Tuesday 1 March 2011

LDF : Paket Dari Jepang

Memenuhi request seorang sahabat, saya posting naskah LDF saya di blog ya :)

“Fi, ada paket tuh buat kamu. Dari Jepang,” kata Mama siang itu ketika saya baru saja pulang.

“Dari siapa sih?” Tanya Mama dan adik saya kompak seperti koor paduan suara.

“Ah, pasti kiriman dari Mba Dina,” jawab  saya sambil buru-buru masuk ke kamar, mencari paket yang di maksud.
Paket bersampul coklat  itu segera saya buka.  La Tahzan For Student yang dijanjikan beliau sudah berpindah tangan di antara kami yang terpisah ratusan mil. Padahal lebih mudah dan cepat ya  kalau saya pergi ke toko buku tanpa harus menunggu sekian waktu. Otak gretongan? Iya sih,  tapi tunggu dulu! Jangan protes ya. Selain buku itu memang special saya dapatkan langsung dari salah satu kontributor seri antologi itu tapi juga pertemanan yang saya jalin dengan Mba Dina  lewat salah satu milis yang saya ikuti.

Saya mengenal Mba Dina setelah saya memposting sebuah thread. Waktu itu Mba Dina menanggapi thread saya langsung secara japri. Obrolan yang ringan dan santai membuat kami cepat nyambung dan tidak terputus begitu saja dalam satu kali balas-balasan email.

Sejak itu lah kami mulai intens bertukar cerita, link blog, mengoreksi penulisan nama katakana saya yang ‘rada’ salah,  dan obrolan-obrolan seru lainnya. Dari blognya Mba Dina, saya juga mengenal si kecil Luna yang sebenarnya lahir di siang bolong. Ah manis dan lucu sekali melihat tingkahnya dalam video yang diunggah mama-nya di blog. Hebat ya, bocah usia 4 tahun itu sudah banyak menguasai kosa kata bahasa Jepang hehehehe. Ya iya lah, secara dari lahir dia berinteraksi dengan mereka yang berbahasa Jepang.

Selain melihat lucunya tingkah Luna, saya juga bisa menyaksikan kemeriahan  sebuah festival di Jepang yang juga diunggah Mba Dina. Subhanallah saya semakin ngebet  menyaksikan langsung Sakura mekar yang Cuma 7 hari saja dalam setahun itu.

      “Kalau kamu maen ke Jepang, ga usah  repot-repot cari penginapan Fi. Kamu nginep aja di apartemen saya, gratis! Saya dan suami memang sengaja menyediakan satu ruang khusus untuk tamu yang menginap. Kami seneng banget kalau kedatangan tamu dari tanah air.  Beberapa waktu yang lalu juga ada tamu dari tanah air lho nginep di apartemen saya. Hitung-hitung menambah perbendaharaan kosa kata bahasa Indonesia  buat Luna”

      Siapa nolak? Lumayan banget kan bisa menghemat biaya penginapan di Jepang. Tau sendiri lah seperti apa biaya dan segala tetek bengeknya di Jepang sana.  Semoga kesampaian ya… Amin ya Allah.

      Satu waktu saya pernah memposting tulisan di blog saya tentang budaya dan watak orang Jepang yang membuat saya terkagum-kagum. Mba Dina menanggapi dan mengamini apa yang saya tulis. Mba Dina cerita kalau kita meninggalkan sesuatu di keranjang sepeda kita selama berjam-jam dijamin ga akan hilang, atau barang yang tertinggal di kereta,  99% kemungkinan besar  bakal balik lagi sama pemiliknya, soal budaya antri yang rapi dan kebiasaan lainnya.  Tapi, Mba Dina juga mengimbuhkan soal kerinduannya pada rasa persaudaraan yang kuat cuma terasa di Indonesia.  Semoga kalau kembali ke tanah air bisa segera ketemuan alias kopi darat ya.

Bukan Cuma sharing dari email dan facebook saja, lewat paket buku yang Mba Dina kirimkan saya juga belajar beberapa hal. Bagaimana keteguhan hati seseorang dicoba ketika jauh dari tanah air. Mulai dari menjaga kehalalan makanan,  semangat belajar yang pantang menyerah dan keyakinan akan pertolongan Allah ketika kita merasa berada di titik kritis.
Alhamdulillah, dari email terakhirnya saya mendapat kabar kalu kuliah S-3nya sudah selesai dan sedang menunggu yudisium maret nanti.  Wow, selama komunikasi yang saya jalin dengan beliau, kesan hangat, low profil dan lucu yang saya dapatkan. Senang sekali rasanya punya teman yang meskipun terpisah ratusan mil sebaik Mba Dina. Duh Mba Din, menjadi temanmu indah ya?

Saya tersenyum geli ketika membaca “7 Ter”nya. Salah satunya  ceritanya tentang teman Jepangnya yang tidak bisa membedakan babi dan baby  itu. Salah paham dalam kosa kata ternyata bukan cuma monopoli orang Indonesia aja ya?
Impian saya untuk menyaksikan sakura mekar mungkin harus tertunda dulu tahun ini tapi saya masih punya harapan untuk mengunjungi Jepang tahun-tahun yang akan datang. Tentu saja saya juga berharap segera bertemu Mba Dina satu waktu, entah itu di tanah air atau malah menemani saya jalan-jalan di Jepang sana. Ya, rencana Allah, siapa tahu kan?

****

Tulisan ini saya sertakan dalam lomba Long Distance Friendship yang digelar oleh dua orang teman di FB, sudah ditutup deadlinenya, sedang menunggu pengumuman. Hadiahnya lumayan, paket buku yang menarik :)
Share:

3 comments:

  1. smoga menang!
    & trus berkarya...

    ReplyDelete
  2. keren2...
    moga menang ya heheee

    ReplyDelete
  3. Terimakasih Dzakky, Dhedhi... kalian bisa duet 2D versi anyar ya? hehehe

    ReplyDelete

Silakan tinggalkan jejak di sini, saya bakal kunjung balik lewat klik profil teman-teman. Mohon jangan nyepam dengan ninggalin link hidup. Komentar ngiklan, SARA dan tidak sopan bakal saya delete.