Tentang Usia yang Bertambah - Pernah ga, ketika belanja ke supermarket disapa kasir atau pramuniaganya dengan sebutan Bu? Teteh, atau Kakak? Pernah dong, ya. (iyain aja biar cepet :D). Dalam rentang waktu yang hampir berdekatan gitu, saya pernah disapa dengan panggilan yang berbeda. Datang ke tempat ini disapa Kakak. datang ke mini market A dipanggil Ibu, eh besok lusanya pas beli properti di sebuah toko buku, mbaknya yang jaga stand dengan sopan ngobrol dan memanggil saya Teteh.
Jangan bete atau seneng dulu. Mungkin SOPnya begitu, harus menyapa pengunjung dengan sapaan tertentu, atau memang pelayan, pramusaji atau pramuniaganya dibebaskan menyapa pengunjung sesuai dengan panggilan yang kira-kira pantas.
Jangan bete atau seneng dulu. Mungkin SOPnya begitu, harus menyapa pengunjung dengan sapaan tertentu, atau memang pelayan, pramusaji atau pramuniaganya dibebaskan menyapa pengunjung sesuai dengan panggilan yang kira-kira pantas.
Kadang saya suka mikir nih, jangan-jangan penampilan atau baju yang dipakai bisa ngaruh juga. Kalau dekat rumah, cuma ke pasar atau minimarket mah saya lebih suka pake kerudung instan alias berego. Dan biasanya kalau pake kerudung instan gitu lebih sering disapa ibu huehehe.. Pernah sih pake setelan yang ga secuek ke pasar gitu pun tetep aja ada yang nyapa saya ibu. Ya, sudahlah emang secara usia saya udah waktunya dipanggil ibu, meski di KTP masih menyandang status single :)
Dulu saya suka bete kalau disapa ibu, tapi kemudian bisa berdamai disapa begitu. Kalau masih ada yang menyapa teteh, mbak, kaka dan semacamnya ya ga usah geer juga. Yang lebih tua seumuran mama atau beberapa teman yang usianya dibawah saya sih biasanya manggil gitu. Ya asal jangan nyapa kita, Eyang misalnya. Kan, masih kejauhan kalau buat seumuran saya disapa gitu.
By the way, postingan saya kali ini terinspirasi dari blogpostnya Tian, untuk program #PINKEBANDUNG. Dibaca, ya: Jangan Takut Menjadi Tua
Lanjut. Saya setuju kalau yang namanya usia ga selalu berbanding lurus dengan kedewasaan. Yang muda ga selalu kolokan dan yang yang tua ga selalu berpikir matang. Kadang ada kalanya juga ketika berkumpul dengan teman lama, kita masih seusiaan dulu, tidak merasa bertambah umur. Candaan garing jaman dulu kerap terlontar, lalu tiba-tiba ada yang mengingatkan, hoooi, inget umur. Di sisi lain, ada kalanya kita merasa perlu sesuatu yang membuat lebih rileks, merasa lebih muda untuk melepas penat di benak.
Usia saya sekarang memang sudah memasuki
pertengahan kepala 3, segmen usia yang sangat potensial untuk dibidik
obat atau krim muka dengan embel-embel anti aging. Lho kok ada keriput
di sini? Lho kok fleknya jelas? bla bla bla..say
Lalu saya takut ga menjadi tua? Sejujurnya ketakutan itu ada. Saat bercermin dan melihat lembaran putih mulai muncul, saya khawatir. Seumuran gini kok udah ubanan? Dokter yang saya curhati pun menaikan alisnya. "Hah? Kamu sudah ubanan?"
Lalu saya takut ga menjadi tua? Sejujurnya ketakutan itu ada. Saat bercermin dan melihat lembaran putih mulai muncul, saya khawatir. Seumuran gini kok udah ubanan? Dokter yang saya curhati pun menaikan alisnya. "Hah? Kamu sudah ubanan?"
Saya mengangguk sambil nyengir. Lalu mengalirlah petuah-petuahnya, kadang disela omelan yang anehnya saya tanggapi dengan santai, cuek. Uban yang muncul di kepala memang belum saatnya. Di satu sisi senang mendengarnya. Berarti masih muda? #eeh, tapi di sisi lain, ini sinyal kalau stamina saya ga sekuat dulu. Ternyata saya punya alergi yang cukup serius. Masih suka cheating soal makan, tapi berusaha untuk ngerem. Sinyal paling gampang adalah munculnya jerawat. Artinya, tingkat penolakan (((penolakan))) tubuh saya cukup tinggi. Satu waktu, 3 minggu jerawat di muka tidak sembuh-sembuh, dan beberapa suntikan yang bikin saya meringis mendarat dengan sukses. Cantik itu sakit memang :)
Sebentar, saya koreksi soal ketakutan menjadi tua. Saya takut saat bertumbuh usia tidak dibarengi dengan fisik yang tidak sekuat dulu. Beberapa tahun yang lalu, saya sanggup begadang sampai menjelang dini hari. Menonton bola atau film di tv/youtube, membaca buku atau kejar setoran kerjaan. Jaman kuliah dulu malah lebih ekstrim, sering tidak tidur sampai subuh demi SKS alias Sistem Kebut Semalam. Sekarang, kalau sudah waktuya Cinderella kembali ke rumah saya masih melek, malah pengen nangis. Saya Pengen tiduuur. Ya memang ga bisa dibantah, seusiaan ini rentan melemah dri fisik atau kesehatan.
Mindset saya berubah. Bertambah usia adalah sesuatu yang tidak bisa ditolak. Percayalah, saat kita meratapi tanda-tanda penuaan, di luar sana masih ada yang resah apakah besok lusa ia bisa menghirup udara. Ada yang punya harta berlimpah tapi tidak bisa menikmati lezatnya makanan, leluasanya meluncur ke sana ke mari dan kenikmatan lain yang kadang kita sepelekan, karena merasa semuanya kita anggap sebagai hal yang biasa.
Mengunjungi teman atau family yang sakit kadang bisa menjadi vitamin hati, lho.Meski aroma khas rumah sakit lebih terasa seperti mengintimidasi, semacam perasaan ga enak. Tapi berpapasan pasien di selasar rumah sakit, atau sedang menunggu antrian itu bisa membuat kita ngomong sama diri sendiri, "You were lucky, be grateful of what you are."
Biasanya sesuatu itu terasa berarti ketika kita menyadari tidak mendapati atau merasakannya lagi. Contoh paling gampang, misalnya saat direcoki flu. Hidung yang lega akan kita rindukan ketika terasa mampet. Nikmat sehat itu mahal.
Mindset saya berubah. Bertambah usia adalah sesuatu yang tidak bisa ditolak. Percayalah, saat kita meratapi tanda-tanda penuaan, di luar sana masih ada yang resah apakah besok lusa ia bisa menghirup udara. Ada yang punya harta berlimpah tapi tidak bisa menikmati lezatnya makanan, leluasanya meluncur ke sana ke mari dan kenikmatan lain yang kadang kita sepelekan, karena merasa semuanya kita anggap sebagai hal yang biasa.
Mengunjungi teman atau family yang sakit kadang bisa menjadi vitamin hati, lho.Meski aroma khas rumah sakit lebih terasa seperti mengintimidasi, semacam perasaan ga enak. Tapi berpapasan pasien di selasar rumah sakit, atau sedang menunggu antrian itu bisa membuat kita ngomong sama diri sendiri, "You were lucky, be grateful of what you are."
Biasanya sesuatu itu terasa berarti ketika kita menyadari tidak mendapati atau merasakannya lagi. Contoh paling gampang, misalnya saat direcoki flu. Hidung yang lega akan kita rindukan ketika terasa mampet. Nikmat sehat itu mahal.
Jadi, biarkanlah usia kita semakin bertambah, tapi tetap bisa menikmati dan mensyukurinya. Salah satu caranya adalah dengan menjaga kesehatan. Karena dengan menjaga kesehatan juga adalah cara kita menjaga amanah Tuhan, memelihara aset penting agar kita tetap produktif. Setuju?
Tua itu pasti, dewasa itu pilihan. Pun begitu juga dengan kesehatan kita.
Tua itu pasti, dewasa itu pilihan. Pun begitu juga dengan kesehatan kita.