Monday, 25 January 2016

Helen Keller: Insiprasi Dalam Keterbatasan

Pernah memerhatikan  ga  beberapa waktu tahun yang lalu  kalau ada siaran berita, di pojok bawah layar tv kita akan melihat  inset, seorang laki-laki atau perempuan menggerak-gerakan tangan, kadang mengepal, mengacungkan beberapa  jari kadang ke atas,  ke samipng   atau bulatan  yang dibentuk dengan menghubungkan jari tangan?

Iya, itu bahasa isyarat. Semua  juga tau atuh,  ya.  

Bagi yang  mengalami masalah penglihatan tapi masih bisa mendengar atau tidak bisa mendengar tapi bisa mellihat mungkin masih bisa menyaksikan acara tv  atu berinteraksi  dengan orang-orang di sekitarnya. Tapi lain ceritanya  kalau mengalami kedua masalah, tunanetra dan tunarungu.  perlu kesabaran yang ekstra untuk bisa bercakap-cakap dengan orang-orang di sekitarnya.

Coba inget deh  pas aliran listrik di komplek  rumah mati berjam-jam. Dunia  gulita, seperti dihempaskan ke masa  ratusan sebelum peradaban.  Ga ada siaran tv, atau radio. Makin merana kalau pas kebetulan  lappy dan  gadget  kehabisan batre. Duh....
sumber: examiner.com
Tapi kalau dibandingkan dengan seseorang  yang mau saya ceritain, terputus dengan dunia luar sesaat buat kita itu  ga ada apa-apanya. Ya anggap aja itu  cara lain buat kita berempati. Merasakan  kalau di daerah terpencil sana,  yang belum tersentuh  putaran waktu yang sudah modern. Atau tidak bisa merasakan seutuhnya  jaman yang sudah  segitunya modern.


Itu sepertinya yang pertama kali dirasakan oleh Helen Keller.  Mulanya, Helen ini terlahir normal dan menunjukan pertumbuhan  yang menawan. Bayangin saja, saat usianya  baru 6 bulan ia sudah mulai berbicara dan  berjalan di usia  1 tahun.

Tapi ternyata Tuhan punya rencana lain. Helen  yang kelak dikenal sebagai  wanita hebat  yang menguasai  berbagai  bahasa isyarat dan menulis buku yang terkenal The Story of My Life.

5  Bulan sebelum berulang tahun kedua,  puteri kedua dari pasangan Arthur H Keller dan Katherie Adam  Keller ini terkena demam hebat yang membuatnya kehilangan  kemampuan mendengar dan melihat. Pertanda ini  diketahui oleh ibunya Katherine  ketika  Helen tidak bereaksi saat terdengar bunyi bel atau gerakan tangan yang dikibaskan di depan wajahnya.

Setelah menempuh jalan berliku untuk menemukan solusi, bahkan sampai membuat mereka  terhubung dengn penemu telepon,  Alexander Graham Bell.  Waktu itu, Bell memang sedang menangani anak yang menpunyai kasus  tunarungu.  Dari Bell ini, kedua orang tua Helen dianjurkan   untuk datang ke Perkins Institute for the Blind,  yang  kelak  mempertemukan Helen dengan Anne Sullivan, guru sekaligus sahabatnya.

Bukan urusan yang mudah ternyata  buat Anne mengenalkan dunia pada Helen.  Keterbatasan  yang dialaminya kerap membuat Helen frustasi dan sering mengalami tantrum, menyerang siapa saja. Anne yang gigih tidak mau  menyerah, meski  direcoki Katherine yang ga tegaan dan Arthur yang punya latar  belakang  militer tapi terkesan kurang  peduli memperjuangkan masa depan  Helen. Mungkin  karena masa itu  kasus  yang dialami Helen termasuk yang baru dan langka, ya? Makanya mereka sempat meyangsikan program yang direncanakan Anne untuk Helen.

Pertama kali bertemu, Anne memberi boneka pada  Helen dan mengenalkan mainan anak perempuan cantik itu dengan  bahasa isyarat yang dibuatnya. D-O-L-L, dengan isyarat tangan yang disentuhkannya pada telapak  tangan Helen dan suara yang diucapkan adalah komunikai pertama di antara keduanya. Selalu  begitu setiap  Anne mengenalkan  sesuatu yang baru.

Gampang? Tidak. Di sisi  Anne juga keukeuh  ingin mengajarkan Helen etika makan. Anne ingin kelak Helen  bukan hanya bisa berkomunikai, tapi juga menjadikan Helen wanita yang anggun, wanita yang terhormat an kayak bergaul dengan orang  normal meski hidup dengan  keterbatasan. Dulunya  Helen mengambil  makan serampangan, dari piring siapa  saja yang dia mau. Ayah, ibu,  bahkan Jim,kakanya.  Lain waktu, Helen dengan cueknya menjatuhkan buaian adiknya yang maih bayi dan tidak peduli seberapa keras adiknya menangis kesakitan.

Anne sempat bete dan sebal dibuatnya.  Lalu ia pun meminta tinggal di cottage khusus, berdua saja dengan Helen.  Tinggal di tempat khusus  juga bukan sesuatu  yang mudah dan menyenangkan. Anne kerap diludahi dan diserang  oleh Helen.  Malam berikutnya,  Anne harus bersusah payah membujuk Helen yang ngumpet di bawah ranjang saat sehrusnya  mata terpejam melepas  penat dan kantuk. Bahkan sampai batas waktu  masa mengajar yang ditetapkan, Helen masih menunjukkan perkembangan yang diharapkan.  Katherine dan Arthur  tidak sabar, nyaris pasrah.

Sebenarnya sih sudah  ada progresnya. Bahkan ketika tidur pun Helen seperti ngelindur. Tangannya  menggerakan isyarat tertentu seperti yanng sudah Anne ajarkan sebelumnya.

Tapi  Anne Sulivan tidak mau menyerah

Lalu  keajaiban itu muncul. Tuhan Menjawb doa dan usaha yang tidak terputus
source: youtube
Air  menjadi media  yang memecahkan kebuntuannya. Dalam kekalutan yang melanda,  Anne membawa  Helen ke pompa air dan membiarkan tangan gadis kecil itu basah oleh air. Di sisi telapak tangan lain, Anne mengeja isyarat w-a-t-e-r untuk air dengan isyarat jari, seperti yang dia ajarkan.  Air ternyata memudahkan Helen memahami  dunia dan berkomunikasi.  Helen tersenyum senang, ia bisa mengenal  nama, sesuatu, seseorang lewat  sentuhan,  dan merasakannya.  Lalu Helen mengulangi isyarat yang sama di telapak tangan Anne.  Anne pun mengajarkan objek lain termasuk panggilan ibu untuk Katherine  dan ayah  untuk Arthur. 

Bisa dibilang hari itu  adalah  titik balik buat Helen. Helen menemukan dunianya. Ia tidak merasa kesepian dalam hening dan warna-warna  yang mungkin hanya tahu hitam dan putih saja. Pada perjalanan waktu, Helen  bukan saja  mempunyai kemampuan mengagumkan  untuk   membca gerakan mulut, membaca huruf Braille, atau mengeja isyarat dengan jari. Di usianya ke-21 Helen berhasil menyelesaikan buku perdananya "The Story  of My Life" dan saat usianya menginjak 24  taun Helen menyelesaikan kuliahnya dengan predikat cum laude..  

Helen juga kerap memberikan kuliah umum, aktif di organisasi  kemanusiaan dan  aktivitas lainnya. Coba deh  cari tahu filmnya tentang Helen di youtube. ada kok link film full version untuk kepoin  ceritanya beliau. Dan suer, saya ikutan meleleh pas lihat adegan  Anne Sulivan memompa  air dan mengenalkan panggilan ayah - ibu  pada Helen. Rasanya saya seperti ada  di sana menyaksikan momen itu.




Saya  jadi teringat  ungkapan yang selalu saya suka, Everything Happens for a reason.  Kalau saja saat itu Katherine, Arthur dan Anne menyerah, bukan saja  membuat masa depan Helen Keller tetap pekat dan sepi untuk semur hidupnya, tapi bisa  juga perlu waktu lama untuk menemukan Helen Keller lainnya mengubah dunia mereka  yang  diuji dengan keterbatasan   tidak bisa melihat dan mendengar dan tetap  berkarya.  Keterbatasan, berbeda dengan yang lainnya sejatinya bukan  halangan untuk bercerita pada dunia. Ini lho mereka. Mereka bukan beban, tapi juga bisa berbagi, sama dengan yang  normal, membuat dunia jadi lebih  baik.

Orang  mungkin lebih mengenal Helen Keller  sebagai wanita  yang megubah  dunia. Saya tidak meragukan itu.  Tapi  orang-orang di belakang mereka seperti orangtua dan gurunya, Anne Sullivan  juga menjadi bagian  yang tidak bisa  dipisahkan.   Dibalik kisah kesuksesan,  pasti akan selalu ada  orang di  belakang layar  yang berperan.

referensi: http://www.biography.com/people/helen-keller-9361967#death-and-legacy


Share:

20 comments:

  1. Aku juga suka banget dengan kisah Hellen Keller ini Mak. Inspiring ya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tosss, Mak. Aku jadi pengen baca bukunya nih.

      Delete
  2. Dari reviewnya keren. Tapi itu ada subtitle Indonesianya ga? o_O

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sayangnya ga ada, Mbak. Tapi sebagian besar dialognya bisa dimengerti, kok. Ga pake kosa kata yang sulit.

      Delete
  3. Replies
    1. Helen Keller: The Story of My Life, Mas. Ada yang versi kartunnya juga.

      Delete
  4. Keren yah orang2 yg dibelakangnya Hellen, sabarnya banget, kan pasti usaha bertahun2 utk melatih Hellen..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Banget, Mak. Di belakang orang yang sukses sebenarnya ada orang-orang hebat yang mendukung, ya. :)

      Delete
  5. Aku pernah nonton filmya. Hellen Keller dapat Guru yang habat, orangtuanya pun hebat...makanya Hellen juga tumbuh dan menjadi orang hebat.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mak. Aku jadi kagum sama Anne Sulivan. Kalau ga ada dia, mungkin kita ga akan kenal sosok Helenn, ya.

      Delete
  6. saya udah nonton filmnya, ga kebayang deh...betapa capenya mengenalkan dunia pd Helen. semua itu ga akan mungkin tanpa cinta

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mak. kalau ga pake cinta dan sepenuh hati, ga kebayang ya bisa memoles Helen jadi sosok inspiratif gitu.

      Delete
  7. Penuh dengan inspirasi ya mbak.. kereenn deh Hellen Keller : The Story of My Life

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, mbak. Malu ya ktia yang ga punya keterbatasan kalau sampai kalah semangat sama Helen.

      Delete
  8. Aku ya..tau kisah ini dari novel Tere Liye dulu yg judulnya Bunda.... (lupa). Terus gak taunya banyak yg kritik bilang novel Tere Liye ini ngejiplak kisahnya Hellen Keller. NAH... Aku gugling deh siapa sih Hellen Keller ini dan bertemulah Aku dengan novelnya ini. Kisahnya lebih bagus dan hidup ketimbang novel TL ternyata. Hehehe...telat banget ya aku

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehehe iya mbak. Kisah Helen ini lebih seru daripada novelnya TL itu *duh maaf mas TL :D* Aku malah baru tau kalau novelnya dituding menjiplak. Alurnya rada mirip, sih :)

      Delete
  9. Inspiratif banget ya, blm pernah nonton

    ReplyDelete

Silakan tinggalkan jejak di sini, saya bakal kunjung balik lewat klik profil teman-teman. Mohon jangan nyepam dengan ninggalin link hidup. Komentar ngiklan, SARA dan tidak sopan bakal saya delete.