Sunday 19 October 2014

Ketika Abah Pergi Haji


Posting  kali  ini  saya pengen cerita  tentang  seorang  jemaah haji Hiks, rasanya seperti tertampar, bikin saya  jadi  malu. Malu  karena  kalah semangat  oleh seorang abah  yang beusia  82  tahun. Kalau beberapa  waktu  lalu  kita  terpukau  dengan   aktingya Reza Rahadian dalam film   Emak  Ingin Naik Haji,  maka  judul yang pas  buat kisah nyata  ini  sepertinya adalah  Ketika Abah Pergi  Haji.
 
credit: Aljazeera.com

Saya  mendengar kisah Abah ini  sewaktu  menghadiri  kajian  Majelis Percikan Iman di  masjid Al Murasalah,  Komplek Telkom  yang  berada  di kawasan Geger Kalong. Dalam pembukaan ceramahnya,  Ustadz Aam Amirudin  yang  lebih sering  disapa Pak Aam oleh jamaahnya  bercerita  tentang  Abah ini.

Abah,  adalah jamaah  haji ONH plus tahun 2014  ini.  Yang istimewa dari Abah adalah  usianya  yang mencapai  82 tahun. Menabung selama  40 tahun dan mendaftar  tahun 2013. Jadi cuma  nunggu setahun? Yup, padahal  regulasinya, masa  waiting  list  untuk menunggu  keberangkatan ONH Plus adalah selama 5 tahun. 

Pekerjaan  utama  Abah adalah seorang  tukang  ngarit (memotong rumput dengan arit), kadang-kadang  juga Abah  mencari tambahan  sebagai mencuci  angkot  dengan  upah Rp. 15.000,- untuk sekali cuci,  jadi  hansip, mengangkut  berangkal  serta  memelihara kambing. Setiap kambingnya  beranak,  satu ekornya akan dijual. Dari  hasil  penjualan dan separuh dari upah pekerjaannya  Abah akan menyisihkan uangnya untuk ditabung  pergi  haji. Tidak ada  yang tahu  rencana  Abah dan  dimana Abah  menabung. Abah hanya  menyimpan  setiap  receh  dan lembaran  uang  yang disisihkan di rumah  yang cuma  Abah sendiri  yang tahu.

Lalu, saat Abah merasa  tabungannya cukup untuk pergi haji, Abah  meminta anaknya untuk mencarikan  biro  perjalanan haji  dengan tarif  ONH Plus.  Pilihannya kemudian dijatuhkan  pada  biro  perjalanan haji Percikan Iman
.
Pergilah Abah untuk membayar DP  ONH  Plus (setaraUS$ 5.000). Kalau  jamaah  haji  yang lain rewel dan komplain  karena   harus  menunggu lama, Abah  tetap cuek dan enteng menjawab kalau memang sudah waktunya  dipanggil, pasti akan  dipanggil dan  akan pergi haji.  Sementara  yang masih muda,  meskipun  berusia  30 tahun, misalnya  tidak  jaminan  akan diberi kesempatan  untuk pergi haji. (Hiksss, usia  saya sudah kepala 3 nih).

Selesai  syarat administrasi terpenuhi, Abah dan calon  jamaah haji lainnya diadaftarkan  untuk  mendapat nomor waiting list. Tidak lama kemudian,  nomor  waiting list Abah  muncul. Dari semua calon jamaah,  hanya Abah seorang  yang mendapat tiket  berangkat  tahun 2014. Sementara  jamaah lainnya  mendapat  jadwal  keberangkatan  tahun 2018.  Padahal tidak ada  rekayasa  untuk mengatur keberangkatan  Abah. Kalau alasannya  soal usia,  banyak  juga  kok calon jaamaah  yang seusia  Abah.

Singkat cerita, Abah  kemudian dihubungi  dan diberi tahu kalau  mendapat tiket  pergi tahun 2014. Bukan reaksi senang  karena  berangkat  lebih awal, Abah  malah balik bertanya  pada operator  yang mengabarkannya  dengan pertanyaan yang polos, “2014? Lho kata Eneng, saya pergi 2018?”

Pertanyaan yang terbalik, kan? Sementara jamaah lain  tidak sedikit yang tidak sabar  untuk bisa pergi secepatnya.  Setelah diyakinkan  kalau Abah  memang  mendapat  jatah  berangkat  tahun 2014,  kemudian Abah diberitahu untuk  melunasi sisa  pembayaran. Tanpa menunggu  lama, Abah kemudian  membongkar sisa tabungannya yang berjumlah Rp. 73.000.000, hanya  kurang  3 juta saja. Malah Abah  adalah calon jemaah  haji  yang paling rajin dibanding calon jemaah  lain yang secara ekonomi jauh lebih mapan dan mampu.

Saat ditanya  kenapa Abah  memilih  pergi haji dengan tarif ONH Plus,  ini adalah jawabannya, “  Abah mah  kalau diundang  sama Pak RW aja  bakal  pakai  baju batik  yang terbaik. Kalau Abah diundang sama Presiden, Abah  bakalan pake  baju  yang bagus. Nah,  ini, Abah memenuhi  panggilan Allah. Abah  mah pengen  ngasih  yang terbaik sama Allah.”

Tanpa bermaksud  menganggap  remeh  jamaah lain yang pergi dengan ONH biasa, ya. Setiap  orang puya jalan sendiri-sendiri  untuk  diundang  menunaikan ibadah  haji.  Saya salut sama jawaban Abah ini.  Abah yang sederhana  ini  juga  sangat yakin, semua  uang terkumpul  itu diperolehnya dengan jalan   yang bersih, murni  hasil keringatnya sendiri setelah  mengumpulkan  sekian tahun. Meskipun Abah menyisihkan  penghasilannya  untuk pergi haji, semua  kebutuhan  anak-anaknya  tercukupi sampai selesai  kuliah.

Abah yang pergi  haji  membekal obat-obatan  ini ternyata  tidak  menyentuh  obat-obatan malah  obatnya  itu diberikan pada  jamaah  lain  yang sakit. Tubuhnya tetap sehat dan bugar sampai  kembali ke tanah air.

Kalo kemarin-kemarin ini  kita  menyaksikan  berita di tv  kisah tukang loper koran atau  emak tukang  pijat  yang  bisa  pergi  haji. Abah, bersama orang-orang seperti mereka  menunjukkan  kalau keterbatasan  ekonomi  bukan halangan  untuk memeunhi panggilan haji. Saya? Sepertinya kebanyakan alasan  untuk membenarkan kenapa tidak  berusaha  untuk pergi haji menggenapkan rukun Islam ke-5.

 Duh, saya malu sama  Abah.  Saya  juga  pengen  bisa  pergi haji seperti Abah. Saya harus  membongkar  lagi anggaran  bulanan  untuk menabung pergi  haji. Semoga  disampaikan.

Share:

14 comments:

  1. aamiin saya segara nyusul Abah mbak 2 tahun lagi Insyaallah semoga allah panggil kita mbak sampe ke tanah suci aamiin ^-^.9

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waaah, senengnya Angkiiii. Envy Aku. Semoga dilancarin, ya.

      Delete
  2. Jadi malu sapa abah yang di atas. semoga kita dimampukan untuk berangkat ke tanah suci menyempurnakan rukun islam yang ke 5

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, aamiin. Seoga kita ga kalah semangat sama Abah, ya.

      Delete
  3. Aamiin... keren ya teh si Abah nya. Cita citanya tinggi sekali dan dia berani mengejarnya. Masak kita nggak bisa yah... huhuhu

    oiya, kalau soal pemberangkatan haji, kata mamahku jika uangnya sudah bisa lunas biasanya bisa pergi lebih cepat. Banyak yang sudah waiting list tapi pada due date ongkos tabungan ONH nya belum cukup, ini otomatis membuat yang sudah bisa lunas antriannya masuk duluan begitu. Orangtua saya daftar haji dan berangkat juga di tahun yang sama dan katanya diberitahu alasannya seperti itu. Cmiiw.

    Semoga kita mendapat rejeki bisa dipanggil Allah ke baitullah untuk berhaji ya Teh, aamiin :')

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mii. Aku baru tau kalau bisa cepet bayar kalo bisa lunas dimuka. Kejadian yang dialami si Abah ini baru pertama kalinya di travel haji ini, Mi. Mudah-mudahan kita ga perlu nunggu sampe 40 tahun buat pergi haji, ya.

      Delete
  4. Replies
    1. Iya, hebat ya, Mak Nathalia. Kudu dicontoh nih

      Delete
  5. Subhanallah, semoga abah menjadi haji yang mabrur amiinn

    ReplyDelete
  6. 40 tahun? kalau banyak orang bukan dana problemnya, tapi antrian haji...panjang yaaaa...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah itu, dia Mbak Arin, yang bikin pengen nangis, udah dana ya ngantri juga. Semoga dimudahin dua-duanya, ya.

      Delete
  7. Subhanallah...selalu ada jalan untuk yg benar2 mau berusaha ya mak
    Malu rasanya udh dr thn kmr pgn buka tabungan haji tp ada aja alasan utk menunda hiks :(

    ReplyDelete

Silakan tinggalkan jejak di sini, saya bakal kunjung balik lewat klik profil teman-teman. Mohon jangan nyepam dengan ninggalin link hidup. Komentar ngiklan, SARA dan tidak sopan bakal saya delete.