Hidup di jaman milenia seperti saat ini seakan-akan semua yang serba digital menggeser peran hal-hal lainnya yang masih bersifat hmmm... apa, yaa. Tradisional, eh klasik. Let's say laptop yang menggantikan mesin tik, transfer bank lebih simpel dari wesel, dan ini nih gadget di tangan kita alias henpon (((henpon))). Dari bocah piyik sampai eyang uti, semuanya (ga sampai 100% sih) udah familiar sama benda ini.
Punya henpon seakan dunia ada di ujung jari. Dari yang cuma WA-an yang karakternya bisa berpanjang-panjang, video call atau foto-foto digital yang dulunya kita harus sabar nunggu hasilnya setelah cuci cetak klise alias negatif fotonya. Kalau beruntung karena ga terbakar, kita akan menikmati momen-momen yang sudah diabadikan. Sialnya kalau ga terbakar, kadang masih bisa kecewa karena fotonya ngeblur, ada yang matanya merem sementara yang lain bilang keren karena ekspresi dan posenya keren. Ngehe banget ya, kalau udah gini. Mau take ulang? Ya masa harus balik lagi ke spot foto-foto tadi, sementara perlu modal juga buat ngibrit lagi ke sana? Hahaha...
Nah, lucky us. Ada hand phone yang bisa kita andalkan buat moto. Hasilnya, real time. Kalau gagal atau ga muasin ya gampang. Tinggal foto ulang. Cekrek. Kalau keren langsung unggah ke medsos (dasar narsis).
Nah, lucky us. Ada hand phone yang bisa kita andalkan buat moto. Hasilnya, real time. Kalau gagal atau ga muasin ya gampang. Tinggal foto ulang. Cekrek. Kalau keren langsung unggah ke medsos (dasar narsis).
Tapi nih ya, kadang yang namanya serba digital ga bisa menggantikan nilai rasa dari versi jadulnya. Semisal kartu lebaran yang dulu banget jadi presentasi kita saat menyapa teman yang jauh dan ga bisa ketemu langsung. Coba deh, inget-inget. Sentuhan personalnya beda dibanding ucapan biasa lewat WA. Udah gitu banyak yang cuma maen copas dari broadcast yang walau lucu tapi yaaa... beda aja rasanya. Ya, ga, sih?
Nah, ngomongin soal sentuhan personal, ada juga lho yang masih relevan dengan keseharian kita. And we still need it. Kartu nama. Mengapa masih diperlukan? Nih saya kasih beberapa alasannya selain soal touch of personal itu tadi.
Kartu Nama ga Butuh Kuota
Hahaha... iya, kan? Kapan aja kita butuh kontaknya ya tinggal liat aja kartu nama. Seandainya pas kuota habis, atau kita terjebak (dih terjebak...) blank spot ya ga ngaruh. Beda misalnya kita perlu stalking (ecieeee, stalking) tapi sinyalnya megap-megap. Amsyooong :)
Real time
Ya, sih, yang dengan akses lewat internet itu semuanya serba cepat sampai. Mie instan aja bisa kalah. Tapi, kalau pas ketemu face to face, ngasih kartu nama lebih real time. Ga usah mengunduh dulu walau selisih waktunya ga jauh beda.
Branding dan Media Promosi Murah
Duh mulai berat nih bahasanya. Tapi kita bikin sederhana aja. Lewat kartu nama kita bisa promosi lho.
"Nih gue punya bisnis katering. Nanti kalau ada syukuran atau pesta, pesen ke gue aja.
Gue punya jasa laundry. Males nyuci? Sini, ke gue aja.
Pusing nerjemahin jurnal? Gue bisa bantu loe, lho.
bla..bla... bla... "
Memang ga selalu hari itu jadi deal-dealan bisnisnya. Ini sih, semacam investasi juga branding terutama dengan orang yang baru kita kenal. Siapa tau kan, berjodoh (((jodoh))) untuk jadi rekanan dalam jangka panjang? Asiiiik.
Kartu nama juga bisa disisipkan oleh olshoper yang ngirim barang jualannya ke pembeli. Jadi, seperti reminder. Kalau puas, beli lagi ya, Sis, Bro. Ga puas? Bilang kita juga,kasih tau kenapa. Tuh ada nomor yang bisa dihubungi buat komplain.
Kartu nama juga bisa disisipkan oleh olshoper yang ngirim barang jualannya ke pembeli. Jadi, seperti reminder. Kalau puas, beli lagi ya, Sis, Bro. Ga puas? Bilang kita juga,kasih tau kenapa. Tuh ada nomor yang bisa dihubungi buat komplain.
Gimana buat para pegiat sosmed? Biasanya kalau baru kenal suka saling nanya tuh kan. Kayak gini. IG kamu apa? emailnya? FB? Twitter. Beuh, ini nanya apa interogasi? Banyak amat? nah, sodorin aja deh kartu nama. Ga usah repot-repot juga ngasih tau ejaan id sosmed kita apa. Kali aja pas kebetulan rada susah ngasih taunya karena ada huruf yang dobel, f, p atau v atau karakter lainnya semisal under score atau dash.
Oke, kalau gitu mari kita bikin kartu nama. Di mana dong?
Ke Big Stamp aja. Lokasinya ada di jalan Karapitan nomor 115 B, Bandung. Prosesnya cepet, kok. Cuma nunggu 2 hari saja, selesai. Modelnya bisa custom sesuai selera kita, atau kalau males mikir bisa nyontek dari katalog yang sudah ada.
Waktu datang ke sana, saya belum kepikiran desainnya kayak gimana. Tiba-tiba saja Mas Ide-nya saya (ahai) seperti tersedot ke lorong blank spot. Lebay! Bilang aja clueless :D Ya udah saya buka -buka deh tuh contoh kartu nama yang sudah ada sana. Sampai akhirnya saya milih model yang simpel dan sederhana. And this is it...
Sengaja saya pilih warna black and white, karena ya itu tadi biar simple aja. Tapi kalau mau yang tampilannya colorfull sih bisa kok. Tinggal bilang saja mau kayak gimana. Sebelum dicetak dan dilaminasi, nantinya kita akan dikasih lihat dulu desainnya.
Saya sendiri disodorin 3 desain buat alternatif pilihan dan akhirnya milih model yang ini. Untuk satu box kartu nama (isi 100 pcs) cuma perlu membayar 80 ribu aja, ini udah termasuk jasa print dan laminasi.
Saya sendiri disodorin 3 desain buat alternatif pilihan dan akhirnya milih model yang ini. Untuk satu box kartu nama (isi 100 pcs) cuma perlu membayar 80 ribu aja, ini udah termasuk jasa print dan laminasi.
Selain membuat kartu nama,di Big Stamp juga bisa pesan bikin stempel, kartu undangan, faktur, undangan sampai bikin menu makanan yang cantik dan instagramable buat kalian pegiat kuliner yang buka kafe. Big Stamp juga melayani konsultasi desain dan rancangan produk penunjang baik yang sifatnya operasional maupun promosi. Personal atau perusahaan? Hayu aja. Dengan senang hati akan dilayani oleh staf-stafnya Big Stamp yang ramah dan profesional.
Selain kartu nama tadi, saya juga stempel. Proses pembuatanya lebih cepet. Satu jam saja. Stempel saya butuhkan kalau sewaktu-waktu buat invoice kerjaan. Selain tanda tangan, ada stempel yang juga tertera di sini. Kesannya lebih profesional meski cuma sebagai seorang freelance.
Sekilas Tentang Big Stamp
By the way, Big Stamp ini kliennya bukan cuma ada di Bandung lho. Tapi tersebar di seluruh Indonesia. Dulunya di tahun 2005 Big Stamp dirintis dari usaha kecil dengan nama Dunia Stempel (beralamat di jalan Sadakeling) hingga berkembang jadi bisnis percetakan yang besar seperti sekarang dengan branding baru, Big Stamp.
Dan siapa bilang sihmau punya usaha sukses dan besar datang sekonyong-konyong? Tiba-tiba aja investor yang bilang gini: " Nih gue kasih modal, bla bla bla... Kalau orang lain memulainya dari nol, Big Stamp eh Dunia Stempel memulainya dari minus. Lewat deh tag linenya SPBU Pertamina juga :).
Sebelum menempati alamat baru di Jalan Karapitan, Dunia Stempel masih menyewa tempat di Jalan Sadakeling. Modalnya? Cuma desktop PC cicilan. Iya, nyicil plus mesin pinjaman. Sebelumnya usaha Dunia Stempel ini dikelola oleh Teh Eka Riani. Buat kalian yang udah familiar dengan brand Kaos Gurita udah familiar,dong. Yep, Teh Eka ini ownernya. Nah, setelah beberapa bulan usaha Dunia Stempel berjalan, bergabung deh Kang Adrian a.k.a suaminya beliau,lalu bergantilah nama Dunia Stempel jadi Big Stamp.
Setelah 5 tahun Big stamp migrasi ala-ala bedol desa, justru tempat ini dulunya adalah basenya kompetitor. Rencana Allah siapa sih yang bisa menduga, ya? Bukan hanya mendapat tempat usaha baru, Dunia Stempel juga mengakuisisi properti di dalamnya, termasuk mesin cetak. Namun perjalanan bisnisnya masih penuh perjuangan, cuma sebentar saja kepemilikan berganti tangan, mesin-mesinnya harus dijual lagi untuk keperluan operasional.
But then again, ga ada usaha yang sia-sia. Setelah menempati gedung baru sejak 7 tahun silam, Big Stempel akhirnya bisa memiliki perangkat mesin pendukung secara perlahan dan bisa bersaing dengan sekian banyak usaha percetakan yang bertebaran di Bandung. Bisa bayangin ga kalau ternyata mesin cetak ini pada mahal-mahal? Mulai dari range 100 jutaan sampai 5 miliar per mesinnya.
Nah, Big Stamp akhirnya memilih fokus di bisnis stempel untuk bisnis utamanya, didukung dengan beberapa mesin untuk produksi yang bisa mencapai kuantitas ribuan stempel. Mulai dari stempel kilat alias bisa ditunggu (ada belasan warna pilihan lho), Lalu juga ada derivasi inovatif lainnya berupa stempel gantungan kunci, stempel ballpoint, stempel tanggal, stempel nomor, stempel lunas, stempel crystal, stempel kayu, stempel lak, stempel embossed, stempel segel, hingga stempel trodat dengan gagang, karet, tinta, dan mesin laser engraving yang diimpor dari Austria. Wiih keren, ya!
Terus gimana dengan produk cetakan? Kalem, ada, kok. Big Stamp tetap melayani untuk kebutuhan kartu nama, id-card, kop surat, brosur, stiker, seperti plang notaris, plang toko, plang perumahan, huruf timbul stainless steel, logo perusahaan, seragam, hang tag, label, kemasan, goodie bag, seminar kit, desain untuk branding hingga neon box.
Nah, balik lagi dengan pengaruh dunia digital, bisa juga lho kita pesan secara online. Untuk contoh desain bisa dilihat di www.bigstamp.co.id. Kalau sudah cocok, pesen deh via whatsapp saja ke +62 878-2307-2005. Silakan tanya sebawel-bawelnya buat ngorder. Bakal dilayani, tapi jangan curhat geje. Ga nyambung. Ke Mamah Dedeh atau psikolog aja itu mah, ya. O,ya untuk pengiriman file yang didesain sendiri kirim aja ke email bigstampindonesia@gmail.com
Kalau mau silaturahmi ke kantornya, datang aja ke Jalan Karapitan No. 115 B. Bandung, no telp. 022-7333978. Untuk hari senin sampai Jumat, Big Stamp buka dari jam 8 sampai maghrib, sementara untuk hari Sabtu buka pada jam 08.00-16.00 dan hari Minggu dari jam 09.00-17.00.
Katanya nih dalam waktu dekat Big Stamp akan launching produk baru yang pertama di Indonesia. Penasaran, kan? Sama saya juga. Jadi mending ikutin terus update infonya ya.
Nah, saya sudah punya kartu nama dan stempel dari Big Stamp. Sekarang giliran kalian untuk bikin juga, dong. Abis itu yuk, kita tukeran kartu namanya.