Malam itu, ponsel saya
bergetar lembut. Rrr...... Ada pesan masuk. Seorang teman memberi tahu saya
kalau hari Kamis, tanggal 22 Agustus akan digelar acara monolog dan konser
peduli Mesir sekaligus penggalangan dana yang akan digelar di Bale Asri PUSDAI.
Beberapa nama di dalamnya sudah familiar buat saya, penyanyi religius Opick dan
Ebith Beat A salah dua diantara pengisi acaranya. Noted! Saya pengen dateng
meskin acaranya diagendakan dimulai jam 19.30-21.30. Singkat saya dapat exit
permit meski nonton sendirian. Solusinya, saya dijemput pulang oleh kakak saya
usai acara. Asyik!
Nah, hari itu, saya
datang lebih awal. Menjelang maghrib, saya sudah datang di TKP. Belum banyak
terlihat pengunjung sepertinya, kecuali panitia yang saya kenali dari ID Card
yang mereka pakai. Entah apa pasal, saya memutuskan untuk menunggu acara sambil
duduk-duduk di halaman Masjid, alih-alih 'nge-tag' posisi di Bale Asrinya
langsung. Eh, menjelang jam 19.00 saya mengenali seorang jamaah yang
menyambangi masjid. Reuni kecil, ngobrol sebentar ngalor-ngidul dan temannya
yang datang barengan petang itu tertarik ikutan nonton. Nah, asyik yang
kedua, saya punya temen nonton nih. Yipiiiii...
Selesai shalat Isya,
kami bertiga menuju lokasi dan sudah banyak pengunjung yang hadir. Saya disapa
salah satu panitia yang memberi kantung plastik berisi air mineral dan tissue.
Ini Asyik yang ketiga, setelah sebelumnya petugas penitipan tidak bisa menerima
titipan sepatu/sandal, kantung plastik ini bisa jadi solusi. Riskan kalau
membiarkan sandal di belakang. Bakalan repot nantinya pas pulang nanti mencari
sandal diantara 2000-an alas kaki pengunjung lainnya.
Acara yang sedianya
dimulai jam 19.30 ternyata molor setengah jam. Tepat jam 20.00 Acara dimulai.
Dengan perangkat suara yang apik, Layar Raksana di sisi kiri panggung
menyajikan slide dengan latar beberapa ayat dari surah Yusuf. Nah, bumi Kinanah
itu bukan sekali ini saja direcoki aroma iri dengki. Bahkan Nabi Yusuf as
sekalipun, mengalaminya. Itulah, mengapa Ayahanda Nabi Yaqub as melarang
Yusuf untuk menceritakan mimpinya."Hai
anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka
mereka membuat makar (untuk membinasakan)mu. Sesungguhnya syaitan itu adalah
musuh yang nyata bagi manusia".
Potongan slide
berputar, disambung dengan Pidato Presiden Mursi saat pertama kali dilantik
sebagai presiden Mesir. Rambut halus di lengan saya terasa berdiri. Setelah
itu, lampu stage meredup. Kali ini Kang Nugi, mantan penyiar radio MQ muncul ke
pentas membacakan monolog surat Mohammad El Beltaji untuk putrinya, Asma. Untuk
yang satu ini, saya rasa teman-teman semua sudah banyak yang tau, ya? Ada
banyak 'postingan' yang wara-wiri di beranda jejaring sosial facebook. Kutipan
terakhir dari surat Betalji itu yang menyentuh hati, "Aku tidak akan mengucapkan selamat tinggal
kepadamu. Kita akan segera bertemu dengan Nabi kita tercinta dan para
sahabatnya di Tepian Telaga Surga Kautsar dan itu adalah pertemuan dimana kita
bisa memliki satu sama lain."
Nah, setelah kang
Nugi, giliran kali ini giliran ustadz Yusuf Burhanudin Lc yang hadir di
stage. Saat itu, beliau mengenang saat pertama kali menjejakan kakinya di
Mesir, 9 September tahun 1999. Ada rasa cemas yang mnggelayut, dengan bekal
yang tersisa 40 dolar (kurang lebih empat ratus ribu) apakah akan cukup untuk 9
orang yang ada? Allah maha Baik, bukan untuk hitungan mingguan, tapi bahkan
sampai 8 tahun lamanya beliau dan teman-teman bisa bertahan di Mesir dan
menyelesaikan kuliahnya. Atas kebaikan warga Mesir, beliau dan teman-teman
tidak pernah luput dari perhatian dan kasih sayang warga di sana. Bahkan mereka
menanyakan dimana mahasiswa Indonesia saat akan memberikan sembako. "Mana
orang Indonesia? Mana orang Indonesia?". Saat itu, satu janji dipegang
teguh. Akan selalu menyayangi Mesir, sekalipun ia termasuk mereka yang
membantai. Tidak ada nada dendam yang saya tangkap malam itu. Allah tidak
pernah tidur, pertolongan Allah untuk Mesir pasti akan datang
Edcoustic yang hadir
ke pentas kemudian. Edcoustic membuka penampilannya dengan lagu favorit
saya. Jalan Masih Panjang disusul dengan Muhasabah Cinta. Saya nyengir
mendengar lagu kedua ini. Kalau pernah patah hati, pasti familiar dengan lagu
ini. Halah, kok, malah curcol, ya? :D
Selesai pentas
Edcoustic, ustadzah Mimin Aminah dengan lemah lembut suaranya sanggup
menggetarkan pengunjung. Saya merinding dibuatnya. Saat kita menyaksikan ribuan
rakyat Mesir meregang nyawa, kekejaman dan penindasan militer yang menyiksa
saudara-saudaranya sendiri, yakinlah kalau Allah ada untuk kita. Kita mempunyai
doa sebagai senjata orang Muslim. Saat tubuh terluka, saat darah mengalir, saat
musuh melancarkan tipu daya, Allahlah pembalas makar terbaik. Saat
Mesir dibantai, tanpa kita sadari, Aqidah kita juga terancam. Tepukan halus
beliau menyapa hadirin. "Apakah diantara kita ada yang belum shalat ghaib?
Apakah diantara kita sudah ada yang mendoakan saudara-saudara kita di Mesir?
Kalau belum, berdoalah, karena itu pertanda lemahnya iman. Semoga Allah
memberikan kesempatan kepada kita untuk mencintai saudaranya seperti mencintai
dirinya sendiri."
Kang Hari BPM
melanjutkan acara malam itu dengan mengajak pengunjung untuk bersenandung
Istighfar. Lagu yang sudah cukup familiar buat kita semua. Astaghfirullah Raba
Barayaa Astaghifirullah minnal Khothaaya.... AH siapa yang tidak 'ngeh' dengan
lagu ini? Silahkan digoogling :)
Nah, usai Kang Hari,
giliran Ustadz Hilman Rosyad yang muncul ke pentas panggung. Beliau bercerita,
ada empat negara Islam yang ditakuti barat. Siapa saja mereka? Ada Mesir,
sebagai Ummu Dunya, atau Ibunya dunia. Lalu Saudi Arabia yang dilemahkan
barat dengan menciptakan sistem monarkhi dalam pemerintahannya, Turki sang
pemegang khilafah yang dilemahkan dengan paham sekulernya dan terakhir
Indonesia. Ah, sudah tahu sendiri, kan, dengan apa negeri ini dilemahkan.
Hiks....
Itulah, saat ini, kita
sebagai bangsa Indonesia membutuhkan Allah, butuh pertolongan Allah untuk
mengeluarkan negeri ini dari keterpurukaannya. Beliau mengajak kita untuk
mengingat kembali isyarat dari Rasulullah saw. Kita akan ditolong Allah kalau
kita mau membantu saudaranya. Ya, Mesir salah satunya. Bayangkan, jika 4 negeri
ini ini bisa keluar dari cengkraman barat!
Selesai ustadz Hilman
turun dari stage, tiga orang personil naik ke panggung. Satu dengan gitar, satu
personil membawa perkusi dan sau lagi dengan dandanan ala DJ. Ah, siapa lagi
kalau bukan Ebith yang tampil? Lagu Dina Amparan Sajadah dkemas dengan irama
sudanese yang apik dilanjutkan dengan lagu doa untuk orang tua dan Ya Rabi Ya
Mustafa mengajak pengunjung bernyanyi bersama dengan pembawaannya yang enerjik.
Malam itu, Ebith menawarkan satu jersey timnas Indonesia untuk dilelang. Hasil
dai penjualan jersey itu akan disumbangkan untuk penggalangan dana untuk Mesir.
O, ya sebelum Ebith pentas, petugas berkeliling diantara pengunjung untuk
mengumpulkan dana. Semoga sedikit banyak dana yang terkumpul akan menjadi
saksi sebagai bukti cinta kita pada saudara kita, yaaa. Aamiin.
Selesai Ebith
menghentak stage dengan penampilannya, lampu kembali meredup. Sedianya, malam
itu panitia akan mngadakan interaksi langsung dengan ustadz Nandang Burhanudin
Lc langsung dari Mesir via Facebook atau Skype sehingga kita bisa
berinteraksi langsung dengan 'face to face'. Sayang sekali, karena pihak
Militer memblokir akses internet, akhirnya interaksi malam itu hanya bisa
dilangsungkan via HP - itupun kabarnya komunikasi jalur telepon juga
diawasi - yang diperdengarkan dengan bantuan mic. Saya kurang bisa
menangkap pembicaraan yang kurang jelas, tapi intinya, beliau
menyampaikan bantuan berupa materi dan doa akan sangat berarti sekali
bagi saudara-saudara kita di sana.
Sebelum Opick hadir
menutup acara, Gus Oong naik ke stage dengan membawakan monolognya.
.....
Kenapa kah para binatang masih punya cinta dan
kasih sayang
Kepada sesama binatang
Tanpa membatas kehidupan dengan politik dan agama
Mesir, kenapa kamu, Mesir?
Mesir Sungguh kamu memalukan
Agama kalian dibuat kemana?
Kepada sesama binatang
Tanpa membatas kehidupan dengan politik dan agama
Mesir, kenapa kamu, Mesir?
Mesir Sungguh kamu memalukan
Agama kalian dibuat kemana?
Allah kalian dibuat kemana
....
Mesir, darah dagingmu yang terkoyak
Dalam pembantaian yang membabi buta
Atas nama apa dan demi apa?
Mesir, banjir darah...
Darah dagingnya sendiri
Mesir
Setan mana yang memperdayakan kalian?
....
Mesir, darah dagingmu yang terkoyak
Dalam pembantaian yang membabi buta
Atas nama apa dan demi apa?
Mesir, banjir darah...
Darah dagingnya sendiri
Mesir
Setan mana yang memperdayakan kalian?
Mesir, Mesir...
Kalian memalukan peradaban manusia
Kalian memalukan peradaban manusia
Yaa Manan Yaa Hanan yang
dibawakan Opick sepertinya menjadi penutup acara. Saya dan teman mencuri start
duluan untuk keluar dari arena. Dengan 2000an pengunjung yang hadir, saya
mencari aman untuk terhindar dari desa-desakan.
Malam itu, langit di
atas Bandung cerah, menyambut doa yang mengangkasa untuk sadara-saudara di
Mesir. Di sini langit b egitu bersih, cerah dengan gemintang mengintip dengan
sinarnya yang cemerlang. Semoga Langit yang sama juga akan hadir di bumi
Kinanah. Aamiin ya Allah.
iya sekarang ini justru binatang yang lebih punya rasa belas kasihan
ReplyDeleteGa bisa ngomong lagi deh ya Mba Lisa buat komentarin ulahnya Asisi.
ReplyDelete