Anto menggaruk kepalanya yang sama
sekali tidak gatal. Senut-senut yang berdenyar di pelipisnya pun ia yakin betul
bukan karena sinyal dari tubuhnya yang
menuntut untuk beristirahat. Sekadar
menjeda dari kesibukannya mengelola bisnis sablon yang dikelolanya selama lima tahun terakhir.
Anto mendesah, hembusan napas yang
mengalir dari rongga hidungnya terasa semakin berat, seolah beban yang membenak
di kepalanya menggelembung seperti balon yang ditiup. Dan balon itu nyaris
pecah, seiring keluh kesah Fara yang tidak sabar lagi menghadapi ujian yang
menghadang. Ujian yang seharusnya dilalui bersama setelah 6 tahun usia mahligai
yang mengikat sumpah setia mereka.
Gambar dari sini |
“Sampai kapan lagi, To? Aku sudah tidak sanggup,” ucap Fara, sesaat sebelum ia
pergi membawa satu tas penuh berisi pakaiannya.
“Kamu mau ke mana, Fara?”
“Aku mau pulang.”
Tapi, rumah kita di sini,” Anto
meraih lengan Fara, memeluk kedua lengan wanita berwajah manis itu, meletakkannya
didepan dada..
“Aku menyesal melepas mimpiku, aku
menyesal memilihmu,” desis Fara sambul menyentakan tangannya.
“Fara,..” Anto tidak sanggup memilah
kata untuk menahan kepergian Fara.
Fara meraba sesuatu dari lehernya,
melepaskan kalung berbandul hati. Matanya terpejam sesaat sebelum menyimpannya
dalam genggaman Anto.
“Aku kembalikan ini. Aku pergi.”
Anto terpaku. Fara meminta cerai.
***
Anto menatap selembar foto bergambar dirinya dengan
Fara dan Noni, puteri semata wayangnya saat mereka berjalan-jalan merayakan
ulang tahun Noni yang ke-4, setahun sebelum Fara memilih untuk menyerah.
Harusnya Noni sudah SMA, setidak-tidaknya sudah kelas 2 atau 3.
Anto tersenyum getir, kala kenangan yang berpilin dan
berputar seperti slide film berdenyar dalam benaknya Fara pergi sepenuhnya dari
hidupnya, juga membawa pergi Noni. Seperti apakah Noni Sekarang?
Rrrrrr.....
Ponsel yang distel dengan volume pelan itu membuyarkan
lamunannya. Ada panggilan masuk dari
Lita, sahabatnya yang pernah jadi mak comblangnya dengan Fara. Dua belas tahun
lalu Lita jugalah yang menyelamatkan bisnis Anto dari kehancuran, meski tidak
berhasil mengembalikan Fara ke dalam
pelukannya.
“Ada klien nih, dia mau order gede sama kamu buat kaos
buat kampanye?” Lita tertawa riang, seperti biasa.
Lita menyebut angka yang membuat bola matanya membulat
lebih besar, proyek yang sayang sekali untuk dilewatkan.
“Mau, Lit. Kapan harus selesai?” sambar Anto bersemangat,
seolah lupa dengan kerinduan yang mengusiknya.
“Baiklah. Aku antar calon klienmu sekarang. Kamu ada
di rumah, kan?”
***
Anto menjabat hangat calon klien yang datang bersama
Lita. Seorang pria yang ternyata usianya tidak jauh berbeda dengan dirinya.
“Jadi ini bukan buat kampanye bapak?”
“Bukan. Saya cuma tim suksesnya,” Bayu, pria bertubuh subur itu tersenyum. “Yang
nyalon istri, saya. Katanya sablonan
buatan bapak paling rapi.”
Anto mengangguk.
“Istri saya bilang, bapak jago banget bikin desain
kaos. Dia ingin bapak yang buat,” Bayu menyerahkan selembar foto.
Anto terkesiap melihat foto di tangannya. Fara, wanita
yang meninggalkannya 12 tahun lalu, tersenyum manis dalam fotonya.
“Namanya Fara Anita.”
Baru saja beberapa jam yang lalu ia merindukan Fara
dan Noni. Doanya terjawab, meski mustahil kembali bersatu. “Apa kabarnya Noni?”
“Noni di sini,”
seorang gadis muncul dari balik pintu, tersenyum kikuk. “Pa, Noni kangen.”
Anto tergugu menatap Noni dan Fara yang muncul beriringan. Noni mirip betul dengan Fara.
"Kalian,.." Anto kehilangan kata-kata.
22 Comments
Astaga, Keren.....
ReplyDeletekripiknya mana? :D
Deletejadi anto milih partai istrinya dong :D
ReplyDeleteHahaha... bisa jadi, eh tapi ga bikin Fara balik lagi sama dia :D
Deletekeren sekali,,two thumbs up
ReplyDeletehehehe, itu yang diangkat jempol tangan kan? :D
DeleteWaaa hebat, mantan istrinya anto move-onnya nyalon jadi anggota dewan kah?? :)
ReplyDeleteSebenernya fokus saya dua-duanya move on. Anto bangkit dari keterpurukan bisnisnya, dan Fara sukses dengan karir politiknya, dua-duanya masih mengingat, cuma kalau Fara memilih orang lain :D
DeleteEyaampuuun...
ReplyDeleteIni si Fara semacam minta dibanjur kuah indomie gitu yah!
*brutal*
Kenapa harus ama Anto sih bikin kaos nya?
Di daerah Supratman kan banyak tukang sablon yang lain...
Etapi alasan si Fara perginya gak dijelasin yah?
Siapa yang selingkuh nih Fi?
*sok bikin plot sendiri*
Hahaha, dibanjur kuah Indomie bulgogi ya, Ry? Soalnya Fara ga bisa ke lain sablon hahaha... bia kerjanya memuaskan, sumber dana ga cukup buat nyalon.
DeleteFara pergi? karena pengen jadi politisi (semacam mimpi yang ajaib bin langka). Yang selingkuh mah kagak ada, termasuk eike yang nulis cerita ini (apaan sih)
Eh, jangan brutal gitu dong. Yang nyablon kan suaminya, bukan Fara. Mungkin Fara nggak tau suaminya nyalon disana, eh nyablon. Si Fara kan lagi sibuk kampanye hehehe :p
DeleteHehehe, kalem jangan sewot :D
DeleteTernyata gara belum bisa move on ke penyablon lain, hihihi..
ReplyDeleteBisa juga jadi modus,pura-pura pesan padahal pengen ketemu :D
DeleteIstrinya pasti juga masih ingat sama mantan suaminya itu yaa.
ReplyDeleteYoi :) makanya milih order nyablon sama Anto :D
DeleteFara itu kalau gak tega banget atau lagi modus hihi
ReplyDeleteModusnya ngarep diskon hehehe
DeleteWaaah :O :)
ReplyDeleteHehehe, kenapa wah? :D
Deletebolong besar: ujian apa yang mereka hadapi setelah 6 tahun bersama, dan membuat Fara tidak tahan lalu meminta cerai?
ReplyDeletekalau di jawaban komen di atas karena ingin berpolitik. eh ndak ada tersurat ataupun tersirat seperti itu di cerita...
Nah ini salah satu yang bikin saya penasaran pas posting, benang merahnya di sebelah mana? :D
DeleteMakasih masukannya, mbak hehe... Belum mulus nih nyusun logika sama alur
Silakan tinggalkan jejak di sini, saya bakal kunjung balik lewat klik profil teman-teman. Mohon jangan nyepam dengan ninggalin link hidup. Komentar ngiklan, SARA dan tidak sopan bakal saya delete.