Tuesday 1 December 2020

Mengenal 4 Pilar MPR dan Mengaplikasikannya Dalam Keseharian

Kalau mengalami masa-masa sekolah tahun 90an, teman-teman pasti familiar dengan mata pelajaran PKn atau mata kuliah Pancasila kalau di kuliah semester satu. Masa-masa segitu, tiap ketemu pelajaran atau mata kuliah ini biasanya ga jauh-jauh dari yang namanya butir-butir pancasila yang ada 36 butir. Dari sila satu sampai terakhir. 

Kalau dikasih soal pas ujian ga boleh salah. Harus persis sama. Dulu saya sempat hafal lho juga sebagian isi UUD 45 (sebelum diamandemen).

Sekarang? Duh, udah pada menguap :)

https://www.catatan-efi.com/2020/12/mengenal-4-pilar-mpr.html

Sebagai reminder, ini lho poin-poin dari 4 Pilar MPR :

1. Pancasila

2. UUD Negara Republik Indonesia 1945

3. NKRI (Negara Kesatuan republik Indonesia)

4. Bhineka Tunggal Ika.

Beberapa waktu lalu, dalam rangkaian acara yang digelar oleh MPR yang melakukan kunjungan ke Bandung, saya barengan temen-temen yang hadir di sini membahas lagi soal ini. Beberapa peserta bisa menyebutkannya dengan benar namun urutannya ada yang kebalik. Ice breaking yang dilakukan oleh Raja yang didaulat sebagai MC lumayan bikin melek. Jangan sampai pas ditunjuk eh salah. Ya, kan? malu soalnya :)

Sesi yang bikin deg-degan itu untungnya cuma sebentar. Obrolan hari itu menghangatkan suasana saat hembusan ac lumayan bikin merem melek mata. 

Roadshow MPR dalam rangka sosialisasi 4 Pilar MPR ini adalah kali keempatnya. Setelah tahun 2016, 2018 dan 2020 kemarin. Dalam acara ini jumlah blogger ga banyak mengingat situasi pandemi yang mengharuskan penerapan protokol kesehatan dengan ketat. Selain jarak duduk yang sudah diatur, peserta juga menggunakan masker. Untuk snacking selama acara ada petugas dari Trans Hotel yang siap melayani kami. Insya Allah aman, ya.

Acara pertama dibuka oleh Ibu Siti Fauziah, Kepala Biro Humas dan Sistem Informasi MPR . Dalam kesempatan ini beliau meluruskan kembali apa sih 4 Pilar MPR itu dan mengajak para netizen Bandung (juga perwakilan media yang hadir) untuk menyebar luaskan tentang ini.
https://www.catatan-efi.com/2020/12/mengenal-4-pilar-mpr.html

Dalam acara hari itu bukan cuma merefresh lagi pengetahuan saya dan audiens yang hadir soal 4 Pilar MPR ini tapi juga bikin saya serasa memutar masa-masa kuliah dulu. Saat itu pertama kainya UUD 1945 diamandemen dan berlanjut dengan pemilihan presiden secara langsung. Dalam masa pemilihan presiden yang diawali dengan pemilihan wakil rakyat yang juga dilakukan secara langsung saya sempat terlibat jadi relawan yang memantau jalannya pemungutan langsung. 

Jadi inget deh ketika itu saya ditugaskan di daerah Sukahaji, deket Pasar Burung, ga jauh dari Festival City Link. Eh tapi waktu pemilu yang berjalan tahun 1999 saat itu sih mall ini belum ada deh. 

Saya ditungaskan di sini sampai penghitungan suara selesai, dan baru beres jam 11 malam lho. Sambil nahan-nahan ngantuk saya bertahan di situ.  Animo petugas TPS di tempat saya bertugas juga menyenangkan. Selain dijamu untuk makan siang dan makan malam, pas mau salat pun warga di sana dengan senang hati menyiapkan tempat buat saya. Padahal bukan siapa-siapa. Nah pas perhitungan suara itu warga sekitar begitu antusiasnya melihat jalannya perhitungan suara. Walau semakin sore dan beranjak malam, massa yang bertahan semakin surut. Lumayan lelah sih, ya.

Kini setelah 21 tahun berlalu (ternyata cukup lama ya) suasana seperti itu masih kita rasakan. Perbedaan pendapat soal dukung-dukungan pilihan bukan cuma jadi fenomena yang kita amati di sekitar, tapi juga meramaikan dunia sosial media. 

Jadi inget deh sama semboyan Bhineka Tunggal Ika. Kalau dulu perbedaan yang dipahami lebih ke perbedaan suku, agama atau ras, soal beda juga mencakup soal beda pilihan. Waktu pemilu terakhir saya punya pilihan berbeda dengan orang rumah. Berantem? Enggak lah. Buat apa? Toh saya ga sampai disuruh pindah tidur juga gara-gara beda pilihan ini. :D

Berbeda tapi santai itu karena kita sayang. Makanya menurut saya yang namanya rasa sayang ini juga bakal mengalahkan perselisihan yang timbul karena beda itu. Coba deh perhatikan kalau lagi ada penggalangan bencana, kan ga kita tanya-tanya dulu. Kamu agamanya apa? Pilkada atau Pilpres kemarin dukung siapa? Enggak kan?

Dari dara statistik yang terhimpun, Baru 82, 76 juta orang Indonesia yang mendapatkan sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan MPR. Yuk kita dorong biar lebih banyak lagi yang tercerahkan. Sementara itu jumlah penduduk Indonesia saat ini adalah sebanyak 268.583.016 (data bulan Uni 2020). Kurang lebih baru sepertiganya yang baru mengakses informasi sosialisasi 4 Pilar ini. 

Makanya itu tadi, MPR mengajak netizen Bandung untuk mengenalkan 4 Pilar MPR ini ke lebih banyak orang. Ga usah door to door dengan cara klasik jaman dulu. Dengan adanya kemudahan akses media sosial, upaya ini jadi terfasilitasi untuk mewujudkannya.
https://www.catatan-efi.com/2020/12/mengenal-4-pilar-mpr.html


Bu Siti yang juga hari itu ditemani oleh pak Budi Mulyawan selaku Kepala Biro Pemberitaan dan Hubungan Lembaga MPR RI cerita di daerah lain usaha sosialiasi ini sungguh luar biasa. Segitunya dibela-belain, sampai bukan cuma memanfaatkan perahu tapi juga sampai ke daerah yang susah air. Di kota-kota besar di Indonesia, akses lisitrik dan internet memang gampang. Tapi ternyata masih banyak daerah di Indonesia, di mana boro-boro sinyal yang ga stabil, listik pun masih merupakan sesuatu yang mahal, lho.

Dulu kalau bahas soal ini rasanya ribet, rumit. Saya inget becandaan guru PKn saya yang bilang gini: "paling gampang lho nyari jawaban soal PKn itu. Cari aja yang jawabannya paling panjang dan muluk-muluk. Nah itu aja pilih kalau kalian males mikir"

Tapi kenyataannya dalam beberapa kali try out yang saya ikuti di tempat bimbel pas SMA dulu saya ga bisa mendapatkan angka 100 buat soal tes mata pelajaran PKn itu. Ternyata bukan soal muluk-muluk aja sih hahahaha....

Dulu sih terikat penilaian dari guru atau dosen soal ini ya. Saat lepas ke masyarakat, pengaplikasian 4 Pilar MPR ini sebenarnya ga berat dan ga muluk-muluk. Mulai aja dari hal terkecil dan dari diri sendiri. Seperti yang suka dibilang Aa Gym kalau kasih tausiyah. Berbuat kebaikan itu ga harus nunggu orang lain. Lakukan aja dari diri sendiri, dari hal terkecil dari sekarang juga. Rasa males itu yang sebenarnya harus kita kalahkan. Betul?

Contoh lain yang bisa kita lakukan adalah ga menyebar hoax yang sering bertebaran di sekitar kita. Bukan soal agama atau politik, bahkan ketika PSBB tempo hari berlangsung, grup WA RT saya rame sekali membahas video yang ternyata informasinya ada yang hilang. Sikap krtis dari kita akan membantu mengatasi khebohan ga jelas yang ditimbulkan. Caranya juga gampang kan. Cukup stop di kita, jangan disebar. Lalu penyebar hoax ini juga bisa kita kasih tau baik-baik, jangan dibully karena udah menyebarkan informasi yang salah.

Di lain waktu ketika PSBB berjalan berjalan ketat, di lingkungan saya, warganya rame-rame mengumpulkan bantuan baik beruapa uang, beras, telur bahkan sebungkus mie untuk membantu warga terdampak. Tidak ada aturan minimal untuk membantu. Sekecil apapun akan berharga.  Dan seperti yang kita saksikan di berita-berita, upaya saling menggalang danayang beritanya ramai di tv dan media sosial menghangatkan hati dan bikin haru. Ah, semoga saja setelah wabah ini berlalu, kepekaan sosial kita tetap terjaga dan makin terasah ya.
https://www.catatan-efi.com/2020/12/mengenal-4-pilar-mpr.html



Share:

0 Comments:

Post a Comment

Silakan tinggalkan jejak di sini, saya bakal kunjung balik lewat klik profil teman-teman. Mohon jangan nyepam dengan ninggalin link hidup. Komentar ngiklan, SARA dan tidak sopan bakal saya delete.