Di antara sekian tren lifestyle yang menjamur saat ini, ngopi sepertinya jadi kegiatan yang paling banyak disukai. Bukan cuma oleh generasi milenial saja, para pendahulunya juga. Ga percaya? Coba deh datang ke kafe-kafe tempat ngopi. Dari anak sekolahan sampai para karyawan atau pebisnis bisa kita temukan di sana. Entah itu sekadar chit chat ngobrol santai sampai obrolan serius membahas deal-deal kerjasama yang dijajaki.
Kafe-kafenya? Banyaaak. Dari kelas lokal sampai franchise internasional. Dan kalau ngomongin kafe kopi kekinian, Cafe More adalah salah satu yang menarik perhatian.
Credit foto: Raja Lubis |
Ketika beberapa waktu lalu lini masa dibuat rame oleh pemberitaan adanya penggusuran teman-teman yang tinggal di Panti Wyata Guna, suasana berbeda aku rasakan saat mengunjungi kafe yang lokasinya berada di komplek Wyata Guna ini. By the way polemik soal Wyata Guna ini sudah diklarifikasi. Lengkapnnya bisa baca di thread twitku yang ini penyelesaian polemik Wyata Guna
Yes, kafe yang satu ini punya keunikan tersendiri. Barista-barista yang melayani dan meracik kopiny adalah teman-teman para penyandang disabilitas netra yang mendapat pembinaan keterampilan di panti yang bertransformasi jadi balai sosial ini.
Dilatih oleh para barista yang langsung didatangkan dari Korea, membuat mereka ga canggung untuk meracik kopi pesanan pengunjung. Soal Rasa? Enaaak. Kalau kalian dibawakan oleh-oleh es kopi dari sini kemungkinan besar ga akan nyangka kalau barista yang peraciknya adalah penyandang disabilitas sensori netra.
Bareng teman-teman yang suka ngopi, kami janjian untuk ngopi bareng di sini. Waktu sampai aku datang duluan dan ternyata semua tempat duduk terisi pengunjung. Yang terlintas di benakku saaat itu adalah "wah rame juga." Padahal kafe ini baru beroperrasi beberapa hari saja.
Saat situasi seperti ini jurus SKSD alias sok kenal sok dekat adalah paling ampuh. Emang ya, malu-malu itu nyusahin. Bukan cuma bikin nysar tapi juga ga kebagian seat alias tempat duduk. Di pojokan kafe yang arahnya jam 4 dari pintu masuk, aku lihat ada satu meja dengan dua kursi yang lagi nganggur, sementara dua kursinya lagi terisi pengunjung dua pria yang lagi ngobrol.
Ganggu? kayaknya sih enggak, mereka bukan ngobrolin sesuatu yang privat atau membahas bisnis. Ya udah samperin aja. Dan cuek aja nodong: "kursinya kosong?"
Anggukan salah satu dari mereka segera membuatku menarik kursi. Dan ternyata pilihanku ga salah. Salah satu tamu yang duduknya hadap-hadapan denganku adalah wartawan dari media televisi yang sedang meliput. Karena datang lebih awal beliau sudah lebih dulu ngobrol sama barista. Lumayan kan, bisa ngorek-ngorek info. Hihihi... Nantinya aku ga perlu banyak nanya lagi.
"Mereka itu low vision," kata wartawan televisi itu. Saking serunya obrolan sampe lupa nanya nama. Maafkan :)
"Oh, pantesan," aku menggumam.
Waktu pesan kopi aku seperti merasakan ada kontak mata walau kayak malaweung kata orang sunda, mah. What is the meaning of malaweung? Ini semacam tatapan menerawang gitu, jadi ga fokus sama lawan bicara. Selama ini mungkin masih banyak yang mengidentikan penyandang disabilitas sensorik netra itu dalam kondisi mata yang terpejam, berkacamata dan pakai tongkat untuk menuntun jalan. Padahal ga semua begitu.
Yang luar biasa adalah mereka bisa meracik sebagaimana orang awas. Mulai dari menyiapkan susu, mencampurkan saus karamel, menambahkan kopi sampai menyeduh air.
Nah balik lagi soal teman-teman barista ini, waktu aku datang ada 3 orang yang on duty. Ga cape? Enggak lah karena ada tim lain yang ditugaskan bergilir. Sempat diinformasikan kalau mohon kesabarannya menunggu pesanan karena kondisi teman-teman barista yang istimewa ini, Nyatanya aku ga nunggu begitu lama. Durasinya terbilang wajar. Kalau pun terasa lama biasanya karena lagi rame pengujung. Ya itu mah wajar lah di kafe mana pun bisa ngalamin gitu. Ya, kan?
credit: Jeannette Egy |
Itu juga yang dialami saat teman-teman lainnya berdatangan. Raja, Erry, Dedew, Nchie lalu menyusul Demia, Egy, Widya dan Jiglysious (maafkeun lupa namanya, ingetnya nama akun ignya karena doi seorang beauty blogger).
Untuk range harga di sini terbilang standar. Ga mahal. Beberapa menu ada yang dibundling antara kopi dan brownies Misalnya Hot Cappucino yang aku pesan atau es kopi aren ini. Cukup membayar 25 ribu saja. Cincai, kan?
Credit foto: Jeannette Egy |
Seperti beberapa kafe lain yang menyediakan air minum secara gratis, Cafe More juga punya layanan ini. Waktu asik lihat-lihat para barista ngeracik kopi, hasrat kepoku ga bisa ditahan waktu nanya pengumuman "Gratis"
Aku: Itu apaan yang gratis, Teh?
Barista: Air minum, Kak. Tapi mohon maaf untuk sekarang habis. Soalnya lagi banyak pengunjung hari ini.
Tau air minum habis bukannya kesel, malah seneng. Karena berarti kafe ini ramai pengunjung. Apalagi sehari sebelum kami mampir ke sana kafe ini emang viral di media sosial, dan membuat pengunjung membludak.
Kapasitas kafe yang mungil membuat kami ga bisa berlama-lama bertahan di sini. Antrian pengunjung yang menunggu pesanan dan beberapa wajah yang kelihatan celingukan membuat kami ga tega pura-pura ga ngeh dan mengabaikan situasi.
credit foto: Nchie |
By the way, jangan lupa setelah selesai ngopi di sana, jangan langsung kabur. Bereskan dulu sisa-sisa ngopi dan pindahkan gelas & piring kecil dan peralatan lainnya ke wastafel serta buang sampah ke tempatnya. Kondisi barista yang punya keterbatasan tentunya tidak bisa membuat mereka lebih sigap dan cekatan membereskan meja agar bisa ditempati secara nyaman oleh pengunjung.
Credit foto: Nchie |
Berhubung karena masih lapar, kami pindah ke luar dan ngebakso di lapak yang posisinya masih berada di dalam arena Wyata Guna. Mudah-mudahan kafenya bisa diperluas agar bisa menampung lebih banyak pengunjung, ya.
Waaah, kumpul bareng dan seru-seruan bareng sekalian. Penasaran banget deh pengen nyeruput kopinya juga hihi..
ReplyDeleteHahhahaaa.. ku kangen sama Ibu berbatik merah yang huwoooo...
ReplyDeleteCuss ahh pankapan kesana lagi ngopay cantik, kali aja ada menu baru lagiii..
Ya Allah keren-keren banget teman-teman tuna netra kita bisa meracik kopi yang enak, ah jadi pengen nyobain racikan kopi dari barista Wyata Guna juga
ReplyDeleteWah keren nih, beberes sesudah makan
ReplyDeleteKalo ngga salah budaya luar udah menerapkan ini juga ya?
Beresin meja, buang sampahnya usai digunakan
salut sama para barista teh.
ReplyDeleteSemoga semua pengunjungnya nanti mau bantu untuk buang sampahnya sendiri ya, aku pun lagi mencoba kebiasaan yg satu ini teh kalau di kedai2 kopi..
Dan yg pasti mah jd penasaran pengen coba kopinya! Nanti kesana ah x)
Cafe Mora Wiyata Guna ini alamat lengkapnya di daerah mana? Salut, ya, sama baristanya. Kaum disabilitas pun perlu diberi kesempatan buat bekerja. Lihat foto-fotonya jadi pengen ke sana.
ReplyDeletekuy ah teh kapan kapan kita jadwalkan lagi main ke cafe more iniii, kemaren kopi susu gula aren pesenan aku mah enak nih hihihh, browniesnya juga enak ya teh
ReplyDeleteSalut banget melihat mereka terus berusaha menjadi seseorang yang bisa memberik manfaat utk orang lain. Setiap kopi yang kita beli itu bisa menjadi kebangaan dan kepuasan utk mereka ya, teh. Next time kita ngopi lagi yuk 😊
ReplyDeleteKabar bahagia nih. Hebat, top bgt baristanya. Mereka bjsa berkarya, produktif dan punya keahlian. Tinggal dukungan kita semua. Semoga mereka makin eksis di dunia ini 💖💖💖
ReplyDeleteTeh Efi, pengen da diajakin ngopi di sini. Konsep cafenya bikin salut.
ReplyDeleteNgopi di sini yuk 😁
DeleteGara-gara berita viral kemarin tentang Wyata Guna itu malah jadi bikin cafenya rame pengunjung ya. Kapan-kapan mau coba nongkrong ke sini ah teh.
ReplyDeleteAlhamdulillah cafenya rame ya...
ReplyDeleteSeneng waktu tau teman-teman di Wyata Guna sekarang bisa lebih berdaya. Semoga tempatnya bisa diperluas dan semakin banyak pengunjung yang datang ke sana
Wah aku belum pernah nyoba ngopi di sini. Pan kapan ngajakin suami dan Al ke sini, ah. Mereka adalah temen ngopi paling seru sekaligus ngeselin yang pernah ada. Wkwkwk.
ReplyDeleteWah alhamdulillah mereka bisa mandiri dan berkembang ..keren semoga makin banyak yg terbantu bs jd mandiri kayak mereka ya..
ReplyDelete