Wednesday 11 July 2012

Bebek Goreng dan Soto Ayam.

"Teh, dah tau belum ada lapak bebek goreng. Enaaak banget!" celotehku suatu hari. 

"Hah? ada? asyiiik. Selasa nanti kita ke sana ya! Sekalian buka puasa, temenin ya," sambut temanku riang.

"Iya, gurih, garing pula," aku berpromosi.

Maka hari selasa kemarin sepulang les, aku memenuhi janjiku, menemani Teh Imas  - begitu aku memanggilnya - menikmati makan malamnya. 

gambarnya pinjem dari 
htlovestoeat.wordpress.comSebentar saja  kami menunggu. Tidak sampai sepuluh menit, bebek pesanan kami sudah tersaji lengkap dengan nasi panas yang masih mengepul dan sambalnya yang enak itu,
satu - dua pengamen datang menghampiri lapak, bernyanyi seadanya berharap imbalan recehan untuk jasanya malam itu. 



Kali ketiga, datang lagi seorang bocah dengan baju yang lebih lusuh dari temannya. Dengan tampang memelas sambil menengadahkan telapak tangannya ia mengiba meminta kebaikan hati pengunjung lapak - termasuk kami. Satu meja dihampiri tidak ada reaksi, kalaupun ada cuma kibasan tangan - permintaan maaf tidak bisa memberi.

"Kasihan," pikirku. Aku melambaikan tangan ke arahnya, memberi sedikit uang sambil melanjutkan makan malam itu. Baru saja bocah itu memutar badan, seorang laki-laki bermata sipit berkacamata masuk dengan seorang temannya.

"Mas,  sotonya dua ya!" pesannya.
Bocah tadi kembali menghampiri mejaku, kali ini dia mendekati lelaki itu yang duduk tepat di depanku.
"Pak, recehnya pak.... buat makan," sekali lagi bocah itu mengiba.

Dalam hati, aku sudah suuzhan mengira laki-laki itu tidak akan menghiraukannya.
"Ga ada receh de," ujarnya.

Tuh kan?

Tapi.... sebentar....
Laki-laki ini memanggil asisten pemilik lapak bebek goreng ini.
"Mas, buatin satu lagi ya, bungkus buat anak ini. Nanti saya yang bayar."
"Iya pak!"

Pesanan sotonya kemudian dihantar ke meja. Aku sendiri sudah selesai dengan makan malamku. 
"Pak, ini pesanannya," kata si pelayan sambil menghampiri meja.

"Kasih dia. Nah de, makan yaa...." katanya sambil melanjutkan makanan dengan ekspresi cuek seperti tidak ada apa-apa.

Duh maluuuu. Tadinya kupikir aku bisa membuat anak itu senang dengan sekedar receh, tapi ternyata ada orang lain yang berbuat lebih.
Iri  jadinya dengan kedermawanan laki-laki itu. Kalau dia bisa mestinya aku bisa ya?

Aku dan temanku segera pulang setelah membayar makanan kami malam itu. Kalau mentraktir teman saja yang nota bene mampu membayar, mestinya kita tidak merasa rugi 'mentraktir' orang lain yang lebih membutuhkan.




Share:

2 comments:

  1. hal kecil, namun efek jeranya lumayan bikin "jleb-jleb", ya teh? hehehe. inspiring :)
    semoga kita bisa melangkah jauh lebih baik #toss

    ReplyDelete
  2. Iya:) Salut deh sama si Mas itu. Padahal dari penampilannya sepertinya dia bukan seorang muslim (kayaknya)

    ReplyDelete

Silakan tinggalkan jejak di sini, saya bakal kunjung balik lewat klik profil teman-teman. Mohon jangan nyepam dengan ninggalin link hidup. Komentar ngiklan, SARA dan tidak sopan bakal saya delete.