Hampir
saja saya tidak bisa mengikuti
gathering bareng Nukman Luthfie seorang pakar dan pegiat sosial
media yang diadakan oleh Mizan. Setelah sempat delay (tadinya mau digelar tanggal 15 Januari 2015), Hari
itu, jumat tanggal 6 Februari 2015
saya janjian pergi bareng dengan Teh Nunk buat
pergi dari meeting point di
terminal Leuwi Panjang.
|
ruang tengah Mizan tempat gathering. |
Tadinya sih,
mau pake angkot jurusan Dipati Ukur - Panghegar, tapi katanya
jarang ada yang mau lewat dan
berhenti di depan kantor Mizannya langsung. Makanya saya nurut aja, pas disaranin naik bis Damri jurusan Elang –
Cibiru yang baru datang setelah ditunggu 1 jam lebih. Nyaris putus asa, di tengah perut lapar
dan panas terik, bisnya belum juga
muncul. Sekitar 12.45 baru
deh bis ini muncul dan sukses diserbu
calon penumpang yang setia menanti.
Ada untungnya juga punya postur
mungil, selain bisa menyelinap di
antara penumpang yang berjubel, saya dan teh
Nunk juga diajak berbagi
penumpang lain duduk di kursi yang sebenarnya diseting untuk 2 orang.
Saya
sempet nanya sedikit protes sama
kondektur. “Kenapa sih, pak, lama banget
datengnya?”
Pak
Kondektur tersenyum dan santai menjawab, “Iya, bu. Kan jumaatan dulu kita.”
Masya
Allah, soleh ya pak sopir dan kondekturnya :). Padahal di antara calon penumpang yang waktu itu nunggu enggak
sedikit para bapak-bapak yang nunggu.
Ah, mungkin mereka bukan muslim atau
punya alasan lain ga jumaatan. Jam 13.15 bis yang saya tumpangi baru sampai perempatan Buah Batu. Enggak
enak, karena harusnya sebagai undangan saya datang on time dan takut tertinggal materi. Saya coba nelpon
Beta yang sudah datang lebih dulu. “Belum, Fi. Santai aja.”
Baru
saja dapat kabar dari Beta, hujan turun
dengan derasnya. Saya sama teh Nunk cuma bisa pasrah karena enggak bawa payung,
ditambah sekitar 20 menit kemudian Beta
mengabari kalau acara sudah dimulai. Ya sudah, pasrah aja :D.
Sekitar
100 meter sebelum pangkalan ojeg menuju
Cinambo, saya turun dari bis. Hujan masih lumayan deras. Ga asik kan,
kalau datang dengan keadaan kuyup? Meski cemas karena acara sudah mulai,
saya dan teh Nunk yang lapar berat masih
sempet-sempetnya buat makan indomie dulu di
warung mangkal di sana. Hihi..... dasar, ya! Sempet-sempetnya. Eh tapi
15 menit kemudian, hujan sudah reda.
Dengan menumpang ojeg, sekitar 5 menit kemudian kami sampai juga di
lokasi.
Presentasi Dari Mizan
Untunglah
sesi utama ngobrol bareng kang Nukman belum dimulai.
Saya tidak mengikuti secara penuh sesi pertama berupa presentasi yang disampaikan oleh Mohamad Lutfie, manajer produksi dan promosinya Mizan yang bercerita seputar
dunia penerbitan. Salah satu yang sempat saya simak adalah ceritanya ketika buku best sellernya Felix Siaw – Udah Putusin
Aja – siap naik cetak. Inti yang saya simpulkan dari sharing waktu itu,
ide yang sama dengan cara eksekusi yang berbeda bisa menjadikan buku best seller. Felix Siauw
sudah membuktikannya. Buku yang ngehits dan
sukses di pasaran itu dikemas dengan bahasa yang ringan dan ngena, disukai para pembacanya.
|
konsep lesehan yang asik |
Setelah
sesi games yang unik dan seru,
akhirnya acara utama dimulai bada Ashar. Saya acungin
dua jempol. Satu buat Kang Nukman yang
ngasih paparan asik dan renyah dan Mbak MC
yang bisa mengimbangi pemateri, bikin diskusi sore itu hangat dan mengalir.
Sosmed = Branding
Membuka
diskusi, Kang Nukman nanya, apa tujuan
kalian punya akun sosmed? Awalnya sih, dulu saya punya akun FB ikut
rame-ramean dan nyari teman lama. Ah,
ternyata alasan saya itu cetek
banget, ga jelas tujuannya.
Padahal, dengan aktif di sosial media
bisa jadi ajang kita
buat membranding diri!
|
Kang Nukman udah sering diundang MetroTV. credit: Beta Widias |
Pastinya
yang namanya branding itu enggak instan,
bukan seperti mie yang saya makan
sebelum datang hehehe. Ada proses yang harus dijalani tanpa mengabaikan etika. Makanya saya langsung niatin buat
benahin akun twitter saya yang
emang kurang jelas. Kalau profil sih, emang saya pasang foto sendiri,
bukan foto orang lain atau telur asin
minus tatonya itu.
|
ikut nyimak serius |
Membangun Engagement
Perlu
ketegasan juga ternyata dalam bersosial
media. Selain profil picture yang asli,
juga bio yang jelas sebagai
informasi siapa kita juga termasuk
header yang ternyata berpengaruh. Beberapa peserta gathering sore
itu ditanya punya berapa follower? Banyak yang sudah ribuan, jauh deh dengan
follower saya yang 490an.
Kang Nukman lalu menunjuk salah seorang peserta yang sudah punya follower ribuan di akun twitternya
dan memanfaatkannya untuk berjualan
sepatu.
“Kamu
bawa sepatunya, ga?” tanya Kang Nukman.
“Itu,
ada di sana, saya pake sepatunya,” kata
peserta itu sambil menunjuk deretan sepatu yang dilepas di depan. Ini salah satu contohnya yan berhasil membangun engagement di akun twitternya.
Obrolan
pun berlanjut untuk memaksimalkan akun medsos
kita. Kang Nukman yang mengindentikan
dirinya dengan penggemar kopi dan penggemar shoefie ini juga
mengajak kami untuk
memanfaatkan klout, G+, Linked In dan media lainnya untuk membangun personal branding. Coba cek deh, berapa skor Kloutnya? Klout ini mengintegrasikan berbagai
akun sosmed kita, mulai dari FB, twitter, Instagram sampai blog yang
dinilai dengan skor. Skor
rata-rata untuk klout adalah 40, semakin tinggi pastinya semakin oke.
|
nyimak sambil live twit, sekalian buat ngedraft blog |
Blogger adalah Kasta
Tertinggi di Sosial Media
Ngomongin
soal aktivitas di sosmed, ternyata pegiat blog alias blogger menempati kasta tertinggi. Yipiiii, proud to be a blogger. Pasalnya, blogger
bukan saja berposisi untuk ngobrol di sosmed, tapi juga sebagai
seorang creator, menciptakan konten yang diposting di blog. Makanya, perkuat deh branding kita di
konten yang ditulis, minimal 30%nya deh.
Siapa kita di situ. Branding yang pas
dan ngena bakalan mengundang chemistry,
mendatangkan folower dengan sendirinya di akun sosmed kita.
Semakin sering kita update di blog, semakin kuat branding yang dibangun.
Nah, untuk yang satu ini, bikin
saya tercenung sejenak. Blog saya
masih campur-campur, belum bisa
spesifik jadi food blogger, travel blogger,
beauty blogger dan blogger lainnya yang
lebih spesifik.
“Teteh
mah lebih kuat di buku, deh,” begitu komentar Ulu pas ngebahas branding. Ah,
iya, saya kan punya blog khusus review
buku, ya. Meski belum banyak postingan
dan perlu perjuangan ekstra. Secara harus baca dulu sampai khatam sebelum posting reviewnya. Belum lagi waktu buat berburu bukunya hehehe. Makanya,
setelah pulang ke rumah, saya ubah bio
twitter saya dan memasukkan keterangan sebagai seorang book worm. Meski pun masih banyak yang lebih freak dari saya soal buku hehehe...
Ngomongin
soal branding juga, Ulu
sore itu bercerita kalau dia
lebih dikenal sebagai owner Bandung
Diary, blog yang membahas seputar
Bandung. Lebih dikenal blognya dari pada
pemilik blognya! Hihihi ada-ada aja. Tapi iya, sih. Kalau inget Ulu, saya ingetnya cerita seputar Bandung dengan aneka perintilannya.
Etika Sosmed
Balik
lagi ke twitter, sebaiknya juga kita
bukan cuma menginformasikan bio
kita lebih spesifik saja. Coba deh jangan pelit untuk jadi follower dari beberapa akun yang inspiratif dan bermanfaat. Cek lagi follower
kita. Jangan jual mahal buat follow balik, terutama akun yang jelas dan membalas sapaan. Hayo, kita jugahappy kan kalau difollow balik seleb twiter atau direply? Kalau akun
telur asin atau alay, boleh deh diskip alias dilewat. Kita tentu pengin
ngobrol dan mendapatkan manfaat dari soscial engagement alias interaksi di dunia maya. Ya, ga?
Tapi
tentu ga sembarangan ngobrol di twitter. Jangan sampai
ocehan kita jadi perangkap yang
menggiring kita terkena UU
ITE. Masih ingat kan, beberapa kasus yang kena
getahnya gara-gara status atau
sharingnya di akun medsos mereka? Sekali lagi, saya jadi teringat
twitnta Kang Emil, walikota Bandung.
Bersosmed itu emang butuh kedewasaan. Beneran, deh.
Tanpa
terasa, waktu sudah menunjukkan jam 5
sore. Sebelum pulang, saya dan para
peserta gathering mendapat
souvernir berupa satu buku
terbitannya Mizan. Selama di perjalanan,
pikiran saya sibuk untuk segera
membenahi akun sosmed untuk membangun personal branding.
|
oleh-oleh dari Mizan. Satu doorprize dan satu souvenir dari goodie bag |
Terimakasih
Mizan dan Kang Nukman yang sudah berbagi
ilmunya yang keren.