Monday, 17 October 2011

Keajaiban Para Pecinta Quran


Sore itu pelatihan hampir selesai. Menutup materi, Mba Lutfi salah seorang pemberi materi membuat analogi yanng sederhana. Kenapa sih kita tidak bisa khusyu dalam shalat? Membayangkan Allah ada di hadapan kita? Tentu tidak bisa karna kita belum pernah melihat-Nya. Beda dengan teman-teman kita yang Nasrani atau Budha misalnya. Mereka berdoa di depan patung Bunda Maria, Yesus bagi yang beragama Nasrani atau patung Budha bagi yang beragama Budha.

Lalu beliau mengambil gelas kosong dan mengisinya dengan air, dan memasukan biji salak ke dalamnya. "Air dalam gelas ini menutupi apa meliputi?" tanyanya. Kami yang hadir menjawab koor, "menutupi." Biji salak memang masuk ke dalam gelas, tenggelam di dasarnya, tapi airnya tidak meresap ke dalam biji salak. Lantas Mba Lutfi mengambil tissue dan memasuk ke dalam gelas. "Sekarang, air dalam gelas ini menutupi apa meliputi?"
Share:

Monday, 3 October 2011

Menelisik Masa Lalu Orang Lain - Bukan Infotainment

ayo!!! Baca Mutiara Bumi Saba ....  dan tuliskan kesan seperti ini, kesan terbaik yang di upload d blog akan mendapat hadiah dari penulis

Sejarah? Ah sejak  sekolah, pelajaran hafalan mana yang paling membosankan sekaligus menyebalkan? Pelajaran yang satu ini, setidaknya dulu buat saya identik dengan deretan tanggal, bulan dan tahun yang harus dihafal dan ada peristiwa apa dibaliknya. Meleset sedikit saja tanggal yang yang kita sebutkan dari peristiwa sejarah, tak ada ampun lagi, tak ada nilai sekedar upah menulis jawaban pasti dihargai nol.


Tapi ternyata sejarah tidak melulu seperti itu.  Persepsi yang salah  membuat kita membubuhkan  stempel BOSAN dengan ukuran besar. Daripada ngomongin orang lain dan membuat analisa ga karuan, ‘ngerumpiin’ sejarah jauh lebih seru dan relatif aman. ‘Kebaikan dan keburukan’ seseorang  bisa leluasa kita telisik lantas mulut kita akan membulat, Oooh begitu ternyata.

Lembaran catatan seorang ‘budak’ pun ternyata bukan cuma berisi curhat tentang perjalanan  hidupnya. Seperti mengendarai mesin waktu, membacanya membawa kita berkelana menyusuri jejak masa lalu seseorang dari nobody menjadi somebody, tak sedikit lalu jadi sebuah inspirasi. Itu kesan yang saya tangkap setelah membaca Buku Mutiara Bumi Saba.

Semakin sering mulut saya membulat  dan bergumam, tersenyum atau berdecak kagum. Ah ternyata menelisik cerita masa lalu bukan sekedar ‘dongeng’ ilmiah saja tapi memaksa kita harus pintar demi membuat kita tetap bisa satu frekuensi, nyambung mengikuti jalan cerita lembar demi lembar hingga tamat dan membiarkan memori kita dijejali dengan kisah-kisah satu atau banyak orang yang sama sekali tidak pernah kita temui atau ga ada hubungannya. Siapa nyana kalau sejarah seorang budak biasa saja ternyata bukan menjejali benak kita dengan kisah-kisah dan serangkaian ‘curhat’ lewat lembaran kuno yang nyaris lapuk dimakan zaman?

Gara-gara penasaran ‘diary’ seorang budak bernama Khaizaran  - seseorang yang kelak kita kenal menjadi Ibunda seorang pemimpin dunia – bisa lho membawa seseorang mengembara setelah sebeumnya  kembali ke tanah air menyusuri nostalgia lalu beranjak ke satu tempat yang pernah menjadi bagian dalam kisah itu dan….. menemukan cintanya lalu menggenapkannya dalam satu ikatan suci.

Kalau masih sulit menghilangkan kebiasaan menganalisa ‘urusan orang lain’ mungkin menelisik sejarah bisa jadi salah satu cara mengkompensasikannya. Cobalah perhatikan dengan apa yang kita baca atau dengan siapa kita berteman. Siapa tau hal-hal yang kita anggap biasa, tidak ada apa-apanya justru mengantarkan kita pada hal-hal yang selama ini kita cari.  Nah, sekarang cerita siapa yang  bisa membuat kita penasaran mengikutinya dari awa sampai akhir?
 
Ah ya, jangan samakan sejarah dengan infotainment yang rajin ‘mengulas’ kehidupan pribadi orang lain dengan topik ga penting. Dari sejarah kita belajar bagaimana seorang biasa menjadi luar biasa mengukir sejarah lalu mengubah wajah dunia hingga bisa kita rasakan prestasinya sampai sekarang, atau dari sejarah kita belajar bagaimana seseorang bisa jatuh entah karna kecerobohannya sendiri atau karna sebuah konspirasi. Seperti yang dikatakan Thomas Carlyle “Universal history, the history of what man has accomplished in this world, is at bottom the history of the Great Men who have worked here. “
Share: