Monday, 10 October 2016

Camping Asik di The Lodge Maribaya

Camping Asik di The Lodge Maribaya  - Hampir jam 10.30 dan saya masih tertahan di jalan Cihampelas. Sabtu itu saya janjian sama Euis, salah satu blogger Bandung. Kami janjian ketemuan di Ciumbuleuit, penghujung angkot Sthall-Ciumbuleuit  yang beakhir di depan RS Salamun. Lupa saya, kalau setiap weekend Bandung selalu penuh dengan limpahan turis lokal dan interlokal eh asing maksudnya. Apalagi siang itu kami (juga bareng Yasinta dan Nchie yang  pergi naik motor) janjian menghabiskan weekend di The Lodge Maribaya untuk camping.
Camping Asik di The Lodge Maribaya
Camping Asik di The Lodge Maribaya
Camping? Serius, camping. Tapi ini bukan sembarang camping. Untunglah driver Grab yang kami pesan cukup sabar menempuh 'jalan tikus' yang rutenya tidak biasa. Sebenarnya kami bisa juga menempuh perjalanan via jalan Setiabudi, tapi diskip saja, karena selain macetnya yang menggila dipastikan fare estimate lewat rute itu akan lebih mahal :D 

Sekitar dzuhur, menjelang jam 13 kami sampai juga di lokasi. Nchie dan Yasinta  sudah sampai duluan, sedang menunggu kami sambil asik mengunyah cilok. Beberapa potong ketan bakar plus saus oncomnya yang dibelikan buat saya dan Euis cukup menggoda untuk mengganjal rasa lapar. Setelah meluruskan kaki yang pegal, dan ngopi sebentar, kami berempat masuk  ke dalam lokasi dan disambut Rudini, salah satu karyawan The Lodge yang memandu kami check in di Vila Kayu, khusus buat para campers saja. 
Camping Asik di The Lodge Maribaya
Pintu masuk Vila Kayu
Vila Kayu ini semacam lobinya buat para campers. Setelah menyimpan barang bawaan di dalam tenda, kami ngaso bareng di sini ditemani suara tonggeret,  menghabiskan waktu sampai senja datang. Setelah berfoto dengan macam-macam pose, diselingi ngopi, ngeteh atau minum bandrek (for free)  dan menikmati pemandangan di bawah vila, kami juga beruntung bisa ngobrol bareng dengan Bu Heni, ownernya The Lodge. 
Vila Kayu yang colorfull dan instagramable
Camping Asik di The Lodge Maribaya
Vila kayu, spesial cuma buat Campers
Bikin kopi sendiri dengan takaran suka-suka.  1 cangkir saja atau mau nambah, it's oke. Gratis! 
Lahannya The Lodge yang luasnya kurang lebih 2 hektar ini mayoritas ditumbuhi pohon Pinus. Jumlahnya ada sekitar 4.000an, hasil menanam sendiri. Iyes, dengan tangan bukan pake mesin. Tentunya bukan proyek sim salabim kayak Sangkuriang atau Bandung Bondowoso yang sekali menjentikan jari langsung jadi. No, it takes time. Dua belas tahun yang lalu tepatnya Bu Heni merintis tempat ini.

The Lodge, awalnya direncanakan untuk rekreasi keluarga saja, bukan untuk tujuan komersil. Tapi, pengaruh medsos yang cepat sekali memviralkan sesuatu yang menarik, menjadikan The Lodge Maribaya ramai dikunjungi. kalau di hari biasa pengunjung yang datang berkisar 500-600an, saat weekend atau hari libur bisa mencapai 2-3 kali lipat. 
Camping Asik di The Lodge Maribaya
Pohon Pinus, identik dengan bentang alam di The Lodge
Amazing? Iya, tapi kalau ga dibarengi dengan sense of belonging pengunjung, ya bisa jadi musibah. Kebayang aja, kalau rerata pengunjung bawa makanan dari luar terus meninggalkan jejaknya alias buang sampah sembarangan di sini. Berapa banyak coba sampah yang akan menggunung?

Eh tapi untuk yang satu ini sudah diantisipasi manejemen Maribaya, lho.  Coba deh, perhatikan kalau datang ke sini. Nyaris susah ditemukan ceceran sampah di lokasi. Selain memang disediakan tempat sampah,  juga ada petugas yang selalu wara-wiri dengan 'tools' di tangan mereka agar lokasi The Lodge ini ga bikin sepet mata karena sampahnya itu. FYI, untuk pengujung biasa (non campers) tidak diperkenankan membawa makanan dari luar. Selain memang untuk menjaga kebersihan, di sini banyak tenant atau kafe yang menjual makanan. Soal harga? worth it.
Camping Asik di The Lodge Maribaya
Foto cantik di The Pines
Camping Asik di The Lodge Maribaya
Lingkungan yang bersih dan nature, bikin betah

Bukan Glamping

Waktu kami ngobrol sore itu, Bu Heni, sang owner bilang kalau konsep camping di The Lodge Maribaya ini bukan sejenis glamour camping alias glamping, tapi  camping biasa yang nyaman. Hmmm, apa ya, istilahnya? Kan kalau glamping, suasananya udah kayak hotel dengan fasilitas toilet dan kamar mandi yang berada di dalam tenda.  Nah di sini toilet dan kamar mandinya terpisah. 
Camping Asik di The Lodge Maribaya
Tenda yang unik, mirip bawang
Setiap tendanya berisi dua kasur lengkap dengan bantal, selimut, sleeping bag, lampu dan colokan. Meski begitu, tetap nyaman lho karena alasnya bukan tanah, tapi semacam vynil buatan gitu. Jadi insya Allah, gak akan ada binatang tanah yang menyusup waktu kita tidur.

Malam hari saat kebelet pipis atau BAB kita tetap harus keluar tenda, menuju toilet yang disediakan buat para campers yang mudah dijangkau.  Kamar mandinyanya banyak, dan tersedia shower dengan keran hangat atau dingin. Asik, kan?

Jajan di The Lodge

Jangan takut kelaparan selama berada di sini.  Aneka jajanan mulai dari camilan seperti surabi,  otak-otak,  colenak, ketan bakar sampai makanan berat berupa mie kocok atau mie bakso bisa kita pesan di sini dengan harga yang terjangkau.
Camping Asik di The Lodge Maribaya
Tenant makanan di The Lodge Maribaya
Camping Asik di The Lodge Maribaya
Kalau lagi hujan, mie kocok ini pas banget buat menghangatkan perut
Camping Asik di The Lodge Maribaya
Perapian surabi yang masih klasik dengan keramik dan kayu bakar
Camping Asik di The Lodge Maribaya
Surabi jumbo dengan toping oncom. Mau isi telur, cokelat atau keju juga bisa rikues

Makan Malam  di Dapur Hawu

Untuk para campers yang sudah membayar paket full, The Lodge menyediakan makan malam dan sarapan pagi di dapur Hawu. Khusus untuk makan malam, sambil menikmati makan malam dan berdiang di depan 'hawu' alias tungku kayu bakar, juga disediakan hiburan  yang menampilkan kesenian tradisional yang nyunda banget. Ada tarian jaipong atau kesenian calung. Para penampilnya? Bukan artis glamor, tapi para anak-anak muda  warga sekitar yang dibina.

Meskipun bukan penari profesional tapi mereka ga canggung untuk menghibur pengunjung. Kalau pede, boleh kok ikutan nimbrung nari. Malahan mereka suka ngajak pengunjung untuk turun ke panggung ikutan ngibing alias joget bareng.
Camping Asik di The Lodge Maribaya
Makan malam dengan alas daun
Camping Asik di The Lodge Maribaya
Siduru alias menghangatkan badan
Camping Asik di The Lodge Maribaya
Nchie, Bu Heni dan teteh-teteh geulis ini lagi nari Jaipong
Camping Asik di The Lodge Maribaya
Kesenian Calung, udah jarang yang perform

Sarapan Pagi di Dapur Hawu

Adzan subuh berkumandang saat jam menunjukkan pukul 04.00 lebih. Sekalian wudhu,  mandi aja sekalian. Mandi dengan air hangat? Bisa, tersedia kok kerannya. Tapi kebiasaan saya  lebih suka mandi pagi dengan air dingin, meski hujan lagi deras-derasnya. Bisa dibilang jarang banget mandi dengan  air hangat. Soal kebiasaan saja, sih. O, ya untuk handuk, sabun mandi, shamppo, sikat dan pasta gigi sudah include, ya. Ga usah bawa lagi dari rumah, lumayan ga terlalu memberatkan bawaan.

Sambil nunggu sarapan dan jalan-jalan, kami membereskan tenda, bawaan lalu dandan cantik :) Camping bukan jadi alasan buat cuek, dong. Lagian kami sudah niat buat muas-muasin foto di lokasi sebelum sarapan dan menjajal wahana. Batre dan powerbank sudah siap tempur karena sudah terisi full saat kami tidur. Mumpung The Lodge masih sepi, jadi tidak terdistraksi buat foto-fotoan di sini.

Kalau mau puas, saran saya ngambil paket camping aja. Komplit dengan banyak privilege yang didapatkan.  Mahal? Relatif, sih. Tapi beneran sebanding dengan apa yang akan kita dapatkan selama 1 hari 1 malam di sini. Beneran! 
Suasana Dapur Hawu  saat sarapan
Camping Asik di The Lodge Maribaya
Sarapan dengan roti bakar, mau?
Camping Asik di The Lodge Maribaya
Sarapan pagi dengan nasgor
Camping Asik di The Lodge Maribaya
ngopi atau ngeteh di Dapur Hawu dengan cangkir seng yang antik
Pada jam makan siang, Dapur Hawu terbuka buat umum yang ingin makan di sini. Begitu juga dengan Kafe The Pines, buat yang pengen ngopi cantik atau ngemil sambil menikmati pemandangan terbuka.

Camping Asik di The Lodge Maribaya
Ngopi cantik di alam terbuka yang eksotik

Menjajal Wahana

Sebelum tracking bareng para camperr lainnya,  kami mencoba dulu wahana yang ada di sini. Karena pintu masuk untuk umum baru dibuka jam 10.00 pagi, kami ga perlu lama-lama ngantri untuk foto-foto di Sky Tree dan Mountain Swing. Tuh kan, saya bilang juga, kalau ga suka ngantri lama dan ga mau kepanasan atau hujan, mending ambil paket campers aja :)
Camping Asik di The Lodge Maribaya
Pose-pose kece di Sky Tree
Ngeri? enggak juga kok. Karena saat akan naik kita  akan mengenakan tali pengaman. Sky Tree ini memang terinspirasi dari Sky Tree di Kalibiru. Posisi pohon yang pas membuat Bu Heni segera mengeksekusi pembuatan wahana ini hanya dalam 3 hari.

Kalau pengen hasil foto yang ciamik, ada fotografer yang akan membantu membidik pose terbaik kita dengan kamera DSLRnya. 4 Foto saya di atas itu adalah hasil bidikan fotografernya. Ga ada keharusan untuk menebus fotonya, tapi bilang aja ya, kalau mau diambil atau enggaknya. Soalnya akan segera didelete kalau emang ga akan diambil. Fotonya akan dipindahkan ke HP kita via blue tooth atau kabel data. Waktu itu saya ngambilnya agak siangan ketika pengunjung sudah ramai, soalnya dompet disimpan di tenda. Nunggu rada lama dikit tapi puas lah lihat hasilnya. 
Camping Asik di The Lodge Maribaya
Ngambil foto yang kece
Camping Asik di The Lodge Maribaya
Jangan lupa senyum di Mountain Swing ini
Nah foto di atas ini diambil di wahana Mountain Swing. Ngeri-ngeri sedap? Ya jangan lihat ke bawah, deh. Tapi sama seperti Sky Tree, di sini juga aman. Tuh lihat, saya bisa tersenyum lepas di foto ini. Gimana? Berani mencoba? Cobain atuh, sayang, Eh tapi kalau masih keder mah ada juga ayunan yang kayak gini. Ini mah cetek.
Camping Asik di The Lodge Maribaya
Ayunan ini cetek lah :)
Kalau menurut saya,  dibanding Sky Tree atau Mountain Swing, wahana Zip Bike yang menyedot lebih banyak nyali. Selama kaki nyampe ke pedal siapa saja boleh mencicipi sensai adrenalin yang turun naik. Sama dengan dua wahana sebelumnya, kita juga tetap mengenakan pengaman. Untuk sampai ke tengah, kita harus mengayuh sendiri sepedanya. Pas balik laginya mah bakal ditarik pake tali sama petugas yang jaga di pos.   

Sempat terdengar celutukan seorang pengunjung laki-laki yang bilang gini,  "Urang sieun huntu ragrag, euy (saya takut gigi jatuh). " Sukses bikin yang lagi nahan mules karena deg-degan jadi nyengir dibuatnya.
Camping Asik di The Lodge Maribaya
Berani naik Zip Bike ini?
Kalau ada teman yang bawa kamera DSLR, berposelah sekece mungkin. Jangan takut untuk melepaskan tangan dari tangan, ga akan jatuh, kok. Tapi waktu saya ada di sini tetep degdegan aja. Sampai-sampai waktu balik lagi saya masih rada shaking alias gemetar.

Kadang si Aa petugasnya  kalau liat kita gokil dan berani, dia bakal menggoyang -goyang talinya. Beberapa pengunjung cekikian pas lihat temannya digoyang. Merasa ngeri? Bilang aja talinya jangan digoyang. Ga akan dijailin. Tidak usah pasang tampang memelas si Pussy Boot kayak di film Shrek gitu, dia bisa melihat ekspresi keberanian yang terpancar :D

Tracking

Kapan terakhir kali tracking? Seinget saya, sih dulu sekitar awal tahun baru 2008 atau 2009 waktu menapaki jalan hutan Maribaya menuju kaki gunung Tangkuban Parahu. Bisa diihitung ya, sudah hampir sepuluh tahun saya ga jalan menempuh medan kayak gini. Waktu kuliah dulu, biasanya ada acara malam keakraban pas awal-awal tahun akademik baru. Biasanya suka ada kebut gunung atau hiking dengan rute yang lumayan. Sayang banget ih, kalau dulu kalian pura-pura sakit biar ga ikutan. Seru, lho.

Nah, kalau emang dulu ga sempat, ya sudah ikutan tracking di sini saja. Fasilitas ini khusus disediakan buat para campers saja, minimal 2 orang, tetap jalan dan dipandu. Rute sepanjang 4 km bolak balik  yang naik turun melewati lembah ini ditempuh sekitar 1 jam saja. Cape? Dikit, tapi asik.

Camping Asik di The Lodge Maribaya
Hijaunya bikin segar mata, adem ke hati
Camping Asik di The Lodge Maribaya
Jangan lupa foto-foto di jembatan ini
Camping Asik di The Lodge Maribaya
Di perkotaan udah jarang lihat penampakan sungai kayak gini
Pernah dengar jokes kalau ngajak orang Sunda piknik mah mah gampang? Katanya kasih aja cobekan sama nasi, terus suruh maen di kebun.

Maksudnya gini, lho. Orang Sunda itu kan  doyan makan lalab-lalaban. Ga riweuh lah soal selera makan, mah. Kasih nasi panas, lalab, sambel dan ikan asin, jadi deh botram alias makan barengan. Waktu tracking, saya sempat menjumpai pohon leunca dan pohon pepaya ini. Pas banget kan, buat piknik? Untunglah kami ga bawa se'eng (alat tradisional buat masak nasi), kayu bakar dan cobekan. Bisa-bisa malah jadi botram di sini, bukannya melanjutkan tracking :)
Kepikiran bawa cobekan atau bala-bala pas tracking? jangaan
Saat camping di The Lodge nanti, siapkan sepatu kets atau sandal gunung. Repot kalau pake wedges atau sendal jepit pas tracking. Ga mau kan, sendal mahalnya rusak atau tergelincir pas menempuh perjalanan ini?

Setelah olahraga pagi yang jarang-jarang kami lakukan kayak gini, kaki pegal tidak terasa karena banyak diselingi foto-foto, termasuk selfoot ini. Gapapa deh sepatu jadi 'ledok' alias kotor sama tanah merah ini. Keseruan pengalaman saat camping ini jauh lebih berarti *uhuk*
Camping Asik di The Lodge Maribaya
sel foot dulu
So, kapan mau ke Maribaya? For more info, klik aja situsnya The Lodge Maribaya

The Lodge Maribaya:
Jalan Maribaya No. 142 /252 RT 03/15
Kampung Babakan Gentong, Desa Cibodas, Maribaya - Lembang
Telp: 022-253611 - 08564611118 - 08112253299
Buka Jam 09.00-17.00
FB: The Lodge Maribaya
Instagram: @thelodgemaribaya
Email: info@thelodgemaribaya



Share:

Sunday, 9 October 2016

Kejar #Ambisiku: Menjadi Bos Bagi Diri Sendiri

Kejar #Ambisiku: Menjadi  Bos Bagi Diri Sendiri - Kalau dulu masih banyak yang berpikir selesai sekolah atau kuliah adalah menjadi seorang karyawan atau memiliki pekerjaan yang mapan, saat ini sudah banyak yang memiliki keinginan berbeda. Kebanyakan anak muda sekarang ketika selesai sekolah atau kuliah itu tadi adalah menjadi bos jadi diri endiri. Memulai wirausaha meski harus menapakinya dari nol.

Di beberapa kota besar seperti Bandung, Yogya dan Makassar dikenal memiliki populasi anak muda yang kreatif dengan karakter-karakternya yang unik. Bandung, misalnya, dikenal dengan bisnis clothing atau distro dan kuliner  dengan para ownernya yang masih muda. Karena alasan ini dan beberapa alasan lainnya pula, Tri sebgai operator seluler di Indonesia dengan 70% usernya berada di segmen usia 15-25 tahun membuat sebuah program Festival Ambisiku pada tanggal 30 Maret 2016 yang dilanjutkan dengan kegiatan roadshow  Parade #Ambisiku.
Kejar #Ambisiku: Menjadi  Bos Bagi Diri Sendiri
Foto: dokumen pribadi
Festival Ambisiku adalah wujud dedikasi dari Tri untuk para generasi muda di Indonesia melalui rangkaian program yang merangkul berbagai ambisi dan saling menginspirasi untuk  Indonesia yang lebih baik.

Untuk kota Bandung, acara ini digelar pada tanggal 7-9 September 2016 bertempat di arena parkir Trans Studio Mall, Bandung. Berbagai tenant yang digarap oleh anak-anak kreatif dari Bandung ini berjajar di lokasi acara memamerkan produksinya yang kreatif dari 20 merek nasional dan 30 dari merek lokal produk kerajinan asesoris, kuliner, fashion dan kerajinan tangan.
Kejar #Ambisiku: Menjadi  Bos Bagi Diri Sendiri
Grafiti, salah satu kreatifitas anak-anak Bandung 
Kejar #Ambisiku: Menjadi  Bos Bagi Diri Sendiri
Punya ambisi apa?
Dan tahu tidak? Ternyata di antara 22 kota kreatif di Asia, cuma dua kota yang terpilih lho dari benua Asia, Singapura dan Bandung! Selain terpilih menjadi kota kreatif, Bandung juga menjadi salah satu dari jejaring kota kreatif yang dipilih oleh UNESCO. 
Kejar #Ambisiku: Menjadi  Bos Bagi Diri Sendiri
Pembukaan acara Kejar #Ambisiku di arena parkir Trans Studio Mall
Dengan berjalannya Masyarakat Ekonomi ASEAN alias MEA, tentunya rugi banget bagi Indonesia kalau hanya menjadi penonton saja. Begitu juga dengan pemerintah yang dilancarkan oleh Pemerintah kota Bandung untuk menyambut MEA dan mengapresiasi ekonomi kreatif di Bandung agar bisa bertahan dan berkompetisi secara sehat.  Ada program Little Bandung, atau Gampil,  aplikasi yang bisa diunduh  lewat playstore, juga merupakan fasilitas yang dibuat oleh Pemkot Bandung untuk memudahkan para pelaku ekonomi kreatif yang sebagian besar dimotori anak-anak muda.  
Kejar #Ambisiku: Menjadi  Bos Bagi Diri Sendiri
Foto: dokumen pribadi
Kejar #Ambisiku: Menjadi  Bos Bagi Diri Sendiri
Foto: dokumen pribadi
Kejar #Ambisiku: Menjadi  Bos Bagi Diri Sendiri
Foto: dokumen pribadi
Kejar #Ambisiku: Menjadi  Bos Bagi Diri Sendiri
Foto: dokumen pribadi
Kejar #Ambisiku: Menjadi  Bos Bagi Diri Sendiri
Foto: dokumen pribadi
Ngomong-ngomong soal anak muda dan hobinya, ternyata di Bandung ini ada sekitar 550 komunitas yang bermula dari hobi. Seperti yang disampaikan oleh Pak Dudi Sudrajat dari Dinas UKM Propinsi Jawa Barat yang juga hadir pada pembukaan acara ini.  Prospek masa depan eknomi dunia adalah ekonomi koperasi, yang berbasis komunitas. 
Dengan basis komunitas, sebuah bisnis akan memiliki basic yang kuat dibanding usaha ekonomi yang hanya dimiliki oleh indvidu saja.
Lagi-lagi saya jadi inget quote favorit dari Ridwan Kamil yang selalu saya ingat, "Pekerjaan yang menyenangkan adalah hobi yang dibayar". Jadi rasanya tidak heran kalau banyak ekonomi kreatif yang terus bertumbuh. Kalau mengutip  ucapan Andien Aisyah yang juga bis kita lihat videonya di youtube - masih dalam program Kejar Ambisiku - mereka yang memiliki usaha kreatif ini bukan cuma saja punya keunikan atau diferensiasi, tapi juga punya Why alias alasan yang kuat untuk terus bertahan, punya pengetahuan tentang bisnis yang terus dipelajari sambil riset, dan tahu apa yang akan ditawarkan.

Kejar #Ambisiku: Menjadi  Bos Bagi Diri Sendiri
Foto: dokumen pribadi
Bisnis kreatif anak-anak muda di Bandung sebenarnya bukan hanya bisnis yang berkutat dengan fashion dan food. Ada bisnis lainnya yang juga digarap oleh mereka. Misalnya saja Barber Truck. Meski ada banyak salon pangkas rambut buat para cowok atau pria,  pastinya mereka ini punya konsep unik yang ditawarkan agar bisa terus eksis. 

Atau kreasi kreatif seperti ini?
Kejar #Ambisiku: Menjadi  Bos Bagi Diri Sendiri
Foto: dokumen pribadi
Nantinya para start up yang berhasil melewati berbagai tahapan Kejar Ambisiku ini akan mendapat dukungan berupa mentoring, pengembangan dan inkubator sampai implementasi ke pasar plus promosi ke 56,5 juta pelanggan nomor tri melalui jaringan selulernya. Wuiiih, keren, ya? Good luck buat kalian semua yang sedang mengikuti proram ini. 
Kejar #Ambisiku: Menjadi  Bos Bagi Diri Sendiri
sambil jalan-jalan di acara, pengunjung juga bisa migrasi kartu 3G ke 4Gnya di booth ini
 Didukung dengan dunia digital yang memang sebagian besar bukan hal yang asing bagi anak-anak muda di Bandung dan Indonesia juga, mestinya ambisi untuk menjadi bos sendiri, atau malahan membuka lapangan kerja bagi para pencari kerja sih mestinya bisa membuat bisnis UKM di Indonesia semakin maju.

Kalau saya nih punya ambisi punya bisnis online shop. Selain nantinya bisa mendukung keinginan untuk lebih mapan secara ekonomi dan cita-cita saya pergi haji. Syukur-syukur sih, bisa keliling Indonesia dan dunia. Itu ambisi saya, kalau kalian bagaimana?

Kejar #Ambisiku: Menjadi  Bos Bagi Diri Sendiri

Share:

Friday, 7 October 2016

Tiga Hal Tentang Menikmati Waktu

 Tiga Hal Tentang Menikmati Waktu [Infomercial] - Satu waktu saya pernah baca sebuah hadits qudsi tentang waktu.
"Dan Aku adalah (pemilik) waktu; dalam kekuasaanku malam dan siang."(diriwayatkan oleh Abu Hurairah).
 Kalau inget yang satu ini saya suka malu kalau merutuki waktu.  Meski masih sering juga merasa bosan atau gelisah menunggu, waktu janjian sama teman, misalnya.  Yuk bahas soal waktu. Ada apa sih?
"Jalan-jalan mulu,Fi"
"Ajak-ajak, dong!"
"Ih, kayaknya seneng jadi kamu"
3 Hal Tentang Menikmati Waktu
3 Hal Tentang Menikmati Waktu
Kurang lebih begitu komentar teman-teman saya  kalau melihat newsfeed yang memajang foto-foto 'jalan-jalan'. Padahal mah jalan-jalan saya mah ga jauh-jauh sekitaran Bandung. Kalau perjalanan terjauh saya adalah pergi ke Bali, awal tahun 2015 kemarin. Sisanya? Paling sering juga Bandung - Jakarta. Ga tiap bulan juga.
3 Hal Tentang Menikmati Waktu
Jalan-jalan di Bali. Pengen ke sana lagi
Kalau ke luar Jawa Barat, saya baru sampai ke Solo dan  Jogja. Lah, jangankan Jawa Barat, Bandung aja yang jadi kota kelahiran saya belum semuanya dieksplor.  Suka nyengir malu-malu kucing pas ditanya spot-spot liburan di Bandung yang belum disambangi. Masih banyak, pake banget! Duh, kasian deh :)
3 Hal Tentang Menikmati Waktu
venue wisata yang saya sambangi di Solo. Ada yang tau?
Saya pernah ngobrol sama seorang owner tempat wisata. Beliau ini bukan tipe orang yang suka hang out di mall, seperti tipikal life style kebanyakaan orang-orang yang tinggal di kota-kota besar. Hobinya adalah jalan-jalan alias traveling. Saya jadi mupeng bercampur envy, kapan saya bisa kayak dia, ya? Kesimpulannya waktu kami ngobrol,  Indonesia itu indaaaah sekali, kalau mau ngitung waktu kayaknya ga akan cukup seumur hidup ngubekin tempat wisata dari Aceh sampai Papua.
3 Hal Tentang Menikmati Waktu
Tracking di Hutan Pinus Maribaya. Asik, seruu
Dibanding waktu masih kerja kantoran dulu, saat ini saya memang memiliki lebih banyak me time. Ditambah lagi  masih melajang alias single [disclosure], uhuk, biasa aja kali.  Iyes, saya jadi lebih leluasa menikmati waktu. Tanpa harus bete lembur sekian malam hari agar laporan lekas selesai. Jelas beda kalau someday saya ketemu 'Princes Charming' versi saya huehehe. Me timenya kayaknya ga akan sebanyak sekarang.

Ga atuh, saya juga ga mau ngejomblo seumur hidup. It's just matter of time saja, kok. Beda kan, kalau sudah nikah mah. Ga seleluasa kayak sekarang yang masih menyandang status single. Ya syukur kalau My Future Hubby itu punya hobi yang sama atau dia suka jalan-jalan. Asik dong. Eh kok ini jadi bahas ginian, sih?

Sambil mengumpulkan serpihan mimpi dan merapalkan doa agar lebih banyak keindahan alam yang bisa diraba dan rasakan dari dekat, mendingan  mensyukuri jejak-jejak perjalanan yang sudah didapatkan. Selama ini kalau  diperhatikan banyak hal yang bisa kita dapatkan ketika menempuh perjalanan. 

1. Hikmah

Iya, hikmah.  Ketika bosan dengan gadget di tangan dan kedua bola mata  terasa lelah terus menatapi layar kecil yang berdenyar, atau deretan huruf dari buku yang sengaja dibawa,  mengalihkan mata ke sudut jendela atau menikmati pemandangan adalah hal yang mengasikan. Saya jarang  pergi ke luar kota dengan naik kereta. Mostly  memang lebih sering menempuh berkilo-kilo meter perjalanan dengan naik travel. 

Kalau di mobil travel saya malah sering merem-merem ayam, saat naik kereta  bisa menikmati pemandangan alam yang memesona. Lereng-lereng yang masih hijau, sawah-sawah yang berundak,  sungai yang masih lumayan bersih (kalau dibanding di kota) dan iring-iringan sepeda ontel dengan tumpukan karung berisi hasil bumi. Ah sukaaa deh. Mau ngantuk pun ga jadi. Kalau sudah begini segala kepenatan, suntuk dan aneka rasa nano-nano yang umpel-umpelan di hati dan kepala serasa kabur. 
Being happy is that so simple
Saya jadi suka mikir saat meratapi nasib merasa jadi mahluk tuhan yang malang, masih ada orang-orang yang bisa menikmati hidup dengan cara yang sederhana. Kalau ada cermin di depan muka, mari lambaikan tangan, dan bilang "Hello, don't forget to be happy. Cheer up!"

2. Mengenal karakater 

Saya lupa nih siapa sahabat Nabi Muhammad saw yang bilang kalau ingin mengenal watak asli seseorang, perhatikan ia ketika sedang bareng dalam sebuah perjalanan. Sebulan sekali sih belum tentu juga pelesiran. Tapi dalam beberapa kali perjalanan bahkan ketika nginep bareng, sedikit banyak saya jadi tau sifat seseorang. Mungkin begitu juga ya, yang mereka nilai waktu barengan  saya. Ya mudah-mudahan saya bukan tipe teman perjalanan yang malesin :)

Nobody perfect, Maksud saya gini lho, setiap orang kan unik. Punya plus minusnya. Jadinya dengan mengenal karakter teman perjalanan kita bisa tau gimana sih  enaknya kalau berinteraksi dengan si A, kalau sama si B baiknya kayak gitu and so on. Kadang saat jalan bareng gini, lebih mudah cair ngobrol dengan teman lho dibanding ketemuan biasa aja. Lebih ke saling memahami. Karena kita ga bisa memaksa orang lain berubah seperti yang kita harapkan, dan ga semua orang juga bisa kita senangkan. Prinsip saya sih gini:
Just be myself but i don't want be such an annoying person.  
Kalau udah  jalan bareng, biasanya sih ga cepet-cepet tidur. Menjelang pergantian waktu, saat Cinderella terburu-buru mengejar dealine dan meninggalkan sepatunya, kami (saya dan teman jalan) masih ngobrol yang kadang terselip curhat atau ngikik menertawakan kekonyolan sendiri,  entah itu di kamar, di balik tenda ketika camping atau menikmati pegalnya kaki yang terlipat karena masih melaju dalam kereta atau mobil. Berjam-jam duduk sementara kita tidak bisa beranjak itu rasanya.... ah sudahlah, just enjoy it

Ngomongin soal jalan-jalan, dibanding solo traveling saya lebih suka pergi bareng. Ya minimal berdua, lah. Kayak waktu barengan adik saya ke Bali itu atau pergi camping beberapa hari yang lalu.
3 Hal Tentang Menikmati Waktu
Kalau tenda campingnya kayak gini sih asik aja sering-sering camping juga :)
Soal camping ini nanti deh saya ceritakan di postingan terpisah, ya. Dulu waktu maih SMA atau kuliah saya termasuk mahluk yang 'terpaksa' camping. Ga pernah  sengaja gitu. Suka repot dengan kembung karena mendadak perut terasa penuh dijejali dengan udara dingin.
3 Hal Tentang Menikmati Waktu
Kapan terakhir kali api unggun?
Tapi dalam setahun terakhir ini saya menikmati lho camping yang  diikuti.  Itu setelah belasan tahun silam, waktu  bareng teman-teman HIMA mengadakan malam keakraban bareng dedek-dedek gemes para adik angkatan baru.

Tapi kalau terpaksa pergi sendiri pun ya ga masalah. Kapan mau tidur, membaca buku, tau nonton youtube dari HP masih bisa dilakukan sambil mengenyahkan rasa bosan yang merecoki.

3. Belajar sabar

Meski kadang masih suka merasa kesal menanti, limit batas itu kita sendiri yang menentukan, lho. Ilustrasinya seperti juga ketika akan menentukan limit warning penggunaan  kuota internetan di gadget, pun begitu soal kesabaran. Saya pernah menunggu hampir 3 jam travel menuju Bandung dari shutttle travel dari kawasan  jalan Blora-Jakarta menuju Bandung.

Gimana dong? Dibikin bete juga ga akan membuat mobil travello yang akan menjemput ujug-ujug tiba. Ya kali, saya punya sahabat ibu peri yang bisa menyulap labu jadi kendaraan.  Kalau gitu mah  mau minta Dora Emon aja biar bisa kasih pintu ke mana aja. Buat pulang ke rumah dalam hitungan kedipan mata atau jalan-jalan keliling Indonesia? Kok jadi bahas liburan lagi?

Selama rentang 3 jam itu saya dan penumpang lainnya masih bisa melakukan hal lain. Untungnya sempat menjejalkan buku ke dalam tas yang dibawa. Lumayan beberapa lembar bisa diselesaikan sampai akhirnya bus yang dicarter untuk mengantar kami pulang akhirnya tiba juga. 

Begitu juga ketika tertahan lalu lintas yang pamer alias padat merayap. Satu menit jalan, 5 menit tertahan. Sesekali melirik jam dan papan penanda km di jalan tol? Masih lama!

Tapi chat gokil di grup bisa mengalihkan fokus. Saya pun senyum-senyum membaca dan menanggapinya,  sampai indikator batre berkedip lemah. Kalau sudah begini mau gimana lagi? Kalau pas ada temen jalan dan dia ga ngantuk saya suka ngobrol juga. 

O, ya waktu jalan ke Bali itu kan pesawat yang akan membawa kami pulang ke Bandung ternyata delay. Kurang lebih dua jam. Sambil nunggu gitu saya mengajak adik jalan-jalan di sekitar bandara. Setelah menjamak salat maghrib dan isya, kami memilih foto-foto di sekitar saja. Mau beli oleh-oleh atau ngopi ga jadi, karena pas liat label harganya bikin terharu :) Ya iyalah, bandara.

Tapi masalah lain tiba-tiba muncul. Adik saya tiba-tiba manyun dan ga mau diajak beranjak melanjutkan eksploring bandara lagi.  Pengennya sih ditinggal aja nih anak. Gampangnya gitu. Dih, tapi kan ga mungkin saya menjelma jadi kakak yang tegaan lalu ninggalin dia gitu aja. Meski sebel bercampur gemes ya udah saya duduk di sampingnya sampai akhirnya ketika panggilan untuk nomor penerbangan yang tertera di tiket terdengar juga.

Finally! Akhirnya panggilaan itu juga yang bisa bikin adik saya bangkit dan ngikutin, meski mukanya masih terlihat menyebalkan, perlu seterikaan kayaknya hehehe.  Pas sampai di Bandung akhirnya dia cerita kalau bete gitu karena ga mau balik, masih pengen di sana. Ya elah, neng. Segitunya.

Menikmati waktu di perjalanan yang kadang terasa membosankan buat saya adalah refleksi just enjoying myself for the time being, and so enjoyijng myself as a free single woman, by now.  Eh kok bahas single time lagi? Udahaaaan ah. 

Share:

Wednesday, 5 October 2016

Pengalaman Seru Selfie dengan Oppo Community Bandung dan Oppo F1s

Pengalaman Seru Selfie dengan Oppo Community Bandung dan Oppo F1s Kalau ditanya soal selfie, saya sebenernya kurang suka. Bukan apa-apa, kok suka sebel sama sendiri karena hasilnya lebih banyak yang ga memuaskan.
Pengalaman Seru Selfie dengan OppoCommunity Bandug dan Oppo  F1s
Pengalaman Seru Selfie dengan Oppo F1s
Kebanyakan sih hasil foto-fotonya minta difotoin dan itu pun ga cukup sekali. Biasanya kudu sabar ngambil beberapa kali foto dari beberapa angle biar ga kuciwa. Kalau pake hp sendiri,  selain  pencahayaan, saya masih harus belajar banyak soal angle yang pas. Males aja  kan,  sama beberapa printilan hasil foto seperti muka saya terlihat chubby, mata yang ga fokus ke kamera (hahaha seringnya sih kayak gini) dan ini nih, resolusi kamera yang nanggung. Semakin bening kamera biasanya bakal semakin bagus foto yang dihasilkan. Daaan.... ngomong-ngomong soal kamera handphone yang keren, dari dulu saya selalu naksir berat sama Oppo.

Kenapa Oppo?

Beberapa kali kalau foto bareng dengan teman yang pake hp Oppo, saya ga usah pusing-pusing lagi edit foto biar enak dilihat termasuk menyamarkan jerawat yang suka maksa ikutan mejeng.  Misalnya saja seperti ini ketika saya difotoin sama HP Opponya Nchie. Ini asli lho,  ga diedit sedikit pun.
Pengalaman Seru Selfie dengan Oppo F1s

Pengalaman Seru Selfie dengan Oppo F1s

Gimana? Cakep, kan? By the way kedua foto ini diambil dengan menggunakan Oppo F1, generasi pendahulu sebelum F1s dilempar ke pasaran. F1s dilaunching pada bulan Agustus 2016, dengan kisaran harga sekitar Rp. 3.799.000, tersedia dalam dua warna, rose dan rose gold. Dan inilah spesifikasi  dari HP yang beratnya cuma 160 gram. Ringan bingits. 
Sumber gambar: Oppo.com
Naksir warna rose goldnya euy.  sumber: oppo.com
Pengalaman Seru Selfie dengan Oppo F1s
Pengalaman Seru Selfie dengan Oppo F1s

Pengalaman Seru Selfie dengan Oppo F1s
Beberapa spesifikasi menarik dari HP Oppo F1s ini misalnya saja layarnya yang sudah didukung antigores Corning Gorilla Glass 4, batre 3075mAH yang membuat Oppo F1s bisa' bernafas' lebih lama,  1tray yang terdiri dari 3  slot (2 slot untuk simcard ukuran nano dan 1 slot lagi untuk micro SD), atau ini nih fitur unik berupa  sensor finger print yang bisa membaca 5 sidik jari  yang berbeda dan waktu booting hanya butuh waktu 0,2 detik saja. Wussss...

Ada alasan untuk menolak HP keren ini? sumber: Oppo.com
Dengan casingnya yang slim dan ramping (tinggi 154,5 mm, lebar 76 mm dan tebal 7,38 mm), F1s ini juga sudah dibekali kamera  belakang 13 MP dan kamera depan 16 MP. Ga kebalik nih?Enggak, kok. Biasanya sih emang kamera belakang yang lebih gede resolusinya, ya. Tapi Oppo F1s ini emang gitu, kok. Jarang-jarang nemu hp yang memanjakan para selfie mania dengan fitur kamera yang super duper mumpuni macam gini. Makanya sekarang ini Oppo mengusung image sebagai Camera Phone,  bukan Smart Phone lagi. 
Pengalaman Seru Selfie dengan Oppo F1s
Foto ini diambil hampil jam 22.00 ketika hujan turun dengan Oppo F1s. Tanpa edit sedikit pun,. Keren, ya?
Pengalaman Seru Selfie dengan Oppo F1s
Paling sebel kalau muka saya keliatan gede dengan foto selfie gini
Tuh kan, mata saya ga fokus ke kamera lagi?  Buahaha... satu hal yang paling ga saya suka kalau selfie adalah muka jadi keliatan besar kalau saya yang pegang kameranya. Makanya saya lebih suka ngambil posisi di tengah atau di pinggir, asal ga pegang kamera aja.

Ngomongin soal Oppo dengan selfienya itu, pada hari jumat tanggal 24 September 2016 kemarin, saya dan teman-teman blogger Bandung ngumpul bareng dengan Oppo Community  di Tjendana Bistro, jalan Sukajadi. Iyes, makanya saya bisa berfoto dengan latar banner ikon Oppo yang lucu dan menggemaskan itu.
Pengalaman Seru Selfie dengan Oppo F1s
pada sibuk ngetwit nih dan yeay, berhasil jadi trending topic
Selain menyimak paparan yang disampaikan oleh Vany Hilan Ghifary, Community & Social Media Plannernya Oppo,  saya barengan teman-teman di acara ini juga menyimak paparan dari Bang Aswi yang membahas tips tentang selfie. Ngomong-ngomonng soal kelebihan HPnya Oppo ini adalah batrenya yang ditanam alias tidak bisa dicabut seperti kebanyakan HP lainnya. Eh tau tidak, dengan cara menyimpan batre seperti ini justru malah membuat HP lebih awet. Menyebalkan?  Enggak juga kalau kita tau triknya. Saat HP mulai nge-hang dan kebanyakan dari kita akan melepas batre, sebenarnya itu malah akan membuat HP cepat rusak, lho. 

Vany memberikan tipsnya ketika HP yang kita gunakan mulai nge-hang dan ga bisa diapa-apain jangan cabut dulu batrenya. Tekan tombol power selama beberapa detik, nantinya dia bakal restart sendiri dan kita bisa menggunakan lagi aplikasi yang ada di dalamnya tanpa harus melepaskan batre dengan cara flinstone so jadul tadi. Justru HP Oppo yang dibekali dengan batre tanam ini membuat  kasus bootloop jarang  terjadi lho. Bayangin aja, kasus ini kalau pun terjadi cuma ditemukan satu kasus dalam satu kota saja. Kebiasaan melepas batre ketika ngehang bisa merusak imcnya HP. Sayang banget kalau hp kesayangan kita tamat riwayatnya sebelum waktunya.   

Ide menanam batre di HP Oppo ini adalah hasil riset dan menampung feedback dari para user. So, kalau sekiranya ada fitur, software atau hardware yang dirasa ada yang nanggung alias ingin ditingkatkan performanya, jangan segan atau ragu untuk disampaikan. Dengan senang hati Oppo akan merespon masukan yang datang. Aih perhatian banget, so sweet.

Baca juga  tulisan saya tentang selfie di Public Speaking di Medsos 1: Tentang Selfie

Seperti yang disampaikan oleh Bang Aswi, ada 5 tips selfie agar sukses. Seperti ini:

Kenali diri

Nah ini seperti yang sudah saya bilang sebelumnya. Setiap orang itu punya sisi fotogenik yang unik. Ada yang membuat  fotonya semakin kece dengan mengambil angel dari sisi atas, kiri, kanan dengan kemiringan sudut yang berbeda. 
Pengalaman Seru Selfie dengan Oppo F1s
kenapa pose saya tampak alay gini? Ok fix, mari latihan lagi

Pencahayaan

Pernah dengar dong istilah back light? Siluet cahaya ini memang annoying.  Coba deh, pastikan ketika akan mengambil foto, pencahayaannya proporsional, tidak terlalu gelap atau terang. Kalau seandainya kita berada di ruangan yang cahayanya ga maksimal kayak di kafe, bisa diakali dengan menggunakan lampu atau pinjem hp lain buat mengaktifkan aplikasi senter. Yang ini belum saya coba sih :) 

Background

Iya, jangan sampai lupakan juga latar ini. Latar yang menarik akan membuat hasil foto akan semakin ciamik. Bahkan katanya ketika yang wajahnya biasa-biasa saja kalau ditunjang dengan latar yang asik akan membuat foto jadi terlihat keren. Jadi, jangan pernah minder kalau merasa punya wajah pas-pasan :) O, ya jangan lupa cari sudut yang tidak biasa  untuk mendapatkan foto yang cantik, ya.

Jangan pernah malu

 Nah ini PR besar saya, masih suka bawa-bawa palu alias pemalu. Padahal dengan modal rasa percaya diri,  hasil selfie akan lebih baik. Perasaan orang lain memperhatikan tingkah laku kita  biasanya membuat kita agak sungkan buar berpose selfie di tempat umum apalagi dengan ekspresi yang tidak biasa. Ada kalanya kesempatan tidak bisa diulang untuk kedua kalinya So, kalau ketemu pesohor, kenapa tidak untuk me ngajak mereka foto selfie bareng? Kesempatan untuk lebih banyak yang ngeh dengan hasil foto kita akan semakin besar. Ya kapan lagi numpang beken? 

Tempat atau event tertentu yang langka pun sayang sekali untuk diabaikan. Misalnya saja aksi selfie yang dilakukan oleh Alexander Gerst seorang astronot berkebangsaaan Jerman. Kapan lagi coba bisa pergi ke luar angkasa?  Fotonya emang keren, makannya foto ini juga terpilih sebagai Photo of the Year. He deserved it. 
Pengalaman Seru Selfie dengan Oppo F1s
sumebr foto: dailymail
Dan ini tampangnya Alexander Gerst dibalik kostum luar angkasanya. Charming juga... #eeh  :)
Pengalaman Seru Selfie dengan Oppo F1s
sumber: the-geophysicist.com

Jangan percaya prinsip jepret satu kali saja

Ga cukup sekali jepret saja lho untuk mengambil foto, baik dengan kamera belakang atau kamera depan.  Kalau sudah terbiasa sih biasanya otomatis kita akan mengambil angle yang pas.  Practice make perfect. Noted, mari latihan selfie :)

Pengalaman Seru Selfie dengan Oppo F1s
latihan selfie ceritanya. Ayo coba lagi sampai kece maksimal
Untuk menghasilkan foto yang maksimal, Oppo F1s ini sudah dibekali oleh beberapa fitur seperti filter seperti filter sweet, mono atau british. Saat mengaktifkan kamera depan untuk selfie pun kita tidak terlalu dibuat repot dengan adanya fitu timer atau palm (melambaikan tangan). Foto selfie atau wefie seperti ini juga sering saya lakukan bareng teman-teman.

Soal kode palm alias melambaikan tangan ketika akan selfie ini juga bisa dicoba dengan jarak yang cukup jauh, lumayan lah soal kepekannya, jadinya bisa meminimalkan efek muka yang terlihat besar saat selfie tadi hehehe.

By the way, ada yang tau di mana foto ini diambil dan gimana caranya kami bisa wefie kayak gini?

Pengalaman Seru Selfie dengan Oppo F1s
foto diambil pake kamera F1nya Nchie Hanie

Share:

Monday, 3 October 2016

Finding Home

Finding Home - Unfairness of Feeling. Waktu baca judul ini kok saya menangkap sebuah perasaan yang ummm.... hati yang terluka cukup dalam.  Ceritanya saya ga sengaja berlangganan newsletternya Medium. Waktu itu mau meninggalkan komen di sebuah blog, saya kudu punya akun di medium. Medium ini semacam template blogging juga. Entah saya yang gaptek atau gimana, akhirnya saya iyain aja mendaftarkan akun di medium ini biar ga susah kalau nantinya blogwalking dan mendarat di blog dengan bawaan template Medium gini. Eh ga tauya saya juga ternyata meminta berlangganan update-an blognya dari Medium ini. 
Finding Home
Kembali ke topik, ya.  Biasanya kalau dapat email newsletter gini suka saya abaikan. Tapi pas baca ada update postingan ini,  Tentang perasaan yang tidak adil. Duh, saya jadi kepo. Meskipun postingannya ditulis dalam bahasa Inggris, sedikit memaksa saya mengunyah tulisannya pelan dan sesekali mencari terjemahan untuk kosa kata yang tidak saya mengerti huehehe. Oke, jadi seperti ini ceritanya.
Di awal postingnya, penulisnya, Ashley,  cerita ketika usia 5 tahun pernah melakukan percobaan bunuh diri dengan menggunakan pisau dan botol kecap. Saat  itu mamanya ga mengganggap serius. Yang ada malah Ashley dianggap sedang melucu.  Ya, lagian anak seusia gini ga lazim aja udah mengenal tindakan nekat kayak gini, kan?. Karena merasa diabaikan, Ashley Corbett, begitu nama anak ini mencoba bunuh diri dengan cara lain, gelantungan di lemari kabinet. Mamanya malah lebih mengkhawatirkan furniturnya alih-alih anaknya itu bakal kenapa-kenapa. Gagal lagi. Saya jadi penasaran, kenapa waktu itu  mamanya Ashley ga ngeh kalau gadis kecilnya sedang butuh 'perhatian'.

Saat berulang tahun ke-7, Ashley mendapat kado ulang tahun boneka Barbie. Apa ya  istilahnya? Semacam hadiah idaman  buat anak-anak seusia Ashley gitu, kan? Saya juga dulu waktu seumuran dia pernah punya keinginan yang sama, meski sampai sekarang ga kesampaian dan udah ga kepengen lagi memilikinya. Well, nanti aja kalau saya udah punya anak huehehe, iya kalau punya anak cewek *ngeles*.

Meski sesungguhnya Ashley kepengen banget sama Barbie itu, eh ternyata dia malah nangis dan bilang ga suka Barbie. Aneh emang. Masalah selanjutnya datang lagi ketika Mamanya menikah dengan seorang lelaki 'bermasalah'. Sampai-sampai kakek neneknya mengungsikan Ashley segera, tidak lama setelah ibunya menikah lagi. Namun, Ashley ga tega membiarkan mamanya tinggal berdua dengan ayah tirinya itu. Demi mamanya, Ashley nekat menodongkan pisau sama  ayah tirinya, membebat luka mamanya dengan perban, memeluk ibunya sampai menelpon polisi. Ini tipikal keluarga broken home seperti di serial tv ala barat itu lho. Hubungan dengan orang tua yang berantakan, anak-anak yang broken home,  remaja-remaja  yang frustasi, free sex, drugs,  sampai hamil di luar nikah adalah fenomena yang sering dijumpai di sana. Hiiiy,  mengerikan.

Kalau suka nonton serial Oprah Winfrey Show, kasus seperti ini pernah juga jadi salah satu topik tayangan, lupa kapan saya nonton. Udah lama juga, sih. Seinget saya waktu itu beberapa remaja yang datang dalam keadaan perut membesar, ada yang protes, marah-marah sama mamanya. Iya, selama talkshow itu berlangsung.
sumber gambar: depressionhelps.com
Kalau baca sampai selesai, kondisi yang dialami oleh Ashley ini mengerikan, sekaligus menyedihkan. Berkali-kali mencoba bunuh diri, bukan cuma ketika dia masih bocah saja. Berbagai kenakalan sudah pernah dilakukannya. Ashley akhirnya diketahui menderita kelainan Bipolar Disorder.   Sampai kemudian Ashley bertemu dengan seseorang yang mengubah jalan hidupnya. Lucky her. 

Anyway, kalau kepoin Om Google, Bipolar Disorder atau kadang diebut Manic Depressive ini adalah kondisi mood seseorang yang cepat sekali berubah secara ekstrim. 

Kesimpulannya dari kasus Ashley ini? Secara pribadi, Ashley bisa bangkit karena ia jujur tentang kondisi dialaminya. Ia niat banget buat sembuh hingga menjalani berbagai terapi. Di satu sisi, Ashley juga punya keluarga yang menddukungnya untuk sembuh. Ada kalanya ketika seseorang sedang dalam keadaan sedih atau berantakan butuh seorang teman yang tidak menceramahi atau menghakimi semua kesalahannya.

Cerita awal sampai Ashley bisa move on bisa baca di sini
Credit: pixabay.com
Kadang mereka hanya butuh sepasang telinga yang tulus mendengar curhatan. Ashley akhirnya menemukan kenyamanan. Bukan hanya rumah tempat tinggal, kalau dalam bahasa Inggris mah finding home, not house. 

Ngomong-ngomong soal sepasang telinga yang siap mendengar, sepasang tangan yang siap merengkuh dan menguatkan, tulisan ini terinspirasi dari postingannya Dessy Natalia Engel yang juga ikut meramaikan program #PINKEBANDUNG, silahkan di baca: Cantik dari Hati

Kita memang tidak bisa memilih lahir dari keluarga mana dan seperti apa situasi yang kita hadapi. Bersyukurlah ketika kita lahir dan tumbuh dalam keluarga yang harmonis. Kalau tidak? Menyalahkan keadaan hanya akan terus membawa luka lama yang tidak akan pernah sembuh.Dalam beberapa kali seminar tentang keluarga atau parenting, luka lama ketika masa kecil kalau tidak selesai akan terus berlanjut sampai dewasa, menikah dan punya anak.  
credit: pixabay.com
Baca juga cerita saya waktu ikutan seminar tentang menyiapkan keluarga yang harmonis di postingan ini, ya.

Apa sih yang bisa saya bilang? Karena masih melajang, ga bisa ngomong banyak,  cuma bisa jadi pengamat saja. Mood atau suasana hati yang berubah dengan cepat enggak cuma dialami saja oleh orang-orang seperti Ashley atau kalau di sini kita pernah ngeh dengah kasusnya Marshanda. Saya juga pernah kok mengalami susana hati yang moody alias teu paruguh kalau kata urang Sunda mah. Tapi saya termasuk tipe orang yang anti menggalau di medsos. Lebih suka 'nyampah' sama teman atau keluarga yang bisa dipercaya buat menampung keluh kesah sampai  merasa plong. 

Jadi, ketika pernah mengalami patah hati atau kekecewaan, alih-alih menyalahkan keadaan atau menuntut sesuatu seperti gambaran ideal yang kita inginkan hanya akan membuat kita merasa semakin gondok, ngenes. Enggak ada pilihan lain selain move on, berdamai dengan keadaan. Lebih mudah ngomong memang, tapi kalau kitanya sendiri ga mau menolong diri sendiri. gimana  atuh?

Terus, bagaimana kalau yang mengalaminya itu orang lain? Dukung mereka, jangan menjatuhkan, mengolok-olok atau meruntuhkan semangatnya.

Ah udah ah, segini aja dulu. Kalau mau sharing atau menambahkan silahkan berkomentar saja, ya.



Share: