Wednesday 30 October 2013

Simply Love: Jangan Ada Tuhan Kecil Di Hatimu

(X) : Simply love? Siapanya Simply Red?
(Y) : Ah, sama-sama simply tapi mereka enggak saudaraan kok. Satu di amrik satu di Indonesia.
(X) : Errrr, maksudnya band baru?
(Y) : Enggak juga.
(X) : Habis, apa dong?
(Y) : Simply Love ini bukan nama band atau judul lagu, ini judul buku yang di tulis Ifa Avianty.





Judul Buku : Simply Love
Penulis : Ifa Avianty
Jumlah Halaman : 208 + V
Penerbit : Noura Books - 2012

So the story goes...
Insiden es campur tumpah mengawali cerita Marijke Fitria Syawal alias Keke dengan Willem Adiwarman Saleh, alias Wim,  seniornya 4 tahun, beda jurusan.

Keke yang panik karena jaket almamaternya terkena tumpahan enggak mau tahu dan menuntut Wim bertanggung jawab untuk menbuat jaketnya segera kering dalam waktu 24 jam. Itu semua lantaran aturan yang mengharuskan Keke sebagai newbie di kampus untuk memakainya, sebagai ciri anak baru. 

Laili, sahabat Keke sendiri merasa heran dengan kedekatan mereka berdua yang tidak pernah mau mengakui sebagai hubungan pacaran. Keke  yang smart, lahir dan keluarga kaya raya dan manja ini mulai frustasi setelah lamarannya ke 27 perusahaan sukses ditolak. Akhirnya, lamaran ke-28 itu datang juga, tapi bukan dari perusahaan, melainkan dari Wim.

Sebenarnya sih keduanya sudah saling suka, saling memuja cuma karena tahan harga ditambah jaim, cara Wim mengajak Keke married terasa enggak banget, enggak ada kesan romantis sana sekali. Ya, meski  akhirnya mereka menikah juga. 

Kalau sebelum menikah tidak pernah ada masalah berarti diantara Keke dan Wim, justru setelah menikah ini Wim tampak seperti asing bagi Keke. di mata Keke, Wim adalah mahluk aneh yang konservatif, posesif dan banyak mengatur. Keinginan Keke untuk  berkarir ditolak mentah-mentah oleh Wim yang tidak menginginkan keempat anak-anaknya tumbuh dalam asuhan orang lain. Keke mulai putus asa dan curhat dengan ke-6 adik Wim ; Manda,  Lynn, Paul, Yosi, Erna dan Ayu. Alih-alih mendapat masukan, ke-enam adik-adiknya ditambah Bunda, mama-nya Wim juga dibuat helpless, tidak bisa banyak membantu Keke.

Adik-adik Wim yang akrab dengan Keke sedikit banyak membantu Keke melepaskan kebeteannya dengan mengajari Keke aneka resep dan keterampilan ibu rumah tangga lainnya. Keke yang cerdas dan dasarnya tipikal fast learner bukannya mendapat pujian, tapi diklaim sebagai nasib baiknya karena bersuamikan Wim. Errrr, jadi Keke hebat karena dia punya suami Wim?  Superioritas Wim semakin bikin Keke jengah dibuatnya.

Satu hari, Manda, yang paling akrab dengan Keke datang ke rumah Keke membawakan seekor kucing. Keke menamai kucing itu dengan nama Mia yang membuat Manda tergelak. Akhirnya satu sisi masa lalu sedikit tersingkap, Wim ternyata pernah punya pacar. Cuma karena sikap Wim yang dominan itu, membuat Keke harus pintar bergerilya mencari tahu ada apa dengan cinta Mia.

Dominasi Wim yang serba mengatur soal remeh temeh semakin kentara saat Keke nekat memotong pendek rambutnya yang panjang jadi model tousled ala Hillary Clinton. Semangat Keke yang tadinya mau kasih kejutan buat Wim jadi ciut dan membuatnya tidak yakin saat Bunda dan keenam adik-adiknya mengajak Keke membuka cafe dengan konsep perpustakaan. 

Keke dan Wim mulai diem-dieman setelah sebelumnya bertengkar hebat. Keke yang protes dengan otoritas dan Wim yang keukeuh dengan prinsipnya memasang jarak, tidur berpisah ranjang. Saat diem-dieman ini Wim dikipasi teman-temannya untuk memberi Keke ruang beraktulisasi, sedangkan Keke semakin hancur saat tahu dirinya hamil lagi untuk yang keenam kali.

Nah, semakin runyam kan? Memangnya teman-teman Wim 'ngipasin' apaan sama Wim? Seperti apa diem-diemannya Keke dan Wim. Apa Keke tetap mau melayani Wim meski bete? Gimana cara mereka berdua mengkamuflasekan kebekuannya saat keduanya menghadiri gathering orang tua murid di sekolahnya Aliff. Saat gatthering ini, ternyata muncul cinta lama Wim, siapa lagi kalau bukan si meong, eh Mia itu. 

Seperti biasa teh Ifa selalu menghadirkan teh dan kopi sebgai menu wajib para tokohnya.  Ditambah hadirnya  lagu lawas sebagai latar, termasuk lagu lawas dari Pink Floyd yang berjudul Another Brick In the Wall yang menjadi kunci pembuka misteri masa lalu Wim. 

We don't need no education
We don't need no thought control
No dark sarcasm in the classroom
Teachers leave them kids alone
Hey teacher leave them kids alone
All in all it's just another brick in the wall


Seperti biasa juga, sudah jadi tipikalnya teh Ifa dengan gaya tutur karakter yang bercerita seolah curhat dengan pembaca juga tidak lepas dari cerita Simply Love ini. Yang pengen saya garis bawahi dari pesan moral dari cerita Simply Love ini. 
Jangan ada tuhan kecil di hati kita. Sikap ini tidak lagi membuat obyektif memandang pasangan kalian, kalian seperti menjadikan pasangan kalian Tuhan kecil di hati. Dan itu berbahaya, selain tidak disukai Tuhan, kalian juga akan sulit melangkah lebih maju lagi kalau kalian merasa dibelenggu perasaan kalian yang kuat itu.

O, ya satu tambahan lagi dari saya, mungkin siiih belum tentu manjur alias berlaku bagi semua. Tapi di sini Keke lebih suka curhat dengan mertua, bukan ortu sendiri. Kesimpulan saya, kalau curhat dengan ortu masing-masing mungkin malah menambah runyam suasan karena kecenderungan ortu kebanyakan lebih membenarkan anak-anaknya.

So, siapa yang mengalah di sini? Jadi ga, Keke dan adik-adiknya Wim membuka cafe? Gimana peran bundanya Wim jadi penengah antara Wim dan Keke? No spoil dah, baca aja sendiri bukunya. 








Share:

4 comments:

  1. kalau mau beli bukunya dimana ya...tapi males kalau harus nyari ditoko buku mah...untuk kado seseorang kayanya keren nih...;o)

    ReplyDelete
  2. @DESA CILEMBU
    Cari di toko buku online saja, buku langsung di antar. Setelah transfer dulu pastinya :)

    ReplyDelete

Silakan tinggalkan jejak di sini, saya bakal kunjung balik lewat klik profil teman-teman. Mohon jangan nyepam dengan ninggalin link hidup. Komentar ngiklan, SARA dan tidak sopan bakal saya delete.