Wednesday 18 February 2015

Rahasia 4 On Agar Selalu Move On


Sabtu, tanggal  14  Februari  kemarin jadi  hari yang spesial banget buat saya.  Pasalnya  saya dapat undangan spesial dari Mizan  untuk dua acara bersamaan yang diselenggarakan di Clarity  Hotel, Cihampelas.   Yang pertama adalah Training Motivasi  yang menghadirkan motivator  Jamil Azzaini, lalu dilanjutkan dengan acara Gala Dinner dengan  konten acara  yang tidak kalah kerennya, Sharing Session  bersama Rendy Saputra (hayooo, ada yang familiar dengan trainer muda ini?), Ika Kartika Sari pemilik  Keukeu Fashion dan Launching produk dan perayaan 10 tahun Halo Balita.  Gimana  ga asik, coba? Dapat undangan, makan enak  trus  kesempatan buat nyerap ilmu  yang berlimpah? Makanya, saya girang, pake banget dan kepengin sharing di blog.

Well,  biar  cerita ceritinya  ga  berasa dikejar-kejar  shinkansen ( absurd, deh), oleh-olehnya saya bagi jadi 3 posting aja. Biar saya enjoy buat berbagi. Deal, ya? Buat postingan pertama, saya sharing sesuai run down, cerita dari Seminat Motivasi  bareng Jamil Azzaini.

Istilah move  on  sudah bukan sesuatu  yang asing lagi buat kita. Tapi ternyata  yang namanya move on itu  bukan monopolinya yang galau, atau  time line hidupnya lagi terjun bebas. Kita  yang merasa fine-fine aja  juga harus  move on. Kok  bisa, ya? Iya lah. Secara kita mahluk  hidup. Hidup itu dinamis,  pasti ada perubahan, ada yang tumbuh. Kalau kita diam saja, kita bisa kesalip atau kelindas.  

Sejatinya manusia  itu seperti tanaman yang bertumbuh.  Perlu pupuk agar terus tumbuh kuat berakar, dan ranum berbuah. Pupuknya cuma satu, ilmu. Dan seharusnya  yang berilmu itu sepeti padi, semakin berisi, semakin merunduk, bukan jadi jumawa  yang  bikin  sebel orang.              Makanya  agar   bisa move on terus, kita  perlu 4 ON. VisiON,  ActiON,  PassiON,  CollaboratiON

VisiON

Visi  kita harus  jelas dan tidak  plek cuma fokus sama dunia saja.   Saya jadi pengin ngutip  salah satu quotenya Kang Emil, wali kota Bandung (duh suer, nih Mr Mayor  emang inspiring).  Always do your best. What  you plan now,  you will harvest later. 
Apa  hubungannya sama vision? Visi  adalah cita-cita, mimpi, apa yang ingin kita capai nanti.  Biar fokus,  visi  harus  terarah dan jelas.  Kalau mau jadi dokter, ya kuliah di fakultas kedokteran. Jangan kuliah di fakultas  ekonomi. Jaka sembung, ga nyambung.  So, mimpi itu butuh ilmunya, kan? Itu  visi dunia. Bakal  lebih afdol lagi kalau  visi itu ditulis. 
Yang namanya visi  juga bakal mempengaruhi  hormon.  Pernah ga ngelihat postingan teman foto-foto makanan? Ada  yang bisa  bikin kita ngeces,  atau  tiba-tiba merasa  ada sensai asam atau pedas saat  melihat  rujak?  Saya  juga kadang bergidik, merinding  saat melihat  gambar ular, atau cacing yang sedang menggeliat. Hiiiy......  Visi  yang dibuat dan gue banget akan menggiring otak kita untuk mewujudkannya.
apa visi  kita?
But anyway, kita adalah orang muslim, bukan seorang atheis  yang tidak percaya  hari kebangkitan.  Sayang kalau  isi kita cuma sebatas urusan dunia saja. Harus punya visi yang jelas untuk akhirat  juga.  Dan ini bikin saya sukses merenung, dalam.....  Siapa   yang tidak mau  masuk surga?  Semua orang, pasti  mau. Tapi  sekali lagi, visi alias mimpi harus spesifik.  Kalau kita bisa segitu hebohnya  ketemu seleb yang dadah-dadah sama fans, kenapa kita tidak    terobsesi  bertemu dengan seseorang yang sangat care, peduli banget dengan kita? Dalam tarikan nafas terakhirnya, dalam kebangkitan  awalnya setelah kiamat nanti yang diingatnya cuma umatnya. Ya, Rasulullah.  Kalau bertemu dengan orang penting kita  menyiapkan diri semaksimal mungkin, mestinya  ketemu  Rasulullah  harus disiapkan lebih total, serius.  Duuuh, persiapan saya sudah sejauh apa?  T_T
 
tulis  visimu

ActiON
Action speak louder.  Yup,  visi tanpa aksi adalah  omdo. Harus  direalisasikan dengan  aksi nyata.  Aksi berupa kerja keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas.  Soal kerja keras,  semua juga tahu. Tidak sedikit  yang  kerja dari pagi dan pulang malam  untuk mencari rejeki yang halal.  Tapi  kalau tidak ada  ilmunya  (lagi-lagi  ilmu)  hasilnya kurang poll, ga ngejoss. Kerja keras harus dibarengi kerja cerdas. Jeli membuat skala prioritas, berusaha fokus dengan  visi kita,  lebih fokus  dengan  kemampuan dan kelebihan yang sudah Allah berikan,  tekan tekan enter. Maksudnya langsung eksekusi,  bukan gimana  entar. Lalu juga  dengan kerja cerdas membuat kita sibuk berpikir  bagaimana. Misalnya  nih  kalau seorang pengusaha, dia bakal berpikir  gimana caranya  menaikan omset  bisnisnya, cari cara  biar  produk jualannya laris.  Bukan  menggalau  kenapa begini kenapa begitu.

Do the best, and let God do the rest.  Kalau semua  usaha terbaik sudah kita kerahkan,  serahkan pada Allah. Bersihkan hati kita dan  percaya Allah  bersama kita, enggak bakalan menyia-nyiakan ikhtiar kita. Nah ini baru kerja ikhlas. Ngomongin soal ikhlas juga, jangan lupa untuk berbagi kebahagiaan orang, berbagi rejeki  dan yakin deh  bakal banyak pintu kemudahan yang bakal terbuka.  Ingat konsep  matematika  rejeki? 

PassiON
Semakin saya baca cerita  orang sukses,  semakin saya  menemukan banyak persamaan. Jadi teringat obrolan saya dengan seorang teman penulis, Hani.  Mereka  yang mencintai pekerjaannya akan total, all out alias sungguh-sungguh dengan pekerjaannya. So, beruntunglah kalau sudah menemukan pekerjaan  yang  dicintainya. Memang benar,  pekerjaan yang asik itu adalah hobi yang dibayar  (lagi-lagi saya  ngutip twitnya Kang Emil). 


 




 Eh tapi  bukan berarti kita   setengah hati dengan pekerjaan  yang tidak kita sukai. Balik lagi dengan konsep kerja iklhas,  lihat sisi positifnya. Masih banyak  yang nganggur, tidak punya pekerjaan atau kehilangan pekerjaan.  Kesimpulannya, kerjakan  apa yang kita cintai dan cintai yang yang kita kerjakan. Anyway, saya pernah ada di posisi  ini juga, lho.  Suntuk dengan pekerjaan  yang membuat saya merasa  stres. Syukurlah, saya sudah menemukan passiON saya, jadi seorang blogger :)

CollaboratiON

Karena kita adalah mahluk sosial,  enggak bisa sendiri.  Utamakan konsep Kita, bukan aku. Makanya  kita harus  membangun networking. Cari teman yang visinya sama, yang bisa menularkan  semangat positif.   Kalau  belum  bisa memberi pengaruh  yang psotif, carilah teman  atau komunitas yang bisa memberi pengaruh positif.  Ah bener,  nih. Yang namanya mood itu  emang menular. Mereka yang punya aura positif adalah seseorang  yang  bisa bermanfaat di lingkungannya. Bukan orang yang disyukuri sat tidak ada  atau dimisuhin  saat hadir. Amit-amit, deh. Enggak banget, ya.

Dengan  kolaborasi  kita akan saling menguatkan.  Ilustrasi  yang simpel bisa kita  lihat alam semua pertunjukan konser. Harmoni yang cantik antara pemain piano, biola  dan gitar punya karakter yang berbeda tapi bisa jadi komposisi  yang cantik untuk menghadirkan alunan lagu yang indah.Kolaborasi  juga bukan soal pekerjaan, tapi juga kerjasama  yang dibangun dari rumah, antar suami dengan istri, orang tua dengan anak, kakak dengan adik.

agar semakin ON
Ah ya, jangan lupakan juga  kolaborasi kita dengan Allah. Yakinkan hati apa  yang kita kerjakan disukai Allah.  Jangan asal kolaborasi.  Yang namanya penjahat  macam mafia juga  mereka berkolaborasi  untuk  mewujudkan rencana mereka, kan?  Tapi  saat  rencana  kejahatan dilakukan, yang hadir bukan Allah, tapi itu tuh mahluk jelek yang bertanduk.  Pas  bener sama sebuah hadis  yang bilang kalau Allah adalah yang ketiga ketika  dua hamba berkolaborasi selama tidak berkhianat. Jika ada yang berkhianat, Allah akan keluar dan setan  yang masuk. Hiiiy, naudzubillah.


Share:

22 comments:

  1. jadi nyesel ga ngikut, padahal materinya bermanfaat nih buat saya yang lagi mengevaluasi diri

    ReplyDelete
    Replies
    1. Heuu, sayang euy, Hilman. Bisa baca bukunya yang ON. Lebih komplit materinya. :)

      Delete
  2. Replies
    1. Salah satunya dari kisruh status akhir tahun kemarin itu, ya? hehehe #moveon :D

      Delete
  3. pertama kali baca buku ON karya kek jamil, saia getol bgt harus Move ON dg 4 ON. apalagi terbawa suasana syahdu khas kek jamil di seminar ON. masih berusaha keras smpe sekarang, doakan ya mbak hehe :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wiiih, ekspresif banget kalau nyimak seminarnya Jamil Azzaini. Ga ada istilah ngantuk :)

      Delete
    2. eh iya, lupa. Aaamiin, semoga selalu ON :)

      Delete
  4. jadi inget dulu pernah bertanya "Aku ini hidup untuk apa? untuk siapa?"
    dan kebetulan ini nyambung dengan tulisan saya di http://hatidanpikiranjernih.blogspot.com/2015/02/visi-dan-misi-hati-putih.html

    semoga kita semua bisa move on ya dan menjadi lebih baik
    amin
    salam kenal mak
    hehe

    ReplyDelete
  5. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  6. Nuhun sharingnya... Rumus 4 ON untuk Move On itu emang pas banget untuk diterapkan dalam kehidupan. Baca ini jadi banyak bahan renungan. Benarlah yg dikatakan, :ikatlah ilmu dengan menuliskannya". Jadi yang baca masih kecipratan manfaatnya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sami-sami Euis :) Iya harus dicatet, biar ga lupa.

      Delete
  7. Ikutan Move on teh dong..... :)

    ReplyDelete
  8. Bagus teh.jangankan visi misi hidup.rumahtangga aja hrs ada visi misinya#eh

    ReplyDelete

Silakan tinggalkan jejak di sini, saya bakal kunjung balik lewat klik profil teman-teman. Mohon jangan nyepam dengan ninggalin link hidup. Komentar ngiklan, SARA dan tidak sopan bakal saya delete.