restoran. Ya, ada sih memang waralaba  salon ber-merk asing. Marie France Bodyline, contohnya. Itu pun identik dengan program pelangsingan tubuh. Sementara ini, Salon yang tergambar dibenak saya itu perawatan rambut, wajah, tubuh atau pedi meni dan aneka spa. Belum lagi salon-salon khusus muslimah sudah banyak bermunculan, membuat para  muslimah merasa lebih aman dan nyaman untuk mendapatkan jasa perawatan salon ini.

Nah, logika saya yang sederhana nih, kalau saya jadi pemilik salon lokal, saya enggak mau kalah bersaing dong. Mungkin saya bakal berpikir ulang kalau harus menggelontorkan anggaran untuk membeli hak waralaba. Mending buat ekspansi usaha aja. Ilmu bisa didapat dimana saja, kan? Kalau ternyata rahasia kecantikan dari Thailand itu menggempur bisnis kecantikan, saya bakalan ngulik buat cari tahu apa saja sih formula khas Thailand. Lalu saya juga bakal menseting tampilan salon saya dengan nuansa Thailand. Mulai dari bahan baku,  furniture sampai dandanan kapsternya. Tapi enggak tega juga sih kalau membayangkan kapster salonnya memakai sunting ala Thailand yang mirip pagoda itu, ya. Duh, kebayang berat dan pusingnya :D

Namanya juga trend, pasti ada pasang surutnya, ada musimnya. Satu trend bakal diganti dengan trend lainnya yang lebih inovatif. Jadi, nyontek sedikit dari iklan sebuah Mie, ni, "Kembali ke Selera Asal, Pulanglah ke Nusantara". Ramuan khas Indonesia enggak kalah patennya juga. Saya sih udah enjoy dengan 'menu' khas salon langganan saya. Hehehehe.. Padahal, jujur aja saya itu jarang banget ke salon. *buka kartu*

Loyalitas enggak akan kemana kalau para pengelola salonnya inovatif dan kreatif. Masih banyak rahasia alam Indonesia yang belum kita gali. Lagi pula orang Indonesia itu kreatif,  kok. Jadi, bersaing dengan salon waralaba dari Thailand? Ah, siapa takut.







Share:

Friday 23 August 2013

Cinta untuk bumi Kinanah : Sepenggal Cerita dari Bale Asri

Malam itu, ponsel saya bergetar lembut. Rrr...... Ada pesan masuk. Seorang teman memberi tahu saya kalau hari Kamis, tanggal 22 Agustus akan digelar acara monolog dan konser peduli Mesir sekaligus penggalangan dana yang akan digelar di Bale Asri PUSDAI. Beberapa nama di dalamnya sudah familiar buat saya, penyanyi religius Opick dan Ebith Beat A salah dua diantara pengisi acaranya. Noted! Saya pengen dateng meskin acaranya diagendakan dimulai jam 19.30-21.30. Singkat saya dapat exit permit meski nonton sendirian. Solusinya, saya dijemput pulang oleh kakak saya usai acara. Asyik!


Nah, hari itu, saya datang lebih awal. Menjelang maghrib, saya sudah datang di TKP. Belum banyak terlihat pengunjung sepertinya, kecuali panitia yang saya kenali dari ID Card yang mereka pakai. Entah apa pasal, saya memutuskan untuk menunggu acara sambil duduk-duduk di halaman Masjid, alih-alih 'nge-tag' posisi di Bale Asrinya langsung. Eh, menjelang jam 19.00 saya mengenali seorang jamaah yang menyambangi masjid. Reuni kecil, ngobrol sebentar ngalor-ngidul dan temannya yang datang barengan  petang itu tertarik ikutan nonton. Nah, asyik yang kedua, saya punya temen nonton nih. Yipiiiii... 

Selesai shalat Isya, kami bertiga menuju lokasi dan sudah banyak pengunjung yang hadir. Saya disapa salah satu panitia yang memberi kantung plastik berisi air mineral dan tissue. Ini Asyik yang ketiga, setelah sebelumnya petugas penitipan tidak bisa menerima titipan sepatu/sandal,  kantung plastik ini bisa jadi solusi. Riskan kalau membiarkan sandal di belakang. Bakalan repot nantinya pas pulang nanti mencari sandal diantara 2000-an alas kaki pengunjung lainnya. 


Acara yang sedianya dimulai jam 19.30 ternyata molor setengah jam. Tepat jam 20.00 Acara dimulai. Dengan perangkat suara yang apik, Layar  Raksana di sisi kiri panggung menyajikan slide dengan latar beberapa ayat dari surah Yusuf. Nah, bumi Kinanah itu bukan sekali ini saja direcoki aroma iri dengki. Bahkan Nabi Yusuf as sekalipun, mengalaminya. Itulah, mengapa Ayahanda Nabi Yaqub  as melarang Yusuf untuk menceritakan mimpinya."Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan)mu. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia".

 Potongan slide berputar, disambung dengan Pidato Presiden Mursi saat pertama kali dilantik sebagai presiden Mesir. Rambut halus di lengan saya terasa berdiri. Setelah itu, lampu stage meredup. Kali ini Kang Nugi, mantan penyiar radio MQ muncul ke pentas membacakan monolog surat Mohammad El Beltaji untuk putrinya, Asma. Untuk yang satu ini, saya rasa teman-teman semua sudah banyak yang tau, ya? Ada banyak 'postingan' yang wara-wiri di beranda jejaring sosial facebook. Kutipan terakhir dari surat Betalji itu yang menyentuh hati, "Aku tidak akan mengucapkan selamat tinggal kepadamu. Kita akan segera bertemu dengan Nabi kita tercinta dan para sahabatnya di Tepian Telaga Surga Kautsar dan itu adalah pertemuan dimana kita bisa memliki satu sama lain."

Nah, setelah kang Nugi, giliran kali ini giliran ustadz Yusuf Burhanudin Lc yang hadir di stage. Saat itu, beliau mengenang saat pertama kali menjejakan kakinya di Mesir, 9 September tahun 1999. Ada rasa cemas yang mnggelayut, dengan bekal yang tersisa 40 dolar (kurang lebih empat ratus ribu) apakah akan cukup untuk 9 orang yang ada? Allah maha Baik, bukan untuk hitungan mingguan, tapi bahkan sampai 8 tahun lamanya beliau dan teman-teman bisa bertahan di Mesir dan menyelesaikan kuliahnya. Atas kebaikan warga Mesir, beliau dan teman-teman tidak pernah luput dari perhatian dan kasih sayang warga di sana. Bahkan mereka menanyakan dimana mahasiswa Indonesia saat akan memberikan sembako. "Mana orang Indonesia? Mana orang Indonesia?". Saat itu, satu janji dipegang teguh. Akan selalu menyayangi Mesir, sekalipun ia termasuk mereka yang membantai. Tidak ada nada dendam yang saya tangkap malam itu.  Allah tidak pernah tidur, pertolongan Allah untuk Mesir pasti akan datang 

Edcoustic yang hadir ke pentas kemudian.  Edcoustic membuka penampilannya dengan lagu favorit saya. Jalan Masih Panjang disusul dengan Muhasabah Cinta. Saya nyengir mendengar lagu kedua ini. Kalau pernah patah hati, pasti familiar dengan lagu ini. Halah, kok, malah curcol, ya? :D


Selesai pentas Edcoustic, ustadzah Mimin Aminah dengan lemah lembut suaranya sanggup menggetarkan pengunjung. Saya merinding dibuatnya. Saat kita menyaksikan ribuan rakyat Mesir meregang nyawa, kekejaman dan penindasan militer yang menyiksa saudara-saudaranya sendiri, yakinlah kalau Allah ada untuk kita. Kita mempunyai doa sebagai senjata orang Muslim. Saat tubuh terluka, saat darah mengalir, saat  musuh melancarkan tipu daya, Allahlah pembalas makar terbaik.  Saat Mesir dibantai, tanpa kita sadari, Aqidah kita juga terancam. Tepukan halus beliau menyapa hadirin. "Apakah diantara kita ada yang belum shalat ghaib? Apakah diantara kita sudah ada yang mendoakan saudara-saudara kita di Mesir? Kalau belum, berdoalah, karena itu pertanda lemahnya iman. Semoga Allah memberikan kesempatan kepada kita untuk mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri."

Kang Hari BPM melanjutkan acara malam itu dengan mengajak pengunjung untuk bersenandung Istighfar. Lagu yang sudah cukup familiar buat kita semua. Astaghfirullah Raba Barayaa Astaghifirullah minnal Khothaaya.... AH siapa yang tidak 'ngeh' dengan lagu ini? Silahkan digoogling :)

Nah, usai Kang Hari, giliran Ustadz Hilman Rosyad yang muncul ke pentas panggung. Beliau bercerita, ada empat negara Islam yang ditakuti barat. Siapa saja mereka? Ada Mesir, sebagai Ummu Dunya, atau Ibunya dunia. Lalu Saudi Arabia  yang dilemahkan barat dengan menciptakan sistem monarkhi dalam pemerintahannya, Turki sang pemegang khilafah yang dilemahkan dengan paham sekulernya dan terakhir Indonesia. Ah, sudah tahu sendiri, kan, dengan apa negeri ini dilemahkan. Hiks....

Itulah, saat ini, kita sebagai bangsa Indonesia membutuhkan Allah, butuh pertolongan Allah untuk mengeluarkan negeri ini dari keterpurukaannya. Beliau mengajak kita untuk mengingat kembali isyarat dari Rasulullah saw. Kita akan ditolong Allah kalau kita mau membantu saudaranya. Ya, Mesir salah satunya. Bayangkan, jika 4 negeri ini ini bisa keluar dari cengkraman barat!

Selesai ustadz Hilman turun dari stage, tiga orang personil naik ke panggung. Satu dengan gitar, satu personil membawa perkusi dan sau lagi dengan dandanan ala DJ. Ah, siapa lagi kalau bukan Ebith yang tampil? Lagu Dina Amparan Sajadah dkemas dengan irama sudanese yang apik dilanjutkan dengan lagu doa untuk orang tua dan Ya Rabi Ya Mustafa mengajak pengunjung bernyanyi bersama dengan pembawaannya yang enerjik. Malam itu, Ebith menawarkan satu jersey timnas Indonesia untuk dilelang. Hasil dai penjualan jersey itu akan disumbangkan untuk penggalangan dana untuk Mesir. O, ya sebelum Ebith pentas, petugas berkeliling diantara pengunjung untuk mengumpulkan dana.  Semoga sedikit banyak dana yang terkumpul akan menjadi saksi sebagai bukti cinta kita pada saudara kita, yaaa. Aamiin.

Selesai Ebith menghentak stage dengan penampilannya, lampu kembali meredup. Sedianya, malam itu panitia akan mngadakan interaksi langsung dengan ustadz Nandang Burhanudin Lc langsung dari Mesir  via Facebook atau Skype sehingga kita bisa berinteraksi langsung dengan 'face to face'. Sayang sekali, karena pihak Militer memblokir akses internet, akhirnya interaksi malam itu hanya bisa dilangsungkan via HP - itupun kabarnya  komunikasi jalur telepon juga diawasi -  yang diperdengarkan dengan bantuan mic. Saya kurang bisa menangkap pembicaraan yang kurang jelas, tapi intinya,  beliau menyampaikan bantuan  berupa materi dan doa akan sangat berarti sekali bagi saudara-saudara kita di sana. 

Sebelum Opick hadir menutup acara, Gus Oong naik ke stage dengan membawakan monolognya. 
.....
Kenapa kah para binatang masih punya cinta dan kasih sayang
Kepada sesama binatang
Tanpa membatas kehidupan dengan politik dan agama
Mesir, kenapa kamu, Mesir?
Mesir Sungguh kamu memalukan
Agama kalian  dibuat  kemana?
Allah kalian dibuat kemana
....
Mesir, darah dagingmu yang terkoyak
Dalam pembantaian yang membabi buta
Atas nama apa dan demi apa?
Mesir, banjir darah...
Darah dagingnya sendiri
Mesir
Setan mana yang memperdayakan kalian?
Mesir, Mesir...
Kalian memalukan peradaban manusia

Yaa Manan Yaa Hanan yang dibawakan Opick sepertinya menjadi penutup acara. Saya dan teman mencuri start duluan untuk keluar dari arena. Dengan 2000an pengunjung yang hadir, saya mencari aman untuk terhindar dari desa-desakan. 
Malam itu, langit di atas Bandung cerah, menyambut doa yang mengangkasa untuk sadara-saudara di Mesir. Di sini langit b egitu bersih, cerah dengan gemintang mengintip dengan sinarnya yang cemerlang. Semoga Langit yang sama juga akan hadir di bumi Kinanah. Aamiin ya Allah.
Share:

Friday 2 August 2013

Naluri Batita

Sabtu dua pekan lalu, akhirnya saya mengunjungi lagi sekolah. Kangen berat  sama temen-temen di sana sekalian mau nengok bu Dida (guru) yang sedang sakit. Apalagi temen saya, Dadi, janj mau bawa anaknya, Danish. Bocah lucu 1,5 tahun yang ketika masih usia bulanan suka saya timang-timang di sekolah. Kadang, saya usil nngajarin bahasa planet yang ditanggapin lain sama Danish. Hasilnya? malah seperti mempermainkan ludah. Sukses deh bikin Dadi, temenku itu protes berat. Hehehe.

Kembali, ke topik. Setelah kangen-kangenan dengan guru-guru di sana, akhirnya Aku dan teh Imas meluncur menuju rumah bu Dida, sementara Dadi karena rempong harus menggendong Danish dibonceng Dini menuju TKP. 

Nah, sebelumnya, waktu masih di sekolah, saya susah payah membujuk Danish bair mau digendong. Ih, jual mahal banget! Lupa kalau dulu nurut aja aku gendong-gendong. (Ya iyalah, batita gitu lho :D).

Satu waktu, saat jeda di tengah obrolan kami berlima, saya iseng menunjukan foto keponakan saya, Azka yang berusia 4 tahun, yang jadai screen image hp saya. Eh, ternyata gara-gara foto ini sukses membuat Danish nurut mau digendong saya. malah mulai ngoceh dengan bahasa planetnya.

"Teteh..." tunjuknya sambil mencium layar hp saya.
Ampuuun. Bocah sekecil itu udah tahu aja mana yang cantik.
"Di, siapa yang ngajarin Danish?" tanya saya.
"Yeeeh, itu mah naluri alamiah kali. Aku ga ngajarin kok teh. Awas ah, nanti hpnya dibanting Danish," Dadi mengingatkan saya.

Saya cuma nyengir. Duh, jangan sampe  saya belanja gagdet belum saatnya. 



Share: