FUNancial, Mewujudkan Goal Finansial Secara Fun
Biasanya kalau ada yang harus dikerjaan sampai begadang, aku tuh suka menyiapkan amunisi berupa cemilan. Niatnya biar semangat melanjutkan pekerjaan dan selesai sebelum batas waktu. Ya selesai sih emang. Cuma kadang (kadangnya itu banyak) aku tuh kalau jajan suka ga kira-kira banyaknya. Sebelum memulai pekerjaan, tuh cemilan yang niatnya buat amunisi menemani ngalong malah cepet habis duluan. Berarti ada kebocoran, jajannya kebanyakan .
Teman-teman pernah ngalamin seperti ini juga, ga? Atau mungkin sering?
Belakangan aku tuh baru tau kalau "kebocoran kayak gini istilahnya adalah "Latte Factors" saat hadir di acara FUNancial Yang Kamu Mau Talkshow bertema "Change Your Hobby into Business" bersama Home Credit dan Indonesian Female Blogger yang bertempat di Paberik Coffee Roasters Warunk Upnormal pada hari sabtu, 7 Desember 2019 lalu.
Ngomong-ngomong soal yang Kamu Mau, teman-teman punya mimpi apa sih? Gimana nih dengan resolusinya di akhir tahun ini? Apa udah ada progress atau malah ga tau udah sampai mana dan sampai-sampai akhirnya harus direset ulang atau dikerjar lagi karena memang jalan di tempat atau mungkin karena ga dicatat jadi ga tahu deh mau ngapain?
Tenang, kalian ga sendiri kok. Rasanya abis dijitak bareng-bareng sama Dipa Andika dan Mohammad Takdis waktu nyimak paparan mereka yang dipandu sama Ucita Pohan. Selama ini mimpi-mimpi saya jalan di tempat karena emang ga dicatat. Ibaratnya kayak yang baru jadian trus menganut prinsip jalani aja dulu. Laaah kan ngaco ya, prinsip ginian. yang jadian aja ada mimpi-mimpi menuju masa depan. Bukan cuma jadi teman jalan aja. Duh kok jadi bahas ginian, ya?
Jalani Hobi Tapi Jangan Jadikan Duit Sebagai Tujuan
Sebelum ngobrol lebih serius, obrolan dibuka dengan cerita Mohammad Takdis yang waktu itu lagi jalan-jalan di Lombok. Lalu doi ditelpon dosennya disuruh datang siangnya. Aku dan audiens lainya pada ketawa karena dosennya mengira kalau Takdis ini lagi di jalan Lombok yang ada di Bandung itu. Singkat cerita Takdis di-DO karena sering bolos.
Drop out dari kampus malah jadi berkah buat Takdis. Hobinya jalan-jalan itu malah membuatnya memiliki bisnis WhatTravel Indonesia dan sudah memiliki rumah tanpa nyicil di usianya yang belum 30. Huaaaa, siapa coba yang ga envy?
Takdis yang malah pernah njadi narasumber di acara talkshow di kampusnya (setelah DO itu) berbagi tips bersama Andika tentang mengelola keuangan. Paling menyenangkan emang punya bisnis sesuai passion atau hobi kita, tapi kalau yang ada di kepala kita dalah duit duit melulu malah ga akan bener jadinya.
Takdis yang malah pernah njadi narasumber di acara talkshow di kampusnya (setelah DO itu) berbagi tips bersama Andika tentang mengelola keuangan. Paling menyenangkan emang punya bisnis sesuai passion atau hobi kita, tapi kalau yang ada di kepala kita dalah duit duit melulu malah ga akan bener jadinya.
Latte Factors, Pengacau Rencana
Siapa saja boleh mimpi tapi ya itu tadi harus dicatat sebagai langkah action untuk mewujudkannya. Misalnya saja kita punya rencana jalan-jalan ke Raja Ampat dengan budget yang dibutuhkan 10 juta rupiah sebagai biaya minimal.
Ga punya duit cash? Ya nabung dulu, kan? Dengan tingkat inflasi yang sekarang sebesar 10%, dan direncanakan mau jalan-jalan 5 tahun lagi alias tahun 2024 uang dibutuhkan untuk mengcover biaya ini itu adalah sebesar Rp. 16.105.100.
Ga punya duit cash? Ya nabung dulu, kan? Dengan tingkat inflasi yang sekarang sebesar 10%, dan direncanakan mau jalan-jalan 5 tahun lagi alias tahun 2024 uang dibutuhkan untuk mengcover biaya ini itu adalah sebesar Rp. 16.105.100.
Tampak gede?
Sebenarnya enggak tuh. Cuma perlu menyisihkan 200 ribu saja dengan investasi di reksadana setiap bulan untuk mewujudkannya. Masalahnya kita itu suka tergoda hal remeh temeh yang namanya jajan. Lewat survei mini yang dilakukan hari itu, kebanyakan audiens menghabiskan uangnya memang buat jajan. Yang bikin shock adalah rata-rata latte factor orang-orang di Indonesia itu menyentuk angka 900.000. lho!
Duh coba itu alokasi jajannya dikalikan setahun aja udah berapa coba? Sementara yang sudah-sudah aku males (takut sakit hati sebenarnya) mencatat pengeluaran. Padahal menurut Dipa dan Takdis sekecil apapun pengegluaran kita harus dicatat, bahkan hanya untuk bayar parkir.
Pelit atau itungan? Ya enggak sebenarnya. Karena dengan mencatat pengeluaran secara detil itu bisa ketauan dari mana bocornya. Nah dari kebocoran itu ke depannya kita bisa melakukan evaluasi untuk menata keuangan yang lebih rapi dan terencana.
Kalau dipikir-pikir, dulu waktu masih kerja sebagai staf finance pun aku suka rewel minta bon parkiran sama kurir atau supir buat laporan kas kecil. Ga ada bon, ya ga ada reimburse. Aku yang nalangin? Ogaaah..... Terus kenapa prinsip ini menguap seiring waktu berlalu, ya?
Kalau dipikir-pikir, dulu waktu masih kerja sebagai staf finance pun aku suka rewel minta bon parkiran sama kurir atau supir buat laporan kas kecil. Ga ada bon, ya ga ada reimburse. Aku yang nalangin? Ogaaah..... Terus kenapa prinsip ini menguap seiring waktu berlalu, ya?
Mengelola Bisnis Jangan Sama Teman
Siapa sih yang ga mau sukses di usia muda? Dipa saja pernah mengalami kerugian waktu merintis bisnis restoran pizzanya. Begitu juga dengan Takdis. Pernah mengalami rugi juga, kok.Tapi mereka segera bisa mengendus sumber kegagalannya dan berhasil move on dari masa lalu (istilahnya gini amat sih, Kakak?).
Untuk mengelola bisnis, mereka menekankan untuk tidak menjalaninya bareng teman. Bukan apa-apa. Pembawaan orang Indonesia yang ga enakan bisa bikin kacau semuanya, terutama masalah duit. Sukses ya alhamdulilah, tapi kalau gagal risikonya dobel. Uang hilang, pertemanan juga jadi rusak.
Dalam mengola bisnis juga jangan lupa untuk menyiapkan detil-detil lainnya secara rapi. Semisal quotation, surat kontrak, memisahkan rekening pribadi dengan rekening bisnis, kwitansi pembayaran ini itu sampai bukti komunikasi juga sebagai dokumen pendukung.
Memulai Investasi dan Menyiapkan Dana Darurat
Apa pun kalau cuma niat tanpa action ya bakal ada progress. Bukan cuma bisnis aja, tapi juga merencanakan hari tua yang aman sentosa.Aku setuju dengan pemikiran Dipa sebisa mungkin udah tua itu kita bisa menikmati hidup tanpa menyusahkan anak atau orang lain. Caranya ya dengan menyiapkan dana pensiun. Semisal kita sudah merencanakan pensiun di usia 55 tahun.
Let's saya usia kita sekarang adalah 25 tahun (iya iya tau, usiaku udah lewat jauh dari angka segini) dengan gaji UMR sebesar 4.000.000. Kalau direncanakan mau pensiun di usia 55 tahun nanti dengan tingkat inflasi sebesar 10% diperkirakan UMR yang berlaku sebesar 69.797.000, maka biaya pensiun yang dibutuhakn adalah sebsar Rp. 16.751.426.178. Gede banget, ya?
Ga mungkin kalau cuma ngandelin gaji aja, mah. Makanya harus disiapkan dengan inevstasi sejak dini. Dan ngomongin soal investasi itu ga susah dan ga mahal. Reksadana misalnya. Ternyata adalah nilai setoran awalnya yang cuma 10 ribu saja. Selama ini aku tahunya mulai dari 100.000. Ya, sekali lagi niat tanpa usaha mah lupain ajalah semua mimpi-mimpi.
Investasi pun bukan hanya untuk tujuan jangka panjang saja, tapi juga untuk jangka pendek dan menengah. Liburan, sekolah anak dan aset juga termasuk di dalamnya. Makanya sebisa munngkin dari setiap pengeluaran bulanan kita alokasikan tuh 30%nya untuk investasi. Aku kasih highlight di sini nih:
Dipa tau aja ih :D
Pos investasi ini harus dibayar di awal. Bukan di akhir. Karena ga bakalan pernah terbayar, keburu habis buat gaya hidup.
Dipa tau aja ih :D
Yang ga boleh dilupakan juga adalah menyisihkan dana darurat dari penghasilan kita sebesar 10% saja. Ya amit-amit kalau sakit mah, ya. Tapi kan kita ga pernah tau apa yang akan terjadi sama kita. Ikut asuransi kesehatan dari yang kelas rakyat sampai premium udah tersedia pilihannya. Tinggal sesuaikan dengan anggaran yang kita punya.
Meskipun usia udah ga muda lagi, ga berarti investasi nya urung jalan. Karena untuk selama hidup ktia butuh duit, kan? Setidaknya persiapkan investasi untuk pos yang sifatnya urgen, sesuai dengan kondisi masing-masing.
Bukan cuma mendapatkan insight baru seputar mengola keuangan yang aku dapatkan kemarin. Kemasan acara, MC dan narasumber membuat acara mudah dipahami dan fun banget Mumpung masih diberi sehat dan kesempatan yuk ah wujudkan financial goalnya dari sekarang juga untuk mewujudkan mimpi-mimpi Yang Kamu Mau.
Sekilas Home Credit Indonesia
Home credit adalah perusahaan pembiayaan tanpa harus menggunakan karti kredit sebagai cara pembayarannya yang bisa dilakukan secara online dan offline. Sejak hadir di Indonesia pada tahun 2013 lalu, kini Home Credit Indonesia bisa ditemukan di berbagai kota besar di Indonesia seperti Bandung, Makassar, Surabaya, Yogyakarta, Semarang, Malang, Denpasar, Pekanbaru, Medan, Batam, Palembang, Banjarmasin, Pontianak, Manado, dan Balikpapan.Butuh banget barang elektronik tapi dana lagi terbatas? Kalem aja, Home Credit Indonesia memfasilitasi kita untuk mendapatkannya tanpa administrasi yang ribet. Selain itu tersedia juga fasilitas untuk pembiayaan multiguna untuk aneka kebutuhan lainnya mulai dari renovasi rumah sampai liburan.
16 Comments
Part yang DO nya agak sedih juga sih ya teh kalau bisa mah pendidikan tetap diutamakan tapi ya itu udah jalannya kali ya belajar bisa dimana saja kanap saja meski gak formal. Haduh kabita pengen sukses juga jalanin bisnis hobi. Hahahaha
ReplyDeleteBerharap banget bisa "kuat" nyisihin rp 200.000 sebulan
ReplyDeleteSarah satunya dengan mengurangi beli cemilan 😀😀😀
sama teh saya juga suka beli cemilan buat nemenin ngerjain deadline, hiks sekarang sudah sadar dan mulai menguranginya, udah dijatah sekarang mah :D
ReplyDeleteWaktu Kak Dipa berbicara tentang investasi, jadi serasa diingatkan kembali untuk menyisihkan dana investasi itu di awal. Bukan diakhir, atau berharap dari sisa pemasukan aja.
ReplyDeletePendapatan blm cukup buat investasi gede euy. Udah 100ribu, gak kerasa wqwq. 500rb/sejuta kali ya baru kerasa ada angka nambah, teh. Emang harus cari uang lebih banyak saya tuh heuheu
ReplyDeleteAcaranya seru dan menohok ya, Kak. Hahaha. Tapi aku suka karena jadi semangat ngumpulin duit buat investasi.
ReplyDeleteJadi kapan kita nonton? Wkwkwk
seneng deh aku di kaish insight cara ngitung dana darurat gratis hahaha biasanya kal kalau hire financial planner tu mahal :)
ReplyDeleteKalo aku menuju weekend sering banget beli cemilan dengan alasan weekend dirumah aja biar nggak banyak jalan-jalan (yang nantinya pasti keluar uang buat ongkos jalan). eh nggak ngeuh kalo sering beli cemilan buat weekend juga termasuk latte factors, sebulan ada 4 minggu, setahun uangku abis berapa tuh buat beli cemilan tiap weekend, wkwkwk
ReplyDeleteAku setelah acara ini jadi rada selektif kalau jajan, sekiranya bisa ditahan jadi ditahan soalnya sadar banget minim investasi huhu
ReplyDeleteDuh masih pe er banget nih buat ngurangin latte factors ini. Keliatannya kecil padahal berkali2 jadi gede juga kan ya
ReplyDeletepengacau rencana banget ya, latte factors. dianggap sepele tapi berulang kali ternyata mayan bangeet
ReplyDeleteiyaya teh, tetep jalani hobi tapi jangan cuma uang yang jadi tujuan.. kalau uang yang jadi tujuan, nanti hilang kesenangan gak ya
ReplyDeleteSama Teh Efi, aku suka begadang dan perlu amunisi makanya jajannya banyak apalagi kalau di kantor aku harus nyemil kebanyakan mikir wkwk pdahal masuk LAtte Factor yah
ReplyDeleteYa ampun, Teh Efiiiii. Kita sama. Aku juga senengnya jajan cemilan tuh buat nemenin begadang nulis. 😆
ReplyDeleteSelama ini nggak pernah siapin dana darurat teh, padahal penting juga ya. Perlu dirubah nih dana jajan boba diganti sama dana darurat haha
ReplyDeleteTakeaway dari Dipa yang paling menohok bagiku adalah tentang Latte Factors itu, Fi. Aih, langsung kayak tertampar,deh. Soalnya selama ini aku anggap remeh. Ah, kecil aja kok, cuma 3000 rb doank. Cuma 7500 doank. Padahal jika dikalikan 30 hari wadowww!
ReplyDeleteTips dari Dipa emng mantul ya? Menjadikanku ingin bener2 disiplin deh ini! 👌😊
Silakan tinggalkan jejak di sini, saya bakal kunjung balik lewat klik profil teman-teman. Mohon jangan nyepam dengan ninggalin link hidup. Komentar ngiklan, SARA dan tidak sopan bakal saya delete.