Wednesday 16 March 2011

Kembalikan Bandungku yang Dulu


 Perhatikan para pengemudi motor di atas ini. Seharusnya meraka ga ada di lajur ini karena lajur ini disediakan buat kendaraan dari arah sebaliknya (searah dengan mobil pick up). Niatnya mau instan, cepet tapi karna volume kendaraan jadi numpuk ga jelas tepat di lintasan kereta malah jadi macet. Jarak ke perempatan berikutnya yang cuma butuh waktu 2-3 menit jadi molor sampai 30 menit!








Dan ini, para pengemudi motor yang keukeuh maksa nyari celah sempit  di kiri jalan. Mau nyalip harusnya ngambil dari sebelah kanan kan? Dengan kondisi macet sulit buat memacu kendaraan di atas rata-rata. Sementara tepi jalan sudah mentok, kalau pun ada malah jadi lahan pedagang. Kadang jalur trotoar  ini bebas dari pedagang, truk yang parkir ngasal  dan  masih saja dipake sama (lagi) pengendara motor yang ga sabar pengen cepet sampai.



 Padahal panjang jalan relatif cuma segitu-gitunya (kecuali dibuatkan jalan layang). Kalaupun dilakukan perlebaran jalan juga ga bisa selalu dilakukan. Belum lagi kalau pelebaran jalan, pohon-pohon ini yang jadi korban harus di tebang. Udara makin panas aja karna secara berkala cabang-cabang yang sudah rimbun harus ditebang demi keselamatan Pengguna jalan.

Solusinya sih sarana transportasi masal, seperti Transbus yang sudah digagas Pemkot Badan. Tapi ternyata aplikasinya ga semudah teori. Selain infrastruktur, anggaran,  juga penolakan dari para supir angkutan umum yang merasa ladang nafkahnya terancam. Padahal, dengan semakin masifnya volume kendaraan (terutama motor)  bikin konsumsi BBM makin meningkat. CO2 yang dilepaskan ke udara makin banyak dan bikin udara Bandung  tambah sumpek dan panas.

Kangen banget sama Bandung yang dulu. Bandung yang adem, Bandung yang hijau.....
Share:

0 Comments:

Post a Comment

Silakan tinggalkan jejak di sini, saya bakal kunjung balik lewat klik profil teman-teman. Mohon jangan nyepam dengan ninggalin link hidup. Komentar ngiklan, SARA dan tidak sopan bakal saya delete.