Sunday 9 September 2018

Solusi Bertahan di Dunia Digital Marketing

Beberapa hari ini saya lagi rajin buka market place buat memburu inceran (((inceran))). Eits, jangan punya pikiran macem-macem dulu. Beberapa waktu terakhir saya lagi  ngincerin skin care. Teracuni review dan testy beberapa skin care bikin saya kepo maksimal nyari-nyari. Beli kemasan normalnya saya masih mikir dulu. Gimana kalau ga cocok? Kan, bisa bikin hati saya patah dan remuk alias ga mau rugi. Yaudah, saya cobain aja dulu kemasan trial kitnya. 

Tapi ya, meski ada kemasan trial kitnya saya masih mikir lagi. Bukan itungan tapi gimana kalau kelewat murah? Itu asli?Kalau palsu meski murah juga bikin bete. Jangan bikin muka saya jadi break out lagi. Lamaaa nyembuhinnya nih *malah curhat* 

Trus, sekarang saya lagi pengen belanja juga blus, sepatu, tas dan koper buat nge-trip tahun depan.  Huaaaa, banyak maunya ini. Apa kabar cash flow saya?  

Jarak juga jadi pertimbangan saya. Ya murah sih, tapi kalau belinya lintas pulau selain lama ya ongkirnya juga jadi mahal.  Bukan banding-bandingin di satu lapak yang ada di satu market place saja yang saya lakukan. Market sebelah sini, sebelah sana juga saya cari tau. Ada yang dapet olshop yang lokasinya di Bandung, ada juga yang luar kota. Trus setelah saya merasa klik (halah) akhirnya saya klik fitur transaksi yang ada di sana, done.  Ga pake lama, pesanan saya dalam 2-3 hari udah sampai. Malah ada yang itungan jam udah mendarat setelah dikiram Go-Jek.

Ada yang lagi keranjingan belanja olshop kayak saya juga, ga? *nyengir lebar cari temen*

Ngomong-ngomong soal belanja online, ternyata rata-rata alokasi belanja orang Indonesia yang dihabiskan dalam satu kali transaksi rata-rata ada di kisaran 480 ribuan.  Dengan pengguna internet yang jumlahnya 100 jutaan, potensi  keuntungan pelaku online shop di Indonesia masih sangat mungkin berkembang. Walau kenyataannya emang persaingannya cukup sengit. Bukan cuma asal unik dan beda, mereka yang bisa jadi solusi adalah yang akan bertahan.

Maksudnya gimana?

Jadi gini, hari jumat kemarin, 7 September 2018, saya hadir di acara ini, nih Digital Breakfast yang diselenggarakan oleh @Solusiukmcom bekerjasama dengan Coconut Indonesia. Di acara yang bertempat di Lo.Ka.Si, jalan Dago 92 Bandung ini, hadir Kunto Wiyoga, Startegic Director dari Panenmaya group dan  Lukman Bijak Bestari, Produk Manager Accurate.  

Bertahan Dalam Persaingan Jualan Online

Dalam presentasinya, Kunto Wiyoga bercerita banyak tentang hal ini, bikin saya jadi tau beberapa hal.  Saya dibikin amaze pas tau ada toko online yang jual ati ampela,  sampai alokasi belanja berdasarkan gender ternyata didominasi oleh laki-laki. Beneran ini, laki-laki. Jadi siapa sebenernya yang boros soal belanja? Plis, jangan suka nuding perempuan itu mahluk tuhan yang boros dan suka ngabisin duit, ya :D
solusi bertahan di dunia digital marketing

sumber gambar: https://dailysocial.id/post/e-ecommerce-di-indonesia-2018

sumber gambar: https://dailysocial.id/post/e-ecommerce-di-indonesia-2018

Identify

Kunci pertama agar bisa bertahan dari kerasnya persaingan digital marketing adalah kemampuan seorang pemilik toko online untuk bisa mengidentifikasikan produknya. Maksudnya gini. Kenali apa keunggulan kita untuk memasarkan jualan kita secara digital. 

Saya punya beberapa teman yang punya skill spesifik yang jadi ciri khasnya. Ada yang jago moto, sering dapat job motoin produk. Ada yang lihai alam hal makanan dan printilannya,  memanfaatkan status-status media sosialnya untuk pre order olahan masakan home made-nya. teman saya yang lain mumpuni dalam desain grafis udah terbiasa menerima orderan membuat kartu nama atau lay out web/blog. 

Dengan jualan skill yang spesifik seperti ini akan membantu kita untuk branding dan jadi solusi bagi yang membutuhkan.Tren digital yang masif seperti sekarang menciptakan lazy market di mana orang-orang lebih suka yang praktis. Saya nih termasuk salah satunya. Males belajar motor dan ngurusin printilannya, lebih suka pesan ojek online buat jalan ke mana-mana. Ya sih, kalau diitung pengeluaran, lumayan gede tuh, budgetnya. Apalagi kalau mobilitas lagi tinggi-tingginya. Tapi saya 'males' ngitung alokasi transportnya. Biar ga sakit hati :D
gambar punya Go-jek.com


Develop

Poin berikutnya yang dibahas, adalah bagaimana memanfaatkan potensi yang kita miliki untuk memaksimalkan jualannya. Ada yang sukses jualan via instagram, web atau buka merchant yang banyak di satu atau lebih market place.  Ada lho, pemilik toko online yang punya beberapa akun jualan dengan nama yang berbeda di satu market place. Strategi jualannya juga cukup unik dengan memanfaatkan psikologis. Misalnya di akun A skin care merk X harganya  75 ribu rupiah, di akun lain (masih dengan pemilik yang sama) dijual dengan harga 85 ribu. Pada akhirnya bukan soal harga yang lebih murah yang lebih laris karena itu tadi yang saya bilang di awal. Dengan harga yang murah orang-orang tuh kadang ga merasa cocok  dengan kualitas produk yang nanti akan diterimanya.  

Engage

Siapa yang ga seneng kalau chat atau pertanyaannya direspon dengan baik oleh pelapak atau admin toko onlinenya? Nah membangun keterikatan ini penting abnget apalagi kalau produk yang dijualnya itu tipikalnya repeat order seperti makanan, kosmetik dan printilan lainnya. Kalau layanannya memuaskan, akan mendatangkan pelanggan setia. Kalau udah gini, omzet akan bertahan dengan baik, malah bisa berkembang pesat.

Accelerate

Seperti yang saya bilang tadi, kan. Ada toko online yang buka akun banyak di market place yang sama atau berbeda market place.  Persoalan pencatatn stok barang jadi hal yang penting. Misalnya secara riil persediaan barang yang dimiliki  ada 50 pcs.  Dengan keluarnya satu stok di satu toko, mestinya informasi persediaan stok di akun yang lain juga ikut berkurang. Untuk kerapihan data ini bisa ditangani dengan aplikasi yang mengintegrasikan informasi sisa stok. Kalau  di Tokopedia terjual 1 pcs, info sisa stok yang ada di akun market place lain seperti blibli misalnya, juga akan berkurang jadi 49. 

Pencatatan Keuangan

Cash flow dari jualan kelihatannya menjanjikan, tapi beneran ga sih itu kita dapat untung? Jangan lupa lho, yang namanya laba bersih bukan cuma selisih harga jual dan harga beli.  Item lain yang harus dicatat sebagai biaya juga ikut menentukan seberapa besar keuntungan bersih yang diterima. Tidak semua pelaku online shop mau atau punya anggaran lebih untuk meng-hire akuntan. Kalau pun tidak punya latar belakang atau punya kemampuan mencatat pembukuan, saat ini sudaha da aplikasi Accurate berbasis android.  


solusi bertahan di dunia digital marketing

Di sesi kedua, gilirannnya Lukman bercerita tentang aplikasi Accurate ini.  Dengan budget rata-rata 6 ribu per hari, kita sudah punya akuntan digital kita.  Ga usah pusing mikirin jurnal sampai laporan laba rugi dan perhitungan pajaknya.  Setelah memasukan komponen pemasukan dan pengeluaran, serahkan sama proses pelaporannya pada sistem yang sudah terinstall.



Gimana, sudah punya ide agar bisa jadi pelaku online shop yang bisa memberi solusi? 
Share:

2 comments:

  1. Ya ampun sebagai orang blm lihai pembukuan, ada Akuntan Digital ini sangat membantu sekali ya, catet ah😉

    ReplyDelete
  2. wah ini aplikasi yang bener - bener dibutuhkan para pelaku bisnis online, termasuk saya hehe. pembukuan marwahstyle bakalan lebih rapi nih

    ReplyDelete

Silakan tinggalkan jejak di sini, saya bakal kunjung balik lewat klik profil teman-teman. Mohon jangan nyepam dengan ninggalin link hidup. Komentar ngiklan, SARA dan tidak sopan bakal saya delete.