Saturday 26 July 2008

Think, we are lucky. Thanks to Him then

Coba pikir saat kita merasa makanan kita tidak enak, masih banyak orang-orang diluar sana yang kelaparan, mereka yang 'terpaksa' untuk berpuasa karena memang tidak punya apa-apa untuk dimakan.
Coba pikirkan saat kita merasa jeleknya baju yang kita pakai, saat kita merasa bosan karena baju kita sudah ketinggalan jaman, ada banyak orang yang pakaiannya kumal, compang-camping karena memang tidak punya baju lagi.
Coba pikir saat kita merasa pahit harus menelan obat, ada banyak orang-orang di luar sana meregang nyawa karena tidak bisa menebus obat. Ada banyak orang yang sehat tapi lantas meninggal mendadak.
Coba pikir saat pekerjaan kita menumpuk tidak habis-habisnya, ada antrian yang panjang menanti pekerjaan.
Coba pikirkan saat uang di tangan kita 'sepertinya' tidak cukup ada banyak telapak tangan menengadah mengharap kita mau berbagi barang sedikit saja.
Coba pikirkan saat kita merasa kasur tempat kita tidur terasa tipis dan membuat kita tidak nyaman, di luar sana di tengah dinginnya malam ada banyak orang yang tidur beratap langit berselimut debu.
Coba lihat saat kita harus berdesak-desak dalam angkutan kota, berjejal dalam bis kota, di tepi jalan sana ada banyak orang yang harus menyeret langkahnya di bawah terik matahari, menyeka peluh di antara lampu perempatan jalan berharap orang lain bahkan mungkin kita mau membeli jualannya.
Saat kita sebal dan jengah dengan omelan ayah ibu kita, ada banyak orang-orang yang kesepian karena tidak punya keluarga lagi. Saat kita merasa kesal karena rumah kita yang gaduh dengan suara tangis dan jerit anak-anak kecil ada banyak orang yang mengiba memandang iri karena tidak bisa mempunyai anak.
Coba pikirkan saat kita marah karena telinga kita pekak ada banyak orang-orang yang hidupnya terasa sepi karena tak bisa mendengar.
Saat kita bisa berteriak marah, protes, kesal, masih ada mereka yang tergugu karena tak bisa bicara. Saat kita melihat seseorang berjalan tersaruk, saat tongkat ditangannya meraba mencari arah, ternyata kita bisa melihat warna dunia, kita bebas melangkah pasti.
Coba pikir saat kita merasa lelah dengan segalanya, masih banyak orang yang tak berdaya dengan keterbatasannya. Betapa nikmatnya tidur saat kita merasa sulitnya memejamkan mata. Betapa berartinya setiap tarikan napas saat udara terasa menghimpit menyesakan. Betapa berartinya mulut berucap saat kita kehilangan suara. Betapa nikmatnya lidah mengecap saat semuanya terasa pahit.
Coba renungkan...
Kita baru merasa sehat begitu berarti saat sakit mendera.
Kita merasa berartinya seorang sahabat sahabat saat jarak memisahkan. Kita baru menghargai sesuatu saat kita tak memilikinya lagi. Betapa berharganya hidup saat kita tidak bisa menikmatinya.
Terlalu banyak nikmat Allah yang kita lupakan. Masihkah kita memungkirinya?
Share:

0 Comments:

Post a Comment

Silakan tinggalkan jejak di sini, saya bakal kunjung balik lewat klik profil teman-teman. Mohon jangan nyepam dengan ninggalin link hidup. Komentar ngiklan, SARA dan tidak sopan bakal saya delete.