Saturday 17 September 2016

Ngulik Sejarah Minang di Museum Adityawarman

 Waktu SMP dan SMA dulu, saya bukan termasuk siswa yang menyukai pelajaran sejarah. Angka-angka kronologis  yang ngejelimet, silsilah yang suka tertukar dan poin-poin lainnya adalah alasan kenapa saya paling malas mempelajari sejarah, ralat, menghafalkan.

Padahalnya lagi waktu SMA dulu saya memilih IPS saat penjurusan saat naik kelas 3.  Sebenarnya sejarah itu asik kalau kita ga stres duluan dengan hafalannya. Ya, ga? Dulu ga mikir ke sana, sih. 

Banyak hal yang menarik dari sejarah kalau kita tau celahnya. Nonton film atau membaca novel bisa jadi cara yang asik untuk tahu lebih banyak sejarah tanpa harus pusing memikirkan detil kronologis atau silsilah yang rumit itu tadi. Sebelnyab soal beginian kan sering ditanyakan pas ulangan atau ujian, ya? Mungkin itu yang bikin orang males belajar sejarah.  Just my opinion, anyway. 

Ngulik Sejarah Minang di Museum Adityawarman
sumber: www.museumadityawarman.or
Karena Festival Siti Nurbaya pula saya jadi penasaran dengan Museum Adityawarman, salah satu objek wisata di kota Padang. Stalking ke sana ke mari, baca ini dan itu, saya kok baru ngeh (eh atau inget lagi, ya?). Salah saya juga dulu waktu SMP/SMA banyak melupakan pelajaran sejarah. Padahal seperti dibilang oleh founding father kita, Soekarno: Jangan sekali-kali melupakan sejarah.

Mengingat sejarah kota Padang, yang masih saya inget adalah terjadinya Perang Paderi yang pecah di awal abad ke-19. Selama ini saya mengidentikan Padang sebagai kota yang punya sejarah Islam yang kental. Ga diragukan lagi emang.  Tapi mengulik (lagi sejarah) kok saya baru (lagi-lagi kemana aja selama ini) kalau Hindu dan Budha cukup kuat  meninggalkan jejaknya di sini. 

Saya tiba-tiba jadi inget Sumpah Palapanya Gajah Mada. Intinya dari isi sumpah ini adalah baru akan menghentikan puasa kalau sudah berhasil menaklukan beberapa wilayah di nusantara. Nah, wilayah Sumatera Barat ini adalah salah satu wilayah taklukan Majapahit, malah pada abad ke-14, Adityawarman pernah berkuasa di sini. Sebagai bukti sejarahnya, bisa kita lihat pada Prasasti Batusangkar  yang berada di kabupaten Tanah Datar.

Tuh, kan. Ternyata sejarah itu seru dan menarik kalau tau hot buttonnya.  Sekarang jelas ya, kenapa Sumatera Barat yang identik dengan masyarakat muslimnya yang religius ternyata bisa dijumpai peninggalan artefak berbau Hindu-Budha seperti prasasti Batusangkar, atau candi-candi semacam Candi Tanjungmedan atau Candi Bukik Awang Maombiak.
Ngulik Sejarah Minang di Museum Adityawarman
Arca Adityawarman di Monas, salah satu raja yang pernah berkuasa di Pagaruyung. gambar: wikipedia
Islam sendiri baru masuk ke ranah Minang melalui Aceh pada abad ke-16, secara perlahan juga mengubah corak kerajaan Pagaruyung yang kental dengan Hindu-Budanya menjadi  kerajaan Islam. Sampai kemudian pecah perang Padri yang melibatkan kaum ulama (Padri) dan kaum adat yang di-backing oleh Belanda. Nah, kalau cerita Perang Padri ini sih saya masih samar, maksudnya ga lupa-lupa amat :) Menariknya pas Perang Padri ini para ulama sempat minta bantuan Inggris untuk melawan kaum Adat. Dalam waktu yang sama,  di Eropa sana Belanda lebih condong ke Perancis bersama Napoleon yang legend itu.  Pelajaran menarik dari sisi ini adalah soal kepentingan bisa jadi alasan untuk bersekutu.  Makanya demi alasan persatuan juga,  kaum Adat di kemudian hari memilih melawan Belanda.  

Kembali lagi ke kota Padang, yuk. Di antara beberapa objek wisata yang ada di Padang, kalau ngaku tertarik dengan sejarah (sambil nunjuk bayangan di cermin), wisata sejarah ke Museum Adityawarman adalah salah satu itenerary yang tidak boleh dilewatkan. Meskipun  baru dibangun pada tahun 1977, banyak hal menarik yang bisa kita tahu saat mengunjungi gedung yang memiliki arsitek Rumah Bagonjong atau Rumah Gadang dengan 7 pucuk  lancip serupa tanduk kerbau.

Sebanyak 6.000an koleksi di dalam Museum ini terbagi dalam 10 kategori, yaitu Geologika atau geografika, biologika, etnografika, arkeologika, historika, numismatika atau heraldika, filologika, keramologika, seni rupa dan teknologika.

Ngulik Sejarah Minang di Museum Adityawarman
sumber foto: indonesiakaya.com
Ngulik Sejarah Minang di Museum Adityawarman
Sisamping, salah satu koleksi museum Adtywarman. Sumber: http://www.museumadityawarman.org/koleksi
Bagi sebagian orang, wisata sejarah ke museum identik dengan sesuatu yang membosankan atau menguarkan aroma mistis, alias spooky. Mungkin ya, mungkin tidak. Tapi bisa mengunjungi museum Aditywarman bisa terasa menarik lho saat kita melihat dari diorama di museum ini yang menampilkan ringkasan sistem adat,  dan kekerabatan garis ibu (matrilinear) yang berlaku di masyarakat Minang, misalnya juga keseharian khas lainnya.

Kalau punya imajinasi yang lincah, bisa jadi lho mendatangkan ide untuk menulis cerita yang bisa dituangkan dalam bentuk novel, atau film. Ya, who knows, kan? Siapa tau bisa menulis roman seru seperti kisah Siti Nurbaya yang legend itu, lho.

Ngulik Sejarah Minang di Museum Adityawarman
Salah satu novel klasik berlatar budaya Minang yang ngehits sumber: annida-online.com
Atau nih kalau suka dengan fashion, melirik koleksi etnografika bisa jadi sesuatu yang menarik. Kita jadi tau apa sih bedanya sisamping dengan selendang, untuk apa  atau siapa peruntukannya, dipakai pada acara apa dan bagaiman proses pembuatannya. Wah, kalau dipikir-pikir ngulik beginian ternyata seru, lho. Indonesia itu kaya, kaya banget sampai-sampai waktu kita rasanya tidak cukup untuk menikmati semua pesonanya. Ya ga, sih?

Referensi:
http://www.museumadityawarman.org/koleksi
http://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/museum-adityawarman-napak-tilas-khazanah-budaya-sumatera-barat
http://www.sejarahnusantara.com/kerajaan-di-sumatera/sejarah-kerajaan-pagaruyung-1347%E2%80%931825-serta-pembagian-wilayah-darek-dan-rantau-10019.htm
https://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Adityawarman

Share:

14 comments:

  1. Sama mba saya juga dulu nggak suka sejarah, gegara travelling saya mendadak pengen ngulang jd anak sma lagi, pengen tau banyak ttg sejarah indonesia

    ReplyDelete
    Replies
    1. Coba kalau dulu metode belajar sejarahnya keren kayak sekarang, ya.

      Delete
  2. mau save ah, siapa tahu diberi kesempatan berkunjung dan mengeksplore Padang....salam kenal yaa :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sip, mbak Ika. Salam kenal juga. Yuk semoga bisa kesampaian jalan-jalan ke Padang.

      Delete
  3. Itu gunanya belajar sejarah ya Mba.. kita jadi paham akan peradaban nusantara yang dipengaruhi banyak pendatang dan juga masuknya agama dari berbagai negara. Padang juga terkenal dengan penulis sastranya yang hebat-hebat. makasih sudah diajak berkelana ke sumatera barat dengan peradabannya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, banyak hal menarik ternyata kalau mau ngulik sejarah. Ah seruuuu ternyata.

      Delete
  4. Museumnya keren banget ya mak:) Saya jadi inget dulu kalo singgah ke Padang, bentuk ujung rumahnya seperti museum ini juga...

    Salam kenal ya mak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya bentuk rumahnya unik, belum pernah liat wujud aslinya dari dekat euy kalau saya mah.

      Delete
  5. Neng Effi sebelum jauh-jauh ke Padang nyari Siti Nurbaya, bisa ke Jl. Supratman ke Rumah Musik Harry Roesli. Beliau sebagai cucu dari pujangga besar tersebut. Tuh kan sejarah juga patali-tali....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Teh, Kan ini ceritanya lomba nulis tentang wisata yang ada di Padang. Di Bandung juga banyak yang pengen diubekin, sih :)

      Delete
  6. Aku pengen banget ke Padang hehehe...belum pernah kesana keren y mba museumnya.

    ReplyDelete
  7. aku pikiiir Efi udah sampe padaaaang

    ReplyDelete

Silakan tinggalkan jejak di sini, saya bakal kunjung balik lewat klik profil teman-teman. Mohon jangan nyepam dengan ninggalin link hidup. Komentar ngiklan, SARA dan tidak sopan bakal saya delete.