Wednesday 26 July 2017

Perempuan dan Literasi Digital Generasi Milenial

Dulu istilah literasi biasanya identik dengan referensi/sumber bacaan untuk hal-hal yang bersifat ilmiah.  Kalau sudah pernah atau sedang menyusun tugas akhir skripsi, bertumpuk-tumpuk referensi akan kita kumpulkan untuk mendukung atau memperkuat bahan tulisan yang kita buat.

Sebenarnya bukan hanya untuk tugas akhir seperti skripsi saja. Tugas kuliah seperti makalah atau karya tulis buat anak SMA  yang jumlah kata di dalamnya lebih pendek pun membutuhkan referensi penunjang. Yakin deh, been there, done that. Ya, kan?

Eh tapi ngeh ga, sih? Ternyata pengertian literasi itu berkembang dari masa ke masa? Untuk pengertian sederhana saja literasi oleh kamus Merriam-Webster  dimaknai begini:

Kualitas atau kemampuan seseorang untuk melek termasuk di dalamnya mampu membaca dan menulis. Selain membaca dan menulis, kualitas literasi seseorang juga semakin meningkat jika dibarengi dengan kemampuan berhitung, memahami pesan secara visual dan memecahkan masalah yang ada. 

Terus Apa Sih Literasi Digital Itu?

Kita garis bawahi "digital"nya, ya. Secara sederhana literasi digital itu adalah kemampuan seseorang untuk paham dan bisa mengakses sumber informasi  berbasis dgital. Contoh paling gampangnya adalah gadget. Siapa sih di antara kita yang tidak punya gadget smartphone plus di dalamnya sudah dijejalkan fitur media sosial di dalamnya? Punya akun media sosial semacam FB, Twitter, Instagram, kan? Atau minimal  aplikasi chat seperti Whatsapp, Line sampai Telegram yang beberapa waktu lalu sempat jadi trend topik di berbagai lini masa.

Ngomongin literasi digital, walau saya termasuk gen-X alias generasi X (mepet setahun saja dari generasi Y alias millenial ,sih hahaha), saya berusaha untuk ga ketinggalan jaman dengan update teknologi. Seperti halnya anak-anak muda sekarang yang mudah sekali mengikuti trend sekarang yang tidak bisa lepas dari hal-hal yang berbau gadget dan tekno.

Generasi milenial sendiri diartikan sebagai mereka yang lahir di antara tahun 1980 sampai dengan tahun 2.000.  Dalam perkembangan di usia remaja menuju dewasanya, mereka mengalami adaptasi perubahan teknologi dalam kesehariannya dari hal-hal yang  manual atau konvensional ke hal yang sama namun berbasis teknologi.

Contoh gampangnya nih, kalau dulu membaca buku secara fisik sekarang bisa diakses secara digital.   Juga minim penggunaan kertas yang lebih ramah lingkungan dengan adanya E-book. Begitu juga dengan bertukar data dan informasi.  Waktu SMA, remaja generasi saya masih menggunakan jasa pos untuk pengiriman surat. Kemudian berkembang via email (walau masih harus pergi ke warnet). Untuk data berukuran kecil seperti foto malah bisa bertukar data lewat aplikasi chat dalam hitungan detik. 

Anak, Perempuan dan Internet

Walau sebenarnya generasi X pun tidak sedikit yang bisa mengikuti perkembangan literasi digital, generasi  milenial dan sesudahnya (generasi Z) masih merupakan populasi terbesar yang tingkat melek teknologinya  tinggi.  Di sisi lain, hadirnya teknologi digital ini juga memunculkan dilema seperti pisau bermata dua.  Bisa mendatangkan dampak positif namun juga tidak sedikit mencetuskan hadirnya efek negatif.

Daaan... objek yang perlu mendapat perhatian dalam hal ini adalah anak-anak dan perempuan, lho. Hasil sebuah penelitian terbaru pun menunjukan kalau komposisi perempuan sedikit lebih besar dari laki-laki dalam hal penggunaan internet (51%). Walaupun validitasnya masih harus dibuktikan karena tidak sedikit akun-akun pengguna sosmed yang abal-abal. Mengaku gender perempuan tapi sebenarnya bukan. Eh iya,  media sosial ini juga masih merupakan alasan terbesar kenapa banyak penduduk Indonesia mengaksesnya.

Enggak salah kalau akses media sosial jadi alasannya. Tapi seperti yang saya bilang tadi, kalau tidak bijak memanfaatkannya bukannya mendatangkan manfaat tapi malah jadi sumber masalah. Dengan media sosial kita bisa terhubung lagi dengan teman-teman lama, membangun jejaring dengan mereka yang mempunyai minat yang sama untuk hal-hal positif tapi di sisi lain adanya media sosial bisa menjadikan yang dekat jadi jauh,  hoax alias berita bohong jadi lebih mudah menyebar, ribut-ribut di media sosial hanya karena beda pendapat dan ini nih, fitnah atau sumpah serapah yang bisa menyeret seseorang tersangkut kasus hukum.

Masih inget kan  kasus pemilik akun Path yang misuh-misuh di statusnya?  Kalau sudah begini yang rugi ya Mbaknya yang punya akun path yang heboh itu tadi. Makanya  pikir lagi sebelum memosting sesuatu di media sosial. Jangan sampai membuat kita jadi sosok 'public enemy' karena emosi sesaat. Dunia sosial media terlalu sempit dan mubazir kalau hanya digunakan untuk hal-hal seperti itu.


Padahal di sisi lain akun medsos bisa kita manfaatkan untuk memviralkan gagasan atau ide dana sosial. Cerita penjual amplop yang  entah berapa keuntungannya, penjual makanan yang sudah sepuh dan  masih saja berjualan sampai larut malam, bisa menarik simpati warganet untuk beramal. Mengajak mereka ramai-ramai membeli jika meenjumpai situasi serupa, atau menyumbang sampai  kampanye wisata Indonesia agar memeangkan festival di Internasional misalnya. Ga susah kan,  kita manfaatkan untuk hal-hal positif seperti ini?

Kreatif Bersama Serempak: Literasi Digital Generasi Milenial

Beberapa waktu yang lalu, barengan teman-teman KEB Bandung,  saya menghadiri sebuah acara yang digagas oleh portal Serempak, komunitas IWITA (Indonesia Women IT Awareness) dan berkolaborasi bersama kementerian Kominfo dan  kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di aula Masjid Mujahidin, jalan Sancang Bandung. Dalam kesempatan ini, Menteri Yohana Yembise juga turut hadir dan menyampaikan paparannya.
sesi talkshow 

para narsum acara dengan panitia bersama dengan menteri Yohana Yembise
Yohana Yembise menyampaikan paparan dan cerita pengalamannya saat menjadi dosen

Dalam diskusi dengan beberapa narsum hari itu beberapa insight yang bisa disimpulkan adalah sebagai berikut:

  • Usia bukan batasan bagi perempuan untuk mengakses internet, menjadikannya sebagai sumber informasi, kolaborasi, bahkan mengoptimasikannya sebagai lahan bisnis. Kalau diperhatikan pelaku bisnis olshop di akun instagram banyak lho  yang perempuan dan mereka jago memanfaatkan peluang. Dari kepala sampai kaki bisa jadi uang. 
  • Melimpahnya arus informasi menuntut kita untuk peka, teliti dan bertanggung jawab dalam menyaring berita yang diterima, termasuk untuk tujuan akademis seperti karya tulis.
  • Partisipasi atau eksistensi perempuan di era digital menunjukkan bila kaum perempuan bisa berperan aktif mengedukasi masyarakat. Di kalangan praktisi pendidik saja, komposisi dosen perempuan mencapai angka 60%. Yeah, woman power! Ini juga yang membuat Indonesia sebagai proyek percontohan untuk dunia digital dan pemberdayaan perempuan.
Selain sebagai pengguna atau mengakes informasi, perempua juga bisa berpartisipasi aktif sebagai kontributor di berbagai media, baik secara daring (on line) atau luring (off line). Salah satunya dengan berbagi tulisan yang informatif dan inspiratif di situs serempak.id. Ada berbagai  kategori yang bisa dipilih sesuai dengan minat dan  latar belakang yang kita miliki. Mangga dipilih.
laman serempak.id
kategori tulisan di serempak.id

Palapa Ring:  Internet Murah dan Cepat

Bersyukurlah kita yang tinggal di belahan Indonesia Barat, terutama yang tinggal di pulau Jawa. infrastruktur yang tersedia membuat kita lebih mudah juga murah untuk mengoptimalkan akses digital. Sementara itu  di belahan timur Indonesia,  belum semua wilayahnya tersentuh infrstruktur yang mendukung akses internet yang optimal.
narasumber dari Kominfo sedang memaparkan tentang proyek Palapa Ring yang sedang dibangun pemerintah
Untuk itulah, Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia membangun Palapa Ring sebagai upaya percepatan penyediaan serat optik secara merata di wilayah Indonesia. Proyek Palapa Ring ini  mencakup  wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Papua, Sulawesi, dan Maluku dengan  satu backhaul untuk menghubungkan semuanya. Nantinya proyek ini akan menghubungan jaringan yang sudah lebih dulu ada dengan jaringan yang sedang dan akan dibangun di wilayah timur melibatkan pemerintah dan pihak swasta. Di wilayah timur (Palapa Ring Timur) akan dibangun jaringan sepanjang 4.450 KM dengan landing point yang terdapat di lima belas titik di dua puluh satu kota/kabupaten.

Mudah-mudahan saja proyek ini berjalan dengan lancar tanpa hambatan. Nantinya kalau jaringan ini sudah bisa beoperasi bukan saja bisa menyediakan teknologi informasi yang cepat dan murah tapi juga jadi salah satu media untuk memberdayakan penduduk Indonesia terutama perempuan di dunia digital. 


Share:

12 comments:

  1. Intinya hrs bijaksana ya teh menggunakannya, biarpun dumia Serbs digital bukan segala, bukan human, tetap hrs keeping touch dg YG lain,,. Noted bngt acrnya kpingin dtg klo as d jkt

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, jangan sampai kita jadi ansos, ya Tie. Semoga di Jakarta segera menyusul acaranya ya.

      Delete
  2. Mba Efi, teryata perempuan lebih banyak menggunakan internet ya. Keliatan sih secara kasat mata kalau jumlah blogger perempuan lebih banyak. Hehhe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah iya, bener. Female blogger emang paling banyak berseliweran. Tapi bisa jadi yang cowok jadi kasat mata(kayak apa aja ya) mungkin karena milih jadi blogger pantomin eh blogger anonim :)

      Delete
  3. Mepet setaun dari generasi Y wkwkwkkwkw! Berarti karakternya masih nyerempet2, teh, keikut keren n unyu kitah!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha semacam generasi transisi ya, Teh. Hidup unyu! *apa sih*

      Delete
  4. Aaminnn ya, Mba. Semoga proyek pemerintah segera terwujud dan akan semakin banyak lagi rakyat indonesia teredukasi dengan mudahnya kita mengakses informasi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mbak biar makin banyak rakyat Indonesia yang melek digital, ya.

      Delete
  5. Internet dampaknya dua arah yah, negatif dan positif tergantung kita mau ke arah mana

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jadi pengen nyanyi lagu Armada. Mau di bawa ke mana tujuan kitaaa hahaha. Maksa ih aku teh, ya.

      Delete
  6. Well, sejauh ini proyek Palapa Ring dari pemerintah Indonesia patut diapresiasi bagi kita. Khususnya para blogger dan internet marketer tanah air.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya fasilitas asik dari Pemerintah buat kita, ya. Sayang deh kalau ga kita manfaatin semaksimal mungkin. Padahal kita mah ga mikirin biaya proyeknya, tinggal bayar kuota internetnya aja.

      Delete

Silakan tinggalkan jejak di sini, saya bakal kunjung balik lewat klik profil teman-teman. Mohon jangan nyepam dengan ninggalin link hidup. Komentar ngiklan, SARA dan tidak sopan bakal saya delete.