Thursday 17 February 2022

Mausoleum Keluarga Ursone dan Jejak Sejarahnya di Bandung

Ngomongin Bandung tempo doeloe yang mungkin selalu teringat adalah keberadaan bangsa Belanda saat awal-awal kota ini dibangun. Tapi pernah bayangin ga, kalau ternyata ada bangsa Italia yang pernah tinggal di sini dan punya pengaruh besar dalam perkembangan  sejarahnya? 

Mereka adalah Ursone Fam alias keluarga Ursone. Awalnya saya juga ga ngeh dengan keberadaan mereka. Padahal jejak sejarah mereka cukup familiar. Misalnya saja kafe BMC di jalan Penata Yudha atau observatorium Boscha di Lembang.

Jadi gini ceritanya.
Berawal dari napak tilas sejarah yang saya ikuti beberapa waktu lalu bersama teman-teman komunitas Aleut, saya jadi tau sejarah mereka sampai kemudian mengunjungi makamnya yang ga kalah unik. Berbeda dengan makam orang Belanda atau orang Cina misalnya. Makam mereka berbentuk mausoleum.

Buat penggemar bersejarah, mengunjungi salah satu bangunannya bisa menjadi keasikan sendiri. Apalagi kalau bisa ketemu langsung dengan kuncen atau penanggung jawabnya. Bisa betah ngobrol lama-lama. ngulik a sampai z apa pun yang terkait dengan bangunan itu. Bisa orangnya atau peristiwanya.

Pertanyaan selanjutnya gimana kalau wisata sejarahnya ke makam? Agak beda ya :) Kalau diajak jalan-jaan ke makam lainnya belum tentu saya mau.

Seperti yang kita ketahui kalau makam di Indonesia punya imej yang identik dengan nuansa seram dan mistis. Bulu kuduk tiba-tiba terbangun, siaga penuh saat lewat ke sini. Betul? Jangankan malam, mungkin kalau siang hari pun sudah males, sebisa mungkin ga usah lewat. Yang kebayang adalah suasana melow atau perasaan gloomy yang ikut hadir. 

Untuk sampai ke sini, jalur masuk yang termudah adalah ke TPU Pandu di gerbang selatan. Kalau datang dari arah Cimahi, masuk ke jalan Pandu (sebelum Istana Plaza). Dari sini lurus sampai mentok, ketemu pintu gerbangnya. 

Dari pintu masuk, jalan beberapa meter ke sebelah kanan. Walau agak terhalang bangunan makam lainnya, mausoleum Ursone ini mudah dikenal karena bentuknya yang unik, beda dari ribuan makam lainnya yang ada di sini. Feel free buat nanya sama petugas makam di sana. Mereka akan dengan senang hati untuk menunjukkan lokasinya.

Di dalam mausoleum ini bersemayam 7 jenazah anggota keluarga Ursone yang nama-namanya tercantum dalam ukiran dalam pahahatan di bagian luar bangunannya.

Mereka adalah:
MG Ursone, PA Ursone, Antonio Domenico De Biasi,, AC Ursone, A Ursone, G.M Ursone, Dr. C.G Ursone dan J.A.G van Dijk.

Tanggal kelahiran dan kematian mereka terpahat pada kedua sisi musoleum yang diapit dua patung perempuan yang mengekspresikan kedukaan.
dokumen pribadi

Yang unik dari cara penulisan alamanaknyaa dalah seperti bilangan pecahan (kecuali untuk penanggalan pada informasi J.A.G van Dijk).

Misal untuk info mengenai M.G Ursone. Begini cara membacaranya:
  
Lahir pada tanggal 23 April Tahun 1839 dan Meninggal pada tanggal 1 September 1997. Gampang saja untuk menentukan mana bilangan yang mewakili tanggal ada angka yang ditulis sebagai pembilang menentukan tanggal dan yang ditulis sebagai penyebut adalah bilangan yang mewakili bulan. Karena jumlah bulan dalam setahun hanya 12, kan? Angka tahun diapit uang bilangan seperti pecahan itu tadi.

Jadi gimana, sudah bisa membaca informasi kelahiran dan kematian keluarga Ursone yang lainnya? Pasti bisa. Yakin :)
dokumen pribadi

Di bagian atas mausoleum ini terdapat tulisan berbahasa latin, Orate Pro Nobis yang artinya doakan kami. Beberaapa teman saya berani masuk ke dalam  bangunan kecil ini. Saya sempat masuk sebentar  dan cob mengira-ngira bagaimana jenazah-jenazah mereka ditempatkan di sini. Ada yang tau? Boleh cerita di komentar, ya.


Keluarga Ursone datang ke Bandung pada akhir tahun 1890an. Mereka membuka usaha pemerahan susu sapi di Bandung pada tahun 1895 Lalu pada tahun 1920an (cek) keluarga Ursone dikenal sebagai pengusaha susu di Lembang dengan nama Lembangsche Melkerij Ursoe dan mendirikan koperasi yang dikenal dengan nama Bandoengsche Mellk Centrale (atau BMC) untuk mendistribusikannya. 

Sampai saat ini keberadaan BMC masih bisa kita jumpai di jalan Penata Yudha  Bandung (pertigaan jalan Aceh - Wastukancana)
sumber foto: bandungklik.com

Awalnya jumlah sapi yang mereka miliki cuma ada 20 ekor. Ke-20 sapi yang diimpor ini kemudian berkembang biak menjadi 250 ekor sapi, hingga  bisa memproduksi susu sampai ribuan liter. Coba bayangin, ribuan liter susu itu bukan hanya didistribusikan di Bandung saja tapi juga ke luar Bandung. Untuk pengiriman ke luar kota! susu-susu ini berangkat dari Bandung sore hari agar bisa diterima oleh pelanggan di kota tujuan pada pagi hari. 

Bisa dibayangin ga gimana teknik pengemasan mereka untuk mempertahankan kesegaran susunya agar tidak cepat basi pada masa itu?

Untuk pelanggan tetap di Bandung sendiri, salah satunya adalah hotel Savoy Homann. Hubungan kedekatan mereka juga bukan sekadar penjual dan pelanggan. Di waktu tertentu keluarga Ursone mementaskan kepiawaian mereka memainkan alat musik di gedung Savoy Homann.
sumber foto: https://id.pinterest.com/pin/835558537089600323/

Sebagai orang Italia tulen, mereka juga dikenal sebagai pengusaha marmer. Dulu mereka perah punya toko marmer yang berlokasi di jalan Banceuy. Sayangnya toko ini sudah tutup. Tapi kalau kalian masih punya buku yellow pages coba cari di direktorinya. Ada toko marmer bernama Carara yang tercantum di sana. Ada yang masih punya yellow pages ini? Kalau masih punya jangan dibuang. Sayang. Mungkin satu saat bisa jadi mahal, lho. 

Bisa dibilang keluarga ursone ini adalah taipan besar di Bandung pada masanya. Selain memiliki bisnis perkebunan dan pengolahan susu, keluarga Ursone memiliki sejumlah tanah yang luas di Bandung. Salah satunya adalah sebidang tanah yang sekarang jadi lokasinya observatroium Bosscha. Keluarga Ursone menghibahkan tanahnya ini untuk kepentingan penelitian astronoi. Entah apa yang terjadi kalau saat itu keluarga Ursone tidak menghibahkan tanahnya.Mungkin kita ga akan kenal dengan film Petualangan Sherina, ya.
foto: https://bosscha.itb.ac.id/

Peninggalan keluarga Ursone lainnya di Bandung yang masih bisa kita saksikan adalah Baru Ajak. Lembang. Lokasinya ga jauh dari observatorium Bosscha. Sekarang tempat ini dijadikan sebuah kafe. Menu makananya cukup beragam mulai dari yang lokal sampai western.

Kalau di dalamnya bernuansa Bandung tempo dulu dengan nuansa ala rumah nenek, di bagian luar kita bisa menyaksikan arsitek eksteriornya yang bergaya art deco. Walau sudah  tua, pemeliharaan yang apik dri gedung ini membuat penampilan gedungnya tetap menyenangkan mata.
dokumen pribadi

dokumen pribadi

dokumen pribadi
dokumen pribadi


dokumen pribadi

Balik lagi ke lokasi makam TPU Pandu ini, selain mayoritas jenazah yang dikuburkan di TPU ini adalah  orang-orang Cina, di tempat ini juga bersemayam orang-orang Belanda lainnya yang juga menorehkan catatans ejarahnya di Bandung. Antara lain ada C.P Wolff Schoemaker, seorang arsitek Belanda yang juga guru besar ITB (sebelumnya dikenal Technise HogeSchool Bandoeng). Gereja Katedral yang ada di jalan Braga (dekat gedung Bank Indonesia Bandung) adalah salahs atu contoh karyanya.
dokumen pribadi

Ngomongin soal Belanda dengan seni arsitek art deconya adalah hal yang berbeda dengan penjajahan. Para arsitek bergaya art deco ini punya spirit berbeda dengan pemerinttah Hinda Belanda. Saya pernah nulis ceritanya di sini:


Selain makam C.P Wolff Schoemaker juga ada makam seorang peneliti sosiologi pada  zaman Belanda,  Raymond Kennedy dan dr. Henedrik Alaxander Rotinsulu yang namanya diabadikan jadi nama rumah sakit paru-paru di kawasan Ciumbuleuit.
dokumen komunitasaleut.com

dokumen pribadi

dokumen pribadi

Kalau mau ngulik dan lihatin satu persatu makam di TPU Panu ini masih ada pusara tokoh-tokoh lainnya yang punya peran penting dalam sejarah di Bandung. Bisa betah kalau sambil nyimak cerita mereka seperti bagaimana akhir hidup Prof Schoemaker yang jadi mualaf atau nasib tragis Raymond Kennedy yang pernah bekerja sebagai agen inteligen, lalu jatuh cinta pada budaya Indonesia dan memutuskan jadi sosiolog.

Kalau  jeli memperhatikan, tidak jauh dari komplek ini juga ada pemakaman khusus Erelveld yang dibangun pada zaman permerintahan presiden Soekarno. Di sini dimakamkan jenazah tentara KNIL dan keluarganya juga masyarakat sipil yang jadi korban pada masa perang dunia kedua. Soal komplek pemakaman Ereveld bakal saya ceritain di tulisan berikutnya. Sebagai teasernya, saya kasih lihat foto pemakamannya yang asri seperti makam-makam pahlawan di Eropa.
dokumen pribadi


Share:

0 Comments:

Post a Comment

Silakan tinggalkan jejak di sini, saya bakal kunjung balik lewat klik profil teman-teman. Mohon jangan nyepam dengan ninggalin link hidup. Komentar ngiklan, SARA dan tidak sopan bakal saya delete.